Minggu, 25 Juli 2021

Hanasui Mattedorable Lipcream (Boba Edition) || Katanya sih bagus... benarkah?



 Hai Readers! Senang sekali bisa nulis blog lagi, yeay! >w</

Oh iya, kalian apa kabar? sudah dengar kabar baru belum? Karena kalau belum, aku kembali dengan membawa kabar baru.

Kali ini tentang kosmetik. Kalian pasti tidak asing kan dengan kata benda itu, terutama kaum hawa nih. Jadi ceritanya beberapa waktu yang lalu sepupuku cerita kalau dia nemu lip cream bagus banget. Dan aku yang notabene cinta banget sama lipcream langsung pasang telinga. Nah saat itulah aku mengenal salah satu merek kosmetik lokal, Hanasui.

Kabarnya Hanasui mengeluarkan edition lipcream baru yang terinspirasi dari salah satu minuman kekinian yang kita kenal dengan sebutan boba. Iya... kalian tidak salah baca kok, ini beneran boba yang minuman itu! variannya pun beragam : 01. Fores Berry, 02.Brown Sugar, dan 03. Salted Caramel.

Dari namanya saja aku sudah bisa membayangkan bagaimana harumnya, hihi. Kreatif banget ya Hanasui?

Selain nama yang unik, warnanya juga tidak kalah unik dan menarik. Ciri khas warna nude gitu. Tapi yang membedakan warna nude lip cream ini dengan yang pernah aku coba adalah warnanya yang coverage tapi tidak memberi kesan menor sama sekali. Walaupun warnanya sedikit gelap, khususnya yang Brown Sugar, tapi tetap cocok untuk yang punya warna bibir sedikit gelap seperti aku. Kesannya tidak menambah warna, tapi mempertegas dengan warna yang pas. Cocok untuk dipakai sehari-hari atau menghadiri acara yang santai. 

Oh Hanasuuui... andai kamu mengeluarkan series ini lebih awal, sepertinya aku akan selalu pakai ini saat pergi ke kampus dan main. // hhftt...

Laluuu poin lain yang membuat lip cream ini unggul adalah teksturnya yang ringan dan awet alias tidak gampang pudar, readers. Aku sudah coba pakai saat siang dan tidak menghapusnya sampai malam, yang tentu saja selama itu aku makan dan minum seperti biasa. Bahkan aku sampai rela makan yang berminyak dan sedikit berat untuk menguji ketahanan Hanasui Mattedorable Lipcream (Boba Edition) ini. Dan hasilnya memuaskan sekaliiii... kurang lebih mirip dengan lip matte Maybelline yang aku punya. 

Kalau mengingat Hanasui Mattedorable Lipcream (Boba Edition)  ini hampir setara dengan Maybelline aku langsung down, mengingat harganya yang sangat jauh perbandingannya. Lip cream Hanasui ini dibanderol dengan harga kisaran 18.000 - 25.000 rupiah saja. Tapi meskipun begitu, kemasan atau fisik yang kalian dapat dengan harga segitu tidak main-main, lho. 

Materialnya bagus dan sedikit berat. Jadi meskipun murah tapi bahannya tidak murahan, apalagi ditambah desainnya yang imut parah! Bawaannya ingin terus pakai lip cream, hahaha!

Nah, sebagai penutup aku akan memberikan tampilan dari lip cream Hanasui boba series ini.

Tampak depan 

                               
Ini tampilan bawahnya


Penampilan dalamnya


Ini warna yang Brown Sugar (CANTIK BANGET!)


Jadiiii.. gimana, tertarik untuk beli? atau jangan-jangan sudah coba? tulis dikolom komentar, ya! 
Sampai ketemu di postingan selanjutnya~


Continue reading Hanasui Mattedorable Lipcream (Boba Edition) || Katanya sih bagus... benarkah?

Jumat, 02 Juli 2021

I want to be hones with myself

Sesuatu seperti : "Jangan tunjukkan kekesalan atau kamu akan kehilangan teman." adalah hal yang paling aku benci seumur hidup sekaligus hal yang membuatku ingin menemukan orang yang : saat bersamanya aku sangat transparan. 

Aku ingin mengubah dari : kesal, diam, lalu bercanda lagi.

Menjadi : kesal, diam, merajuk.

Aku tidak ingin menjadi orang yang seakan semuanya baik-baik saja, tidak ingin menjadi orang yang mengalah demi terjalinnya kembali komunikasi, lalu melupakannya. Aku tidak ingin, setidaknya : lagi.

Katakanlah aku egois -meski sebenarnya aku tidak terima disebut begitu karena selama ini aku yang selalu mengalah.- karena ingin mendengar kata maaf dari orang lain, karena ingin dibujuk, karena ingin diajak bicara saat marah. 

Well, terkadang aku selalu beranggapan kalau tidak apa-apa jika hanya aku yang mengalah, jika hanya aku yang peduli. 

Tapi seringnya, saat melakukan itu aku merasa tidak menjadi diri sendiri. 

Jujur saja aku adalah orang yang gampang sekali kesal, bosan, cerewet, ingin didengar, dan yang terpenting adalah ingin diperlakukan baik oleh orang sebagaimana aku melakukan sesuatu untuk mereka. Atau paling tidak, aku tidak ingin diperlakukan buruk karena aku pun tidak melakukannya pada orang lain.

Tapi bukan itu yang menjadi masalah, karena masalah justru datang dari status orang yang melakukan semua itu padaku. Pikiran seperti : kenapa dia tidak peduli padaku padahal aku peduli padanya, kenapa dia tidak memberitahu apapun padaku padahal aku selalu memberi tahu banyak hal padanya, kenapa dia tidak perhatian padaku padahal aku perhatian padanya. 

Yah, semacam itu yang selalu menjadi topik utama dalam perdebatan batin.

Continue reading I want to be hones with myself

Minggu, 06 Juni 2021

[Menuju Tuntas] Pride and Prejudice bab 6 || 'dia' tidak mengenal 'kamu' sedalam yang temanmu bisa.

Hai, assalamualaikum. Sehat-sehat semua ya!

Jadi oh jadi... hari ini aku mau membahas novel hostorical romance yang baru aku baca sebagian. Ya, seharusnya sih dari label yang aku terapkan ke postingan ini kalian sudah tahu apa yang akan aku lakukan di sini. Betul, biasanya sebelum tuntas satu novel aku selalu butuh wadah untuk mengoceh. Dan ya, kali ini aku akan mengoceh panjang kali lebar tentang bab enam di novel Pride and Prejudice. Bukan spoiler kok, tenang saja~



Oke, di atas adalah dua halaman pertama di bab enam yang membuatku setuju sampai mengangguk-angguk saat membacanya. Isinya sederhana, hanya tentang Eliza dan Chalotte yang tengah berbincang tentang Jane dan Mr. Bingley. Kurang lebih isinya seperti ini :

    "Mungkin akan melegakan," jawab Charlotte, "kalau kita bisa menunjukkan perasaan kita di depan umum. Kadang-kadang, menyembunyikan perasaan juga bisa merugikan. Jika seorang wanita menutupi rasa sukanya kepada seseorang, dia mungkin akan kehilangan kesempatan untuk mendapatkannya, dan dia salah jika beranggapan dunia tidak tahu apa-apa. Ada begitu banyak yang patut disyukuri ataupun dipamerkan disetiap hubungan, dan tidak selayaknya kita diam saja. Kita semua bisa memulainya dengan bebas- menunjukkan sedikit ketertarikan adalah hal yang cukup wajar, tapi hanya ada segelintir wanita yang jatuh cinta tanpa dorongan. Dalam sembilan dalam sepuluh kasus, seorang wanita sebaiknya menunjukkan lebih banyak ketertarikan daripada yang sesungguhnya dirasakannya. Tidak diragukan lagi, Bingley menyukai kakakmu, tapi dia mungkin tidak akan merasa lebih dari sekedar suka jika Jane tidak menolongnya."
    "Tapi Jane sudah menolongnya, sejauh yang bisa dilakukannya. Kalau aku saja bisa melihat rasa suka Jane kepadanya, Mr. Bingley pasti betul-betul tolol bila tidak menyadarinya."
    "Ingatlah, Eliza, bahwa dia tidak mengenal Jane sedalam dirimu."
    "Tapi, jika seseorang menyukai seorang pria, pria itu seharusnya tahu."

Kalian merasa tidak, sih, pendapat Charlotte itu meskipun terlihat 'benar' tapi hanya memiliki satu sudut pandang saja? seakan-akan pendapatnya hanya berlaku untuk seseorang yang sudah tahu nasib asmaranya terbalas dengan mulus tapi pihak perempuan masih malu-malu dan tidak bisa membaca keadaan. Dan tentu saja itu membuat orang lain gemas.Sedangkan untuk perempuan- yang pada dasarnya diberi firasat lebih ketimbang laki-laki- lain yang sudah tahu perasaannya tidak terbalas pasti paling banyak merasa menyembunyikan perasaan adalah hal yang tepat.

// Ya jelas lah ki... kan yang dibahas Jane, bukan kamu! //

Oke oke kembali ke pembahasan. Jadi, singkatnya aku mau titip pesan untuk kalian yang punya jiwa impulsif, sebaiknya baca kondisi kalian baik-baik lebih dulu sebelum mengikuti saran Charlotte. Haha.

Dan dari percakapan di atas, aku bisa menyimpulkan bahwa Charlotte sedang berusaha membuat Eliza- atau mungkin kita juga, tahu bahwa tidak semuanya bisa dijawab dengan teori. Tahu kan ya, perasaan itu salah satu pembahasan yang tidak akan punya batas pembahasan kalau dijelaskan oleh teori. Dan satu-satunya kalimat yang bisa dicerna logika hanya di kalimat saat menjelaskan bahwa 'dia' tidak mengenal 'kamu' sedalam yang temanmu bisa.

Ah, aku teringat perkataan teman laki-lakiku yang pernah bilang, "Perempuan itu ribet. Selalu menyalahkan laki-laki saat tidak bisa mengerti apa yang sedang dirasakan perempuan. Kami bukan dukun lho, ya." haha aku jadi geli sendiri saat ingat perkataannya. Iya juga sih, eh?

Jadi bisa dibilang, dua halaman pertama bab enam ini can relate sekali ya. Seakan-akan Jane Austen sudah bisa meramalkan kegelisahan kaum laki-laki jaman sekarang dari jamannya duluuuu. Haha! tapi kenapa pendapat Charlotte sampai sekarang masih jarang terwujud? Hem, mungkin karen seringnya perempuan akan lebih senang memendam selagi menunggu yang diharapkannya mengambil keputusan. 


Nah, jadi gimana menurut kalian? ada yang sudah merealisasikan pendapat Charlotte belum? hihihi tulis pendapat kalian di komentar juga ya!
Continue reading [Menuju Tuntas] Pride and Prejudice bab 6 || 'dia' tidak mengenal 'kamu' sedalam yang temanmu bisa.

Senin, 17 Mei 2021

,

Sesuatu yang pernah jadi 'menyenangkan'

Seringnya, seseorang memendam perasaan bukan untuk menutupi. Tetapi karena dengan begitu semua terasa baik-baik saja. Dengan begitu mata masih bisa melihat tanpa ragu, telinga bisa mendengar dengan jelas, bibir masih bisa berucap lugas, dan hati... tentu saja bisa merasakan dengan tenang. Karena ada kalanya menutupi adalah cara ampuh untuk membatasi luka.

Seseorang pernah datang padaku dengan senyum paling indah saat aku remaja. Aku tentu saja tidak bodoh untuk mengenali getaran yang hatiku kirim ke otak bernama 'perasaan suka'. Hanya saja bodohnya aku membiarkan perasan itu terpupuk seiring dengan berjalannya waktu, tanpa mewanti-wantinya lebih dulu bahwasannya itu hanya perasaan satu pihak. 

Rasanya seperti buta, saat aku menyadari hatiku sudah mengenali perasaannya. Dan setelahnya aku dengan bangga mengklaim bahwa hatiku adalah miliknya tanpa peduli apakah hatinya pun memilihku atau tidak. Menyedihkan memang jika dilihat dari masa kini. Tapi dulu saat aku merasakannya, itu adalah perasaan paling menyenangkan. 

Kamu tahu, berangkat pagi-pagi dan suka rela mengambil jatah piket teman tidak pernah semenyenangkan saat itu. Dimana saat melakukannya, aku akan punya alasan untuk menunggunya datang dengan sapu dan serok di tangan meski pada nyatanya aku hanya menyapu bagian-bagian terdepan dekat pintu dan mengabaikan bagian lain. 

Aku ingin menyapamu saat datang dalam sunyi.

Hingga akhirnya waktu pun berjalan sambil memberi ujian demi ujian yang membuat aku berproses. Tidak seperti saat itu, kini logika ikut andil dalam semua tindakan. Caranya mengingatkanku akan beberapa tahun silam yang menampar dengan kenyataan bahwa... dia tidak pernah melihatku membuatku hiatus cukup lama untuk menggunakan hati.

Dan ini membuatku bertanya-tanya. Bukannya dari dulu aku sudah tahu dia tidak mungkin melirikku, tapi kenapa baru sekarang aku merasakan patah? saat melihatnya sudah mulai memperkenalkan gadis pilihannya pada dunia. Dunia yang berisikan teman-teman yang melihat bagaimana dirinya berusaha mendapatkan gadis impiannya, yang memang pada nyatanya jauh lebih pantas untuk didapatkan.

Yah, aku memang tahu. Aku tahu aku sedang berusaha menerima itu, dan aku juga tahu kalau sebenarnya otak diam-diam memerintahkan hati untuk mengalihkan fokus. Baguslah, itu bekerja dengan baik. Asalkan tidak bertemu dengannya, aku akan baik-baik saja. 

Namun tanpa sadar aku pun lupa, bahwa tujuan pengalihan itu sendiri adalah juga untuk menutupi hatiku yang berbisik : mungkin aku pernah menyukainya untuk waktu yang lama, tapi bukan mencintai. Sebab aku masih baik-baik saja, sebab dari awal aku membatasi hanya untuk menyukai, dan sebab aku tahu semua perasaan punya waktunya masing-masing.






Continue reading Sesuatu yang pernah jadi 'menyenangkan'

Minggu, 16 Mei 2021

Tentang RODI, IMPULSIF dan seorang MAHASISWA tingkat akhir.

Hai, lama tidak berkunjung ke blog sendiri. Dan saat aku mengetik ini, sekarang sudah pukul dua belas malam lebih. Sepertinya sudah mau masuk jam satu dini hari. 

Kayaknya aneh ya, nge-blog tidak jelas malam-malam begini. Sebenarnya aku sedang mengikuti apa yang otak aku suruh aja sih, ditambah mata yang kalau dipejamkan tidak ngantuk sedangkan kalau baca notifikasi malah seger. Intinya aku cuma mau ngikutin apa kata otak dengan cerita ke kalian.

Jadi, satu semester ini aku lagi mati-matian ngerjain yang namanya tugas akhir. Sekedar informasi, aku sebenarnya tidak terlalu sibuk sampai harus memblokade semua akses hiburan di hidup aku hanya karena dengan TA, tak terkecuali blog. Cuma... aku merasa kreativitas aku dimatikan begitu saja dengan adanya TA ini.

Sederhananya, waktu mengerjakan TA pastinya akan banyak aturan yang dituntut kan, bahkan untuk beropini saja harus ada jurnalnya buat dicantumkan. Coba kalian bayangkan, aku yang biasanya melakukan beberapa hal tanpa pikir panjang, sekarang diatur dengan sedemikian rupa untuk mengikuti aturan.

Tapi sebelum lanjut, aku tidak mau baca sesuatu seperti 'ya namanya tugas akhir pasti gitulah, kalau tidak mau ada yang ngatur mah nulis cerpen aja sana.'

No, kalian yang mau mikir gitu, kalian salah. Bukan itu maksud dan intinya, ya. Oke lanjut...

Aku cuma mau bilang, dengan adanya tugas akhir ini otak aku cukup beradaptasi ke arah yang lebih terstruktur dan terkonsep. Bagus, tentu saja. Tapi imajinasiku tersendat hahaha. Kadang keinginan untuk nulis di blog begitu tinggi, bikin video di channel-ku juga tinggi, tapi saat akan prakteknya otak aku sudah mengeluh lelah lebih dulu. Bukan itu saja, ide-ide yang dulunya tidak pernah absen sekarang justru kudu dicari.

Dan kalian tahu apa yang lebih menggangguku akhir-akhir ini? Sikap spontan dan impulsifku selalu kambuh ditengah-tengah malam seperti saat ini. 

Iya. Disaat tubuh ingin istirahat tapi otak tidak membiarkannya. Kayaknya otak aku mau balas dendam deh, sepertinya dia tahu kalau siang dia aku pakai untuk rodi demi gelar hahaha...

Jadi pembacaku yang budiman, aku mau tanya sama kalian. Enaknya otak aku ini harus dibagaimanakan supaya sering kerjasama dengan hati? heuehueheuu...

Atau jangan jangan... diantara kalian juga ada yang seperti aku?


Continue reading Tentang RODI, IMPULSIF dan seorang MAHASISWA tingkat akhir.

Senin, 05 April 2021

Exam? OH NO!

Happy Tuesday! Guys, I really want to tell you about my problem. Hfft...

I really like reading novels, it makes me feel very happy and not busy. But now I have to do something even more important. It made me unable to read like I used to. I just finished my exam on campus. Trust me, it will make you like riding a roller coaster. Verry dizzy!

Sometimes I miss writing on my blog, I miss too reading my novel, but time doesn't allow for that. Maybe for several months, I will postpone writing on my blog. Sorry...

Continue reading Exam? OH NO!

Senin, 22 Maret 2021

Yang 'datang hanya untuk mengajarkan sesuatu'

 Dalam mencari pasangan, memang tidak ada yang benar-benar cocok. Dilihat dari segi mana pun, akan memiliki perbedaannya masing-masing. Dalam mencari pasangan bukan hanya sekedar, aku mencarimu dan aku bertemu denganmu. Menurutku, saat seseorang sudah memutuskan untuk mencari atau dicarikan pasangan, saat itu juga diri sendiri harus melatih sesuatu yang disebut mengalah.

Mengalah untuk menurunkan ego jika memang yang ditemui tidak langsung satu frekuensi. 

Mengalah saat kebiasaan yang tidak ingin diganggu tiba-tiba harus diubah menjadi teman bicara yang siaga.

Mengalah untuk memberi apa yang sekiranya akan disenangi saja.

Mengalah untuk meredam ego dengan diam-diam mencari tahu.

Mengalah untuk mencoba menerima setiap perbedaan.

Mengalah untuk tidak membalas sesuatu yang membuat kecewa.

Hingga yang paling penting adalah mengalah dengan menerima keadaan. 

Iya, keadaan. 

Orang yang selalu mengamati sikap lawan bicaranya, mau pun orang yang bahkan sudah banyak bertemu dengan orang dalam hidupnya, pasti sudah biasa dengan keadaan 'kecewa dengan seseorang'. Tapi ada yang masih sedikit sulit untuk diterima, yaitu 'menerima keadaan'.

Kenapa alurnya selalu seperti ini?

Kenapa siklus yang berulang seperti ini?

Sampai... Kenapa harus menerima keadaan ini?

Lalu memilih untuk melepas dan tidak mempedulikan lagi.

Lucunya, semua terjadi bukan karena mencari. Tapi justru karena klaim 'dicari' yang melekat. Saat dicari lantas ditemukan, saat itu keadaan baru akan tercipta. Sayangnya, saat tidak berhasil, itu membuat lagi-lagi peran 'mengalah' dibutuhkan.

Meski begitu solusinya hanya ada dua ; tarik nafas lalu hembuskan, dan percaya bahwa ada manusia yang telah ditetapkan takdirnya hanya untuk singgah dengan membawa tugas dari Yang Maha Kuasa, yang isi tugasnya adalah 'datang hanya untuk mengajarkan sesuatu'.

Continue reading Yang 'datang hanya untuk mengajarkan sesuatu'