Kamis, 17 Desember 2020

Podcast Spotify : Podfun Today Podcast (Quarter Life Crisis)


Hmmm... quarter life crisis nakutin ya? bukan cuma pikiran sendiri aja yang dipertanyakan, tapi juga isi hati. Salah satunya nentuin pilihan. Pernah gak sih, kalian nanya ke diri sendiri, sebenernya kalian itu lagi ngapain? rasanya hidup cuma sekedar hidup dan kerja sekedar kerja. jarang banget gitu, nanya ke diri sendiri maunya kayak gimana?

Di awal 20 tahunan umurku, aku jadi sering menanyakan banyak hal. aku sering berkhayal dan bermimpi hidup apa yang mau aku jalani. 

Contoh deh ya. Dari kecil aku itu sering beda sama temen-temen sebayaku. aku punya pikiran yang orang lain sering gak ngerti, kata orang tuaku aku punya dunia sendiri. Dan dalam melakukan suatu hal, aku selalu ingin membuat sesuatu jadi menyenangkan dulu sebelum dilakuin. Tipe orang yang gak bisa maksain diri buat ngelakuin yang aku sendiri gamau. Suka-suka diri gitu lah hahaha... dan kalau emang harus banget ngelakuinnya, aku pasti muter otak gimana caranya biar diri aku nerima. 

Tapi sayangnya, kadang hal untuk menghibur itu gak bisa aku lakuin sekarang. Dulu pengen cepet-cepet dewasa, udah dewasa malah gak tahu mau ngapain. kayak cuma ngikutin alur hidup aja. Ya memang... semua sudah ada yang mengatur. Kita mau bagaimana kita mau ngapain, semuanya udah dicatat. Tapi yang dimaksud di sini itu, kita juga perlu punya rencana kedepannya kan? meski hasil udah ditentuin tapi bukan artinya kita gak harus berusaha kan? 

Masalahnya... dalam membangun rencana di usia-usia sekarang gak bisa tinggal nulis. Banyak rencana yang mungkin kalau ditulisin cuma sebaris, tapi pertimbangannya bisa berjam-jam. Karena memikirkan rencana dan mempertanyakan usaha saat ini. Muncul perasaan baru. Cemas, minder, dan gak bahagia.

Orang bilang aku lagi ada di fase quarter life crisis. Istilah yang menyerang kaum muda yang beranjak dewasa seperti aku dan mungkin kalian juga. Ruang lingkupnya katanya ada di pendidikan, pekerjaan, keuangan, dan pasangan. 

Hmmm aku setuju sih, banget malah. Aku rasa awal-awal aku diharuskan mengambil keputusan itu saat memilih jurusan buat kuliah. Kalau asalnya aku optimis banget kalau jurusan yang aku ambil itu tepat, tiba-tiba pas udah mau akhir, pertanyaan seperti prospek kerja dan lain-lain malah muncul dan mengacaukan rasa optimisnya.

Pengennya dulu aku jadi orang naif aja gitu, gak mikirin apa-apa dan yang penting ngelakuin hal yang aku mau dan suka. selama tidak merugikan orang lain tentunya. Hal itu bikin aku mikir, kayaknya kalau aku masuk jurusan yang aku mau, meski capek kayaknya aku bahagia deh. Gitu.

Sampeee makin lama aku makin mempertanyakan, nanti kalau udah lulus mau kerja apa ya? jadi apa ya? bisa gak aku bersaing di bidang yang udah aku jalani selama kuliah? sampe munculah rasa minder.

Minder... kalau nanti aku gak bisa bersaing sama yang lain. Minder kalau nanti kumpul keluarga dan ditanya keahlian malah gak bisa apa-apa, dan yang terparah minder kalau nanti semua saudara dan temenku udah dapet kerja sedangkan aku belum. Apalagi disaat-saat semester akhir kayak sekarang. Beberapa temen udah ada yang kerja, entah itu jadi karyawan maupun buka usaha sendiri. 

Untuk masalah pekerjaan, pernah sih aku mikir kalau kerjaan kita nanti itu gak harus sesuai dengan jurusan kuliah kita. Banyak kok yang kayak gitu, dan mereka sukses. Tapi tiba-tiba sisi pikiranku yang lain menyela, kalau bukan yang selama ini kamu pelajari, mau apa lagi? yang kamu pelajari selama kuliah adalah itu, yang kamu dalami adalah itu, terus kenapa sekarang ada pikiran buat ngelakuin hal lain?

Tahu ga, ditanya gitu sama pikiran sendiri itu kayak gak diterima dimana-mana. Sialnya lagi, pikiranku yang itu satu pikiran sama orang tua dan teman-temanku juga. Katakanlah aku punya hobi menulis dan berkomunikasi dengan banyak orang, dan tentu saja punya mimpi untuk bekerja di bidang yang kusuka. Tapi gak segampang itu temaaan... 

Orang-orang di sekitarku bilang mimpiku itu gak pasti, gak menguntungkan, dan gak menghasilkan. Mereka lupa kalau bahwasannya aku dan mereka cuma hamba. Tapi ya balik lagi, kehidupan dan pengalaman keras yang bikin mereka bilang begitu.

Dan akhirnya kalau ada yang nanya apa cita-cita aku, aku bilang kalau aku hanya mau menggeluti bidan yang aku suka. Hahaha simple tapi susah digapai, ya.

Sulit digapai kayak cinta sejati. Eyaaa hahaha. Ngomongin cinta emang gak ada habisnya ya. Lagi-lagi diurusan hati sekalipun otak malah ikutan maen, ikut andil juga dia. 

Dalam dunia cinta, hal yang paling mudah itu memang mencintai dalam diam. Diam-diam memendam, diam-diam juga terluka. Ujung-ujungnya cuma bisa pasrah dan berserah ke yang maha kuasa. Keren ya otak kita di awal menuju dewasa ini. Bukan hanya pendidikan, pekerjaan, dan keungan aja loh yang dipertimbangkan. Tapi juga cinta yang mana harusnya itu bagian hati.

Kayak misalkan kasus, aku mengabaikan yang menantiku untuk mengharapkan dia yang tak pasti. Itu tuh banyak banget dialami cewek. Gak terkecuali aku. Selama belum nyerah, itu biasanya hati masih unggul dari otak. Otak kayak masih mati dan diem ditempat aja gitu. Belum maju.

Dan disaat patah, baru lah otak maju. 

Datang A, tolak. Datang B tolak, sampe orang sekitar berasumsi aku terlalu pemilih. Mereka gatau aja kalau sebenernya aku cuma belum pulih. Dan tibalah masanya orang-orang banyak menasehati ini itu. Timbulah tuntutan harus menerima dengan kedok membuka pikiran dan hati. Dan yang paling parah sampe di kata-katain terlalu jual mahal dan terlalu mementingkan karir. Barulah muncul rasa gak bahagia. 

Rasa gak bahagia dan akhirnya bikin aku mempertimbangkan ucapan mereka. Seperti... aku bisa nih nyoba suka sama dia karena dia begini dia begitu, iya ya, aku harus lebih menghargai perasaan orang yang udah lama banget nungguin aku. Disanalah godaan-godaan untuk mencoba timbul. Kadang heran, kalau masalah kerjaan mereka bilangnya sudah ada yang mengatur, tapi bagian perasaan mereka nyuruh buat kerja keras. 

Aku tahu di luar sana kalian juga ada yang kayak gini, bingung kayak dikejar umur. Seakan-akan harus melakukan semua yang baik mumpung masih muda. Memaksa memasukan sesuatu ke otak yang sebenarnya gak bisa diterima sama hati.

Aku gak bilang semua harus dilakukan sesuka hati, meski pengen tapi itu cuma harapan aku yang aku simpen aja. Tapi aku mau bilang kalau yang baik belum tentu yang terbaik. Kalau emang quarter life crisis emang lagi menyerang, yaudah ayo jalani. Toh ini salah satu fase dalam hidup. Fase dengan tujuan mendewasakan.

Untuk kalian yang masih mendengarkan, dan kebetulan mengalami hal serupa. Coba deh tarik nafas terus hembuskan perlahan sambil bilang ; aku bisa.

Dan untuk hati dan otak yang kadang gak sejalan, aku harap kalian bisa berdamai dikeadaan baik dan buruk yang nanti bisa aja terjadi.

0 comments:

Posting Komentar

Tolong berkomentar yang baik dan sopan ya, readers! juga centang kolom 'Notify me' sebelum publish komentar untuk mendapat notif balasan.
^^