Tampilkan postingan dengan label Romance. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Romance. Tampilkan semua postingan

Jumat, 14 Agustus 2020

, ,

[BOOK REVIEW] You Are the Apple of My Eye by Giddens Ko || “Aku suka pada diriku yang menyukaimu saat itu hingga sekarang.”

 


Judul : You are The Apple of My Eye
Penulis : Giddens Ko Genre : Drama, Romance.
Tebal : 350 halaman
Kategori : Novel semi-biografi, Novel remaja.
Harga : Rp. 63.000



“Aku suka pada diriku yang menyukaimu saat itu hingga sekarang.”


SINOPSIS

Kau sangat kekanak-kanakan - Shen Jiayi

Sedikit pun kau tidak berubah, nenek yang keras kepala - Ke Jingteng


Semua berawal saat Ke Jingteng, seorang siswa pembuat onar, dipindahkan untuk duduk di depan Shen Jiayi, supaya gadis murid teladan itu bisa mengawasinya. Ke Jingteng merasa Shen Jiayi sangat membosankan seperti ibu-ibu, juga menyebalkan. Apalagi, gadis itu selalu suka menusuk punggungnya saat ia ingin tidur di kelas dengan pulpen hingga baju seragamnya jadi penuh bercak tinta. Namun, Ke Jingteng menyadari, kalau Shen Jiayi adalah seorang gadis yang sangat spesial untuknya. 


Karena masa mudaku, semua adalah tentangmu...



A/N

Hai readers, senang sekali akhirnya aku bisa menulis review novel lagi setelah satu bulan lebih tidak membuka blog karena kesibukan kuliah online ini, euh! Ah iya, sebelum review lebih jauh aku mau kasih tahu kalian kalau sekarang, aku sangat-sangat antusias membahas novel ini. Kenapa? 

Karena You are The Apple of My Eye adalah novel kesukaanku sepanjang masa! yang kemudian disusul oleh The Lunar Chronicles series tentunya, hahaha. 

Jadi, ada beberapa tahapan yang aku jalani sebelum akhirnya tuntas membaca novel You are The Apple of My Eye. Yang pertama, aku tahu kabar novel You are The Apple of My Eye dari google karena saat itu filmnya sedang digarap. Karena penasaran akhirnya aku pun mencari lebih jauh tentang You are The Apple of My Eye. Dan ternyata... ada novelnya! 

Ya, begitulah. Aku selalu antusias dengan novel ketimbang filmnya. Biasanya.

Tapi waktu itu aku masih sekolah, dan harga novel tentunya tidak murah untukku waktu itu yang uang tabungannya hanya cukup untuk beli pulsa saja. Jadi, singkat cerita aku memilih alternatif lain ; download film-nya.

Aku tidak menyesal, sungguh. Filmnya bagus, apalagi tema yang diangkat adalah kisah favoritku, love story. Tapi aku tidak akan review filmnya di sini, jadi aku cuma mau bilang kalau setelah menonton film-nya, aku langsung membayangkan pasti novelnya jauuuuh lebih bagus.

Dan pada akhirnya, aku membeli novel ini di tahun 2019. Tentunya bukan perjalanan yang singkat.



REVIEW

You Are the Apple of My Eye adalah novel Mandarin karangan Giddens Ko, yang pertama kali diterjemahkan ke bahasa Indonesia oleh Penerbit Haru pada tahun 2014. Novel You are The Apple of My Eye menceritakan tentang laki-laki bernama Ke Jingteng yang menyukai gadis teladan di kelasnya bernama Shen Jiayi. 

You Are the Apple of My Eye adalah novel semi-biografi yang berkonsentrasi pada pengalaman cinta dan persahabatan Ke Jingteng sebagai peran utama. Sudut pandang yang digunakan dalam novel You are The Apple of My Eye adalah sudut pandang orang pertama, sehingga penyampaian narasi dan deskripsi yang disuguhkan terasa sangat nyata dan mudah dibayangkan.

Berbeda dengan film, You are The Apple of My Eye versi novel lebih kompleks dan rasanya lebih mendalam menurutku. Mungkin karena di film banyak sekali kisah yang dipotong bahkan dihilangkan, jadi saat membaca novel You are The Apple of My Eye terasa sekali perbedaannya. Sangat-sangat banyak, saking banyaknya aku sampai merasa membaca kisah baru.

Di novel You are The Apple of My Eye semuanya diceritakan secara runtut, begitu juga dengan kisah Ke Jingteng dengan Li Xiaohua yang saat itu terjalin sebelum hubungan Ke Jingteng bersama dengan Shen Jiayi. Selain kisah cinta, novel ini juga menyuguhkan cerita persahabatan yang sangat seru dan kocak tentunya.

Ada pun teman-teman Ke Jingteng yang aku ingat diantaranya ; Tsao Kuo Sheng,  Liao Ying Hung, Xu Bochun, dan Hu Chia Wei. Diantara semuanya, kalau tidak salah ingat nama, hanya Xu Bochun yang tidak mengejar Shen Jiayi dan menjadi saingan Ke Jingteng. Maka dari itu Ke Jingteng lebih dekat dengan Xu Bochun ketimbang dengan yang lain. 

Yoko punya Bibi Lung, aku punya Shen Jiayi. Yoko punya Dragon Flower, aku punya xiaoerduo. Yoko punya elang, aku punya Xu Bochun. Semua ini memang sudah ditakdirkan! 

Penceritaan karakter sampingan seperti sahabat-sahabat Ke Jingteng yang diceritakan secara detail mampu memberi nilai tambah untuk novel You are The Apple of My Eye. Bayangkan, penulis berhasil membuat semua karakter yang ada di novel You are The Apple of My Eye terasa sangat-sangat hidup!

Banyak sekali tingkah mereka yang membuat aku susah lupa dengan novel You are The Apple of My Eye, selain karena kisahnya yang menarik untuk diikuti, cara penulis mengemasnya juga tidak kalah bagus. Mulai dari gaya bahasa yang dekat dengan pembaca, penjabaran yang jelas dan pemikiran-pemikiran yang keren juga disisipkan di novel You are The Apple of My Eye

Selama membaca novel You are The Apple of My Eye, sering kali aku menandai kata-kata atau pemikiran-pemikiran Ke Jingteng yang 'selalu benar' , kritis dan penuh semangat. Seakan yang diucapkannya adalah perwakilan dari perasaanku saat di usia-usia mereka. Semua terasa benar dan apa adanya. Intinya penulis pandai sekali mengolah kata-katanya. AKU SUKAAA!

Secara teknis menulis, Giddens Ko memang tidak usah diragukan lagi. Maka dari itu, aku akan lebih banyak membahas tentang perasaanku saja saat membaca novel You are The Apple of My Eye ya, haha. Fyi, aku sering tertawa karena tingkah mereka yang aneh-aneh untuk mencuri perhatian Shen Jiayi. Banyak tingkah, banyak cara dan banyak kekonyolan. Ada yang menggunakan puisi, cara bicara yang intelek, sampai secara terang-terangan tanpa strategi. Tapi kurasa, dari mereka semua cara yang paling ampuh adalah caranya Ke Jingteng. 

Menurutku bukan karena dia tokoh utama, tapi karena Ke Jingteng berbeda. Disaat semua berlomba membuat Shen Jiayi terkesan, Ke Jingteng justru membuat Shen Jiayi merasa tertantang dan acapkali merasa kesal dengan tingkahnya. Ke Jingteng sadar, Shen Jiayi akan merasa risih jika didekati dengan cara seperti memberi surat atau pun bunga, karena Shen Jiayi adalah gadis pintar dewasa yang menyukai tantangan. Maka dari itu dirinya seolah mencari mati dengan mengajak Shen Jiayi bersaing dengannya dalam beberapa mata pelajaran.

Dari novel You are The Apple of My Eye aku mengakui sekaligus baru menemukan kebenaran istilah 'pacaran untuk penyemangat belajar.' 

Meski awalnya Ke Jingteng merasa terganggu dengan paksaan belajar dari Shen Jiayi, tapi akhirnya Ke Jingteng menyadari bahwa dirinya sebenarnya bisa jika ada kemauan. 

Begitu juga kita, readers :) 

Apalagi saat dirinya mulai dekat dengan Li Xiaohua yang selalu menanyakan soal-soal sulit, semangat belajar Ke Jingteng semakin bertambah karena merasa malu jika tidak bisa menjawab.

Tapi entah kenapa aku merasa hubungan mereka berat sebelah jika dibandingkan dengan Shen Jiayi. Ibaratnya jika dengan Shen Jiayi, Ke Jingteng tidak hanya memberi tapi juga diberi. Saling menguntungkan sekaligus saling bersaing. Sampai pada akhirnya belajar seakan menjadi kebutuhan pokok keduanya untuk bisa melengkapi satu sama lain.

Ke Jingteng adalah pengamat yang baik, hati-hati sekaligus romantis. Selain belajar, Ke Jingteng juga punya cara lain yang tak kalah ampuh, salah satunya menemani Shen Jiayi yang selalu memilih tinggal di sekolah sampai malam hari untuk belajar. 

“Pulang bersama”, entah muncul di kehidupan mana pun, kedua kata ini memiliki arti yang romantis. “Bersama” mewakili hal  yang tidak bisa dilakukan sendiri, “pulang” berarti kembali ke kehangatan.

Manis, sederhana, polos dan membuat susah lupa. Itulah kisah dalam novel You are The Apple of My Eye.

Mengingat novel You Are the Apple of My Eye ini memiliki alur maju-mundur, jadi selain kisah remaja mereka, penulis juga acapkali menceritakan tentang Ke Jingteng di masa kini. Mulai dari kisahnya yang menulis ceritanya bersama Shen Jiayi, sampai menyampaikan perasaan yang selama ini selalu untuk Shen Jiayi.

Delapan tahun menyukai membuat kami memiliki hubungan yang dalam.
Mungkin tidak sedekat pasangan, tetapi lebih dekat dari seorang teman.
Itu adalah belenggu. 

Semakin menuju bab akhir, konflik mulai berdatangan. Salah satunya mereka yang harus menjalani hubungan jarak jauh karena beda Universitas dan komunikasi yang kadang terkendala. Tidak sering bertemu dan membagi kisah membuat keduanya lebih mudah mengalami salah paham satu sama lain, sebelum akhirnya mereka harus mengambil keputusan besar.

Bisa dibilang, aku hanya pembaca. Tapi saat membaca bagaimana kisah mereka yang putus nyambung, perasaan Shen Jiayi yang tidak tersampaikan dengan benar, dan Ke Jingteng yang ragu-ragu membuat aku kesal sekaligus ikut patah hati. Pesannya tersampaikan dengan sangat baik.

Kurasa aku sudah jatuh cinta dengan novel You are The Apple of My Eye sampai ikut tertawa dan menangis bersama para tokoh :)

Meskipun pada akhirnya cinta itu tidak membuahkan hasil, tetapi selama pernah berkembang, warnanya tetap cerah. 

Dan untuk kekurangan, aku hanya merasa terganggu dengan beberapa hal kecil yang menurutku lebih pada pendapat pribadi. Seperti yang sudah aku bilang di atas, aku sudah lebih dulu menonton versi film, jadi saat aku membaca You are The Apple of My Eye versi novel aku terkadang membayangkan aktor dan artis di dalam film, membuaku merasa sedang membaca fan-fiction. 

Jujur, biasanya aku paling tidak suka membaca cerita yang sudah divisualisasikan oleh orang lain sebelumnya, karena aku lebih suka menggunakan visual yang aku bayangkan sendiri ketimbang ditentukan. Tapi karena terlanjur suka, jadi aku mencoba untuk menikmatinya.

Oh iya, ada satu lagi. Aku kurang suka dengan kenyataan bahwa Shen Jiayi juga dibuat pernah menjalin hubungan dengan sahabat-sahabat Ke Jingteng yang lain. Rasanya sedikit tidak rela saja :P

Akhir kata, terima kasih untuk penulis juga Penerbit Haru dan tim yang sudah mengemas novel You are The Apple of My Eye dengan sangat apik.


Meski kurasa tidak mungkin, tapi aku berharap bisa membaca sudut pandang Shen Jiayi.


Sampai jumpa...



 


Continue reading [BOOK REVIEW] You Are the Apple of My Eye by Giddens Ko || “Aku suka pada diriku yang menyukaimu saat itu hingga sekarang.”

Selasa, 24 Maret 2020

,

[BOOK REVIEW] Aku Yang Mencintaimu by Halo Oys


Judul : Aku yang mencintaimu
Penulis : Halo Oys
Halaman : 78 halaman
Genre : motivasi dan inspirasi
Rating  : 4.5 (playbook)


Kesalahan terbesarku adalah, merasa mendoakanmu paling banyak. Merasa memiliki ketulusan paling dalam. Padahal, aku melakukan segalanya karena mengharap imbalan, yaitu cintamu.


Tentang buku ini.

Semua orang mencintai, tetapi kadang-kadang mereka tak mengenali cinta itu sendiri. Mereka salah menempatkan cintanya, menjadi begitu patah hati. Namun, tak mau juga keluar dari lubang kepedihan itu. Di buku ini, akan kamu temukan bagaimana cinta yang seharusnya.


Review

Hai readers, Assalamualaykum! Apa kabar?

Hari ini sesuai kataku tadi malam di instagram story, aku akan review satu e-book non-fiksi yang aku dapatkan dari google playbook. Ngomong-ngomong ini pertama kalinya aku review buku non-fiksi, kan? Ah senangnya!

Baca juga : [BOOK REVIEW] UnderWater by Marisa Reichardt

Jadi... alasan pertama yang membuatku penasaran ingin membaca buku Aku Yang Mencintaimu adalah judulnya yang umum tapi menarik. Entah kenapa rasanya judul buku Aku Yang Mencintaimu cukup persuasif menurutku, apalagi ditambah dengan covernya yang manis, semakin membuatku tidak sabar ingin membacanya. Jadi... ya, aku memutuskan untuk membaca. Yeay!

Selain judul dan cover yang cantik-cantik kalem gitu, isi kertasnya juga ternyata tak kalah cantik. Warna pastel yang lembut seakan mencerminkan isi buku ini yang sangat manis. Tolong beri pujian untuk yang sudah mendesain buku ini dengan begitu manis~

Dari cover aku maju ke isi buku Aku Yang Mencintaimu. Buku non-fiksi bertajuk cinta ini membicarakan tentang bagaimana mencintai seseorang dengan benar sesuai ajaran Islam. Namun meskipun begitu, buku ini tidak ditulis dengan kata-kata yang kaku dan membosankan. Justru, buku Aku Yang Mencintaimu sangat asyik untuk dibaca setiap halamannya.

Gaya bahasanya luwes dan cocok untuk orang yang tidak suka gaya bahasa kaku, tapi masih dalam aturan bahasa Indonesia yang benar. Buku ini mengambil dua sudut pandang, sudut pandang pihak laki-laki dan sudut pandang pihak perempuan.

Untuk sudut pandang perempuan maupun laki-laki, buku ini sama-sama mengajarkan sekaligus menuntun tanpa menuntut dalam penyampaiannya. Ketika membaca sudut pandang perempuan, aku merasa buku ini memang bisa membaca hati aku sebagai perempuan.

Penulis banyak memberikan realisasi yang memang kerap terjadi pada diri perempuan masa kini. Buku ini masuk dan menusuk sangat jauh kedalam pembacanya. Entah kenapa yang dia tulis selalu benar dan terjadi di kalangan kaum perempuan.

Apa karena penulis adalah seorang perempuan, ya?

Bukan hanya dibuat terpukau oleh tembakannya yang tepat sasaran ketika sedang menyampaikan kata-kata, aku juga dibuat tahu banyak tantang apa yang dipikirkan oleh kaum laki-laki yang ditulis dibuku ini. Aku hanya angguk-angguk paham saja saat membaca sudut pandang laki-laki.

Dari setiap kasus dan penyelesainnya, penulis kerap kali mengambil contoh dari kisah sahabat Nabi Muhammad SAW. Seperti kataku tadi, tidak menuntut melainkan menuntun. Aku banyak diberitahu akan kisah sahabat Nabi yang tak kalah jauh manisnya dengan kisah cinta masa kini. Kisah cinta mereka abadi, manis, dan diridha oleh Allah. Bagaimana mungkin aku tidak leleh? heuheuuuu...

"Jangan gadaikan masa depanmu pada cinta, sebab dia bisa hilang sewaktu-waktu." hal-24

Intinya buku Aku Yang Mencintaimu tentang bagaimana mencintai yang benar di mata Allah, mengatasi permasalahan dengan cara yang diajarkan juga menyikapi setiap godaan yang datang. Aku banyak sekali belajar dari buku ini.

Apa kalian tahu apalagi yang bagus dari buku Aku Yang Mencintaimu?

TENTU SAJA KATA-KATA MUTIARANYA!

Ini adalah sebagian kata-kata yang aku suka dari buku Aku Yang Mencintaimu :



"Kadang-kadang kita bisa begitu bebal karena cinta, berpikir bahwa ia membalas rasa. Padahal sudah tahu, bisa saja ia hanya ramah saja. Namun tetap berharap setinggi-tingginya." 


"Bahwa, tak ada cinta sebelum bukti datang. Tak boleh memberi harapan pada hati yang serentan kaca dan sehalus sutra."


"Tak terpikirkah oleh dirimu? ketika meminta wanitamu menunggu? Hubungan ini bukan hanya tentang dirimu yang ingin ini itu."


"Kadang-kadang ketidakpastian bukan lahir dari keterbatasan, melainkan ketakutan. Takut memikul tanggung jawab yang besar." 


"Sudah tahu belum masanya, masih ngotot saja. Bila Allah berikan apa yang kamu mau meski sebetulnya dia bukan jodohmu, lantas bila akhirnya berpisah juga, kamu mengadu karena tersakiti, apakah tidak malu kepada-Nya?"


"Menjadi yang paling perhatian dan chat setiap saat tak menjamin dia akan berperan sampai akhir hayat di hidupmu."


"Bila kamu mencintai makhluk lebih dari penciptamu, saat patah hati kembali kesiapa? Sedangkan hatimu itu milik-Nya"


"Bahkan tidak ada satu jaminan, Bahwa dia tetap akan bersamamu. Apalagi pada hubungan yang serentan kaca bernama pacaran."





Jadi, itu tadi review-ku tentang buku Aku Yang Mencintaimu. 5 bintang dari 5 untuk buku Aku Yang Mencintaimu. Kalian jangan lupa baca, ya! oh iya, buku ini gratis! em... mungkin sedang gratis. Jadi sebelum berbayar lagi kalian harus segera membacanya. Hihihi...


Jangan lupa ikuti Instagramku : Poetesspoetess untuk tahu update-anku lainnya, ya!
Atau kalian bisa langsung klik menu FIND ME ON dibawah (versi mobile) dan disamping (versi web) blog ini.


Sampai jumpa di review selanjutnya.... ^^












Continue reading [BOOK REVIEW] Aku Yang Mencintaimu by Halo Oys

Jumat, 28 Februari 2020

, , ,

[BOOK REVIEW] Konspirasi Alam Semesta by Fiersa Besari



Judul : Konspirasi Alam Semesta
Penulis : Fiersa Besari
Penerbit : Mediakita
Halaman : 244
IDR : 75.000
Genre : Fiksi Roman



“Namun ‘rasa’ punya jalannya sendiri. Ia tak serta merta hadir untuk diutarakan. Kadang ‘rasa’ hanya untuk dinikmati dalam kesendirian, dengan setumpuk harapan.”


“Mencintaimu, merupakan kejutan terindah yang pernah kehidupan berikan padaku. Dicintaimu, merupakan bingkisan yang lebih indah.”







BLURB

Seperti apakah warna cinta? Apakah merah muda mewakili rekahannya, ataukah kelabu mewakili pecahannya?


SINOPSIS

Konspirasi alam semesta adalah novel tentang perjuangan laki-laki bernama Juang Astrajingga yang lahir pada bulan Desember 1985. Juang jatuh cinta pada gadis bernama Ana Tidae yang pertama kali ditemuinya. Kisah keduanya yang sederhana dan manis membawa mereka pada pertemuan klise membawa cinta.

Selain kisah cintanya yang penuh perjuangan, hidupnya pun penuh tekanan. Dirinya lahir dari keluarga yang di sebut-sebut komunis, dirinya mendapat perlakuan kurang enak dari masyarakat, salah satunya dikucilkan.

Namun pertemuannya dengan Ana membuat Juang melihat satu hal baru yang perlu diperjuangkan. Dirinya yang selalu berkelana ke penjuru negeri kini sudah menemukan tempatnya pulang.


REVIEW.

Romantis. Adalah kata pertama yang aku ungkapkan untuk novel satu ini. Katakanlah aku kudet karena baru mengenal sosok Fiersa besari dari novelnya yang juga baru pertama kali aku baca. Pertama-tama aku ingin mengulas tentang tampilan buku ini beserta perangkat yang ada didalamnya.

Pertama kali melihat novel ini aku disuguhkan oleh cover bertema vintage dengan corak coklat muda yang sederhana. Tampilannya begitu apik dengan format penampilan yang membuatku penasaran untuk membuka halaman pertama.

Berbeda dari buku biasanya, novel ini tidak hanya menyajikan cerita tetapi juga album si penulis yang bisa kita lihat dan scan di pembatas bukunya. Jadi aku bisa membaca novel ini sambil mendengarkan lagu sekaligus. Lagunya pun cocok, seakan memang sengaja dibuat untuk mengiringi pembaca ketika menyelami cerita Juang lebih jauh.

Baca juga: [BOOK REVIEW] Cafe Waiting Love by Giddens Ko

Dari segi cerita, khususnya kisah cinta keduanya, seperti yang sudah aku tulis diatas kisah ini begitu klise. Di awal pertemuan aku melihat Juang yang menabrak Ana sehingga membuat buku yang tengah dibawa Ana berjatuhan. Mereka berkenalan lalu mencari tahu tentang diri masing-masing sampai akhirnya bisa bersama-sama merajut kasih. Duh, bicara tentang novel ini bikin aku jadi ikut puitis hahaha!

Akan tetapi, ide Fiersa Besari yang tidak biasa adalah kisah tentang latar belakang Juang yang sedikit kurang aku mengerti karena ada unsur politik dan kemanusiaannya, dan yang aku serap hanya kesimpulannya saja yakni keluarga Juang adalah keluarga yang terlibat dalam lingkungan pragmatis yang senantiasa mesti tunduk pada rezim orba dulu. Sehingga keluarganya mau tak mau disebut keluarga komunis.

Jujur itu hal baru buat aku yang notabene belum pernah membaca buku tentang hal seperti itu. Yah tapi meskipun begitu, kalian –khususnya para cewek tidak perlu risau. Itu hanya dipaparkan untuk latar belakang Juang saja. Selebihnya novel ini begitu manis.

“aku ingin memelukmu sekali lagi, membalas kecemburuanku pada angin yang sewaktu-waktu bisa memelukmu.”

Meskipun berwatak keras, idealis dan tidak suka diatur, Juang ini adalah laki-laki yang pandai memainkan kata-kata. Tingkahnya yang tidak bisa ditebak selalu membuat Ana tersipu dan berbunga-bunga. Aku suka kalau Juang dan Ana sudah bertemu, pasti tidak bisa berhenti senyum. Keduanya saling melengkapi dan malu-malu di saat yang bersamaan.

Dan kalian pasti paham, jika dari awal sudah disuguhi hal manis yang membuat hati berbunga-bunga, pasti ada juga hal yang membuat sedih. Meskipun keduanya selalu bahagia setelah menjalani kehidupan bersama, tentu saja ada juga kesulitan yang dihadapi keduanya.

Tentang Juang yang bimbang untuk terus berpergian demi apa yang diimpikannya atau tetap bersama dengan pujaan hati dirumah. Dan hal itu membuat mau tak mau keduanya menjalani hubungan jarak jauh. Belum lagi Juang ini tidak main-main kalau sudah pergi, dirinya bisa pergi ke tempat yang sangat terpencil yang akan susah jika ingin berkabar.

Lalu Ana yang menunggu sambil menahan sakitnya dan terus berharap agar Juang baik-baik saja. Menurutku Ana ini gadis yang kuat dan mandiri. Terbukti saat dirinya sedang sakit serius, Ana tetap berJuang untuk sehat dan sebisa mungkin tidak merepotkan orang lain. Keduanya sama-sama berkemauan keras.

Sampai di akhir, hatiku tertohok dengan ending yang disuguhkan. Aku tidak mengira sama sekali akan seperti itu kejadiannya. Aku bahkan tidak bisa menebak akhirnya. Perasaanku sudah dipermainkan oleh novel ini heuheuheuuu... sampai-sampai pas selesai baca aku sempat terdiam sambil membayangkan apa yang baru aja aku baca di akhir.

KENAPA KAYAK GINI ENDINGNYA?!

KOK BISA GITU?

TUNGGU-TUNGGU. HAH?!

Aku tidak menyangkanya sama sekali. Namun meskipun aku menyukai novel ini, ada beberapa diksi dan istilah yang kurang aku pahami sehingga mengharuskan search sana-sini dan baru melanjutkan baca lagi. yah, sedikit mengganggu.

Jadi, aku kasih 4 bintang dari 5 untuk novel ini.
Bagaimana dengan kalian? Penggemar Fiersa udah baca novel ini belum?

Sedikit info, rencananya aku mau memberikan novel ini pada teman-temanku yang beruntung. Aku semata-semata memberikan novel ini bukan karena tidak suka, MELAINKAN SANGAT SUKA. Jadi sebagai tanda terimakasihku untuk kalian pengunjung setia blog-ku, aku ingin memberi kalian kado kecil ini. Tepatnya kapan giveaway akan diadakan akan diumumkan di story instagramku nanti.



(untuk versi desktop langsung klik di tempat yang sudah di-love aja ya.)


(untuk versi mobile langsung klik di tempat yang sudah di-love juga ya, lalu pilih opsi 'instagram')




Happy reading! Makasih sudah berkunjung. Sampai jumpa di review selanjutnya.



Continue reading [BOOK REVIEW] Konspirasi Alam Semesta by Fiersa Besari

Sabtu, 22 Februari 2020

, , ,

[BOOK REVIEW] Cafe Waiting Love by Giddens Ko



Judul : Cafe Waiting Love
Penulis : Giddens Ko
Penerbit : Haru
Tebal : 404 Halaman
Genre : Fiksi, Roman.
Harga Resmi : IDR 76.000



“Setiap orang sedang menunggu seseorangnya...”


BLURB

Dalam hidup ini, ada beberapa kali saat dimana jantung berdegup kencang, dan kata-kata tidak sanggup terucap. Aku belum pernah berpacaran,  tapi aku tahu bahwa seseorang yang percaya pada cinta, seharusnya menghargai momen setiap kali jantungnya berdebar, kemudian dengan berani mengejar kali berikutnya, kali berikutnya, dan kali berikutnya lagi.
Didalam sebuah Cafe kecil, setiap orang sedang menunggu seseorangnya.


Sinopsis
Cafe Waiting Love menceritakan tentang perjalanan cinta gadis supel dan penuh semangat bernama Li Siying. Dia adalah seorang siswi SMA kelas tiga yang sedang berusaha untuk menjadi pribadi yang mandiri. Li siying bekerja paruh waktu disebuah cafe bernama Cafe Waiting Love setiap pulang sekolah. Di tempatnya bekerja, dia memiliki rekan bernama Albus. Albus adalah penyuka perempuan sesama jenis yang terlihat berhati dingin, kendati begitu dirinya memiliki hati yang peka dan perhatian pada Li Siying. Ada juga pemilik cafe yang selalu disebut Nyonya Bos, dia lah yang memberi nama cafe ini dengan nama seperti itu. Dinamai Cafe Waiting Love karena Nyonya Bos berharap pengunjung akan menjadikan cafe-nya tempat untuk menemukan seseorang yang ditunggunya.



Review

Seperti biasa, aku selalu mengagumi karya Giddens Ko. Sudut pandang yang diambil dari novel ini adalah sudut pandang pertama, yang mana tokoh utama menjadi narator untuk kisahnya sendiri. Selain karena sudut pandang pertama yang membuatku suka, gaya penulis dalam menciptakan novel pun sangat sangat bagus dan menyentuh hati pembaca. Sederhana, penuh makna dan manis disaat yang bersamaan. Aku seperti mendengarkan kisah seseorang secara langsung, lalu aku terhanyut dibuatnya. Aku tidak pernah menemukan  novel dengan gaya penuturan yang sederhana namun sangat mengena di hati seperti karya-karyanya.

Selain itu, kata-kata dari masing-masing tokoh yang selalu benar dan menyentuh, sekaligus memberi pelajaran tentang cinta pada pembaca ini membuatku TERGILA-GILA! Bagaimana tidak, banyak kata-kata dan peristiwa yang manis di novel ini. Manis dan menyentuh namun tidak lebay dan mendayu-dayu. Keren!

Baca juga : [BOOK REVIEW] The Lunar Chronicles #2: Scarlet by Marissa Meyer

Lalu, bukan Giddens Ko jika tidak menambahkan unsur komedi di bukunya. Buku ini begitu mengalir seperti asli, kehidupan dan karakter tokohnya seakan benar-benar ada dalam dunia nyata. Aku seakan bertemu dengan mereka, lalu duduk dihadapannya sambil mendengarkan Li Siying bercerita.

Meskipun awalnya aku harus cukup sabar untuk bertemu dengan konflik dan kehidupan Li Siying yang baru kudapatkan setelah membaca cukup jauh, aku tidak merasa bosan karena Li Siying menceritakan banyak tokoh yang ditemuinya di Cafe Waiting Love sebelum masuk ke bab tentang dirinya.

Banyak sekali karakter dalam buku ini, namun yang menurutku sangat berkesan adalah para tokoh yang diceritakan sebelum Li Siying menjadi mahasiswi. Salah satunya adalah Fengming, yang tak lain dan tak bukan adalah kakak dari Li Siying.

Fengming adalah kakak dari Li Siying sekaligus teman sekamarnya. Fengming yang tidak pernah menganggap Li Siying sebagai perempuan membuat interaksi antara keduanya sangat unik dan sesekali mengocok perut. Li siying yang selalu kesal karena tingkah bodoh dan konyol kakaknya, dan Fengming yang selalu menjahili Li Siying dengan hal-hal bodoh.


Meskipun begitu, Li Siying menyayangi kakaknya layaknya seorang adik. Walau disini Li Siying lebih dewasa dan mandiri. Selain Fengming, ada juga Albus. Albus adalah rekan Li Siying di cafe yang memiliki kelainan. Dirinya tidak menyukai laki-laki karena seorang lesbian. Karakternya yang berhati dingin dan dangat sedikit bicara ini membuatku terkadang lupa bahwa dirinya adalah perempuan. Haha!

Di Cafe, Li Siying banyak bertemu dengan pria-pria dengan kepribadian yang berbeda. Dan pada saat itu, Li Siying menyukai Yang Zeyu yang tak lain adalah pengujung tetap Cafe. Yang Zeyu sangat menyukai dan selalu memesan Kopi Kenya. Namun meskipun begitu, ketika tengah datang bersama kekasihnya, dia akan memesan latte yang disukai kekasihnya dan akan pura-pura menyukai latte.


“Menyukai barang yang disukai pacar, sepertinya adalah PR-ku dalam berpacaran.” Hal. 156

“Semoga suatu hari nanti, aku bisa dengan gembira memesan dua gelas kenya.” Hal. 161


Yang Zeyu adalah mahasiswa IT yang pintar, selain itu dirinya juga ketua dari klub debat. Meskipun begitu, Yang Zeyu ini selalu ingin menampilkan yang terbaik sehingga acapkali tidak jujur dan tidak apa adanya dengan sikapnya. Sampai ketika di percakapan keduanya dengan Li Siying, dia akhirnya tidak perlu lagi menjadi orang lain.

Lalu A Tuo. Laki-laki yang terkenal dengan nasib buruknya ini adalah orang yang lugu dan pemalu. Dirinya selalu menjadi bahan ledekan teman-temannya karena pacarnya dulu direbut oleh seorang lesbian. Akan tetapi, meskipun dirinya selalu menjadi bahan ledekan, A Tuo tidak pernah marah atau pun melawan. Hal ini membuat Li Siying gemas bahkan memarahi A Tuo karena sikapnya yang tidak tegas.


“Sejak awal kehidupan, setiap orang sudah ditakdirkan untuk bertemu dengan seseorang di suatu tempat...” –hal. 43

“Siapa bersama dengan siapa, sebenarnya sudah ditentukan sejak awal. Tak perduli serumit apa pun suatu pertanyaan, jawabannya hanya ada satu. Dan hanya bisa satu.” –hal. 139


Dan yang terakhir adalah tentang ‘Nyonya Bos’. Selain pemberian nama cafe yang memiliki filosofi tersendiri dan membuat hati leleh, Nyonya Bos juga memiliki kisah cintanya sendiri yang tak kalah menyentuh hati. Tak tanggung-tanggung, Giddens Ko menaruh kisah Nyonya Bos diawal-awal bab. Membuatku semakin salut sekaligus merasa kasihan dengan Nyonya Bos yang satu ini. Selain memberi nama yang unik, Nyonya Bos juga memiliki resep kopi yang unik. Setiap orang yang memesan kopi Nyonya Bos ini akan mendapatkan kesempatan untuk duduk mengobrol sambil meminum kopi bersama dengan Nyonya Bos.

Kisah remaja yang menyentuh dengan pelajaran hidup masing-masing tokohnya membuatku memberi novel ini 5 bintang dari 5.

Ah iya, novel ini sudah di film-kan loh! jadi buat kalian yang penasaran dengan visualisasinya bisa banget nonton. Yah meski sejujurnya aku belum nonton filmnya sih. Jadi tidak tahu jika ada adegan yang ditambah atau dikurangi. 

Continue reading [BOOK REVIEW] Cafe Waiting Love by Giddens Ko

Senin, 30 Desember 2019

, , ,

[Book Review] : The Way I Use To Be by Amber Smith




Judul : The Way I Used To Be
Penulis : Amber Smith
Penerbit : Spring
Genre : Umum
Tebal : 392 halaman
Periode baca : 27-29 Desember 2019





Rating : 4/5


-Blurb-

          Eden adalah anak yang baik. Masa SMA sama sekali tidak mengubahnya. Namun, malam saat dia diperkosa oleh sahabat kakaknya telah mengubah segalanya. Kehidupan yang tadinya sederhana, menjadi sangat rumit. Apa yang tadinya dia sukai, kini dia benci. Apa yang tadinya dipikir benar, ternyata adalah sebuah kebohongan besar. Tidak ada yang masuk akal lagi. Eden tahu dia harus memberi tahu seseorang, tapi dia tidak bisa. Dia malah mengubur rahasia itu dalam-dalam. Namun saat ada orang yang benar-benar peduli padanya, akankah dia tetap menguburnya?

-Sinopsis-
   
      Eden McCrorey, remaja empat belas tahun yang manis. Dia memiliki keluarga dan sahabat yang menyayanginya. Semuanya baik-baik saja sampai malam mengerikan itu tiba. Ketika semua orang tengah terlelap, sahabat dari kakaknya yang sudah ia kenal sejak kecil itu memasuki kamar Eden diam-diam dan memperkosanya. Naasnya lagi Eden tidak bisa menyuarakan penderitaannya karena ancaman yang diberikan oleh pelaku –Kevin-.


     Setelah itu semuanya berubah, kehidupan normalnya perlahan-lahan menjadi kacau. Eden terlalu pengecut untuk mengungkapkannya kepada orang lain. Alih-alih bicara dirinya justru mencari pelarian dan pembenaran dari apa yang dialaminya.

     Pada tahun kedua di SMA Eden berubah menjadi sosok yang lebih percaya diri dan menarik. Hanya saja tingkahnya yang semakin berani dan kacau membuat Eden semakin jauh dari keluarganya. Bahkan Mara, sahabat Eden, akhirnya menyerah dengan tingkah Eden yang semakin menjadi. 

-Review-
     
     Pertama kali nemu novel ini dan baca blurb-nya, aku langsung membayangkan tokoh utama dan alur cerita yang menyedihkan. Maksudku seperti serial tv bergenre melodrama yang mengangkat tema sama dengan novel ini. Tapi... bayanganku langsung dirubuhkan setelah membaca karakter Eden. Serius, awalnya aku mengira harus menghiburnya, akan tetapi rasanya semua itu tidak perlu dilakukan setelah aku mulai memasuki bab dua. Jadi didalam buku ini terdapat empat bagian yang membagi perjalanan hidup Eden dalam beberapa tingkatan. Ada tahun freshman, sophomore, junior dan senior.

     Di awal bab, aku diajak untuk merasakan menjadi Eden saat itu. Mengenang cinta pertamanya, hari-hari bersama Mara dan temannya yang lain,  juga malam mengerikan itu. Rasanya menyiksa, penulisnya pintar sekali mengaduk-aduk perasaan pembaca dan membuat aku ikut sedih dan gemas disaat bersamaan.
    
     Bagaimana tidak gemas? Tingkah Eden disini menyebalkan sekaligus menyedihkan. Dia merasa semua hal baik didirinya yang melekat dibenak orang lain tidak pantas dirinya terima. Eden selalu menyalahkan dirinya sendiri karena sikap pengecutnya.  Apalagi ketika dirinya tengah dekat dengan kakak kelas populer yang juga disukainya, Joshua.

     Dan aku merasa di bab dua inilah Eden yang baru tercipta. Eden benar-benar berubah drastis, begitu juga Mara yang merupakan sahabat terbaik Eden. Keduanya berubah dari anak cupu yang selalu dipojokkan menjadi gadis cantik yang mengundang banyak perhatian. Selain cantik, kepribadian keduanya juga ikut berubah. Awalnya aku kesal dengan semua tingkah Eden yang terkesan baru mengenal dunia luar. Akan tetapi jika dilihat lagi latar belakangnya, rasa kesalku berubah menjadi kasihan, khawatir, miris dan beberapa perasaan yang hampir mirip dengan itu.

     Aku ingat betul saat Eden mencoba untuk memberitahu kakaknya -Caelin- untuk tetap tinggal bersamanya dan pindah kuliah yang tentu saja langsung ditolak mentah-mentah oleh Caelin. Aku sedih sekali waktu membacanya. Bayangkan, orang yang paling disayanginya lebih memilih pergi dan menganggap permintaannya tidak lebih dari ucapan seorang adik yang merindukan kakaknya.

     Aku tidak tahu harus berkata apalagi, tapi yang dilakukan Eden benar-benar gila! Dia melakukan semua hal yang dianggap buruk oleh orang-orang. Membuat kakaknya yang sangat menyayanginya sedih bahkan menangis, orangtua yang jengkel dan seakan tidak mengenalinya lagi, juga teman-temannya yang dibuat tidak habis pikir oleh sikap Eden. Menurutku Eden hanya berpikir untuk menjadi seseorang yang akan orang lain pikirkan ketika tahu apa yang terjadi malam itu.

     Jujur, andai aku bisa masuk kedalam novel dan bertemu Eden, aku ingin sekali membuatnya berani untuk mengatakan semuanya dan mengajaknya kembali ke jalan yang lurus. Haha! Tapi jika itu terjadi, novel ini akan terasa hambar kan?

     Selain karakter Eden dan tokoh lainnya yang membuat aku gemas sekaligus kasihan, aku juga menyukai cara penulis menyampaikan semuanya dengan sempurna. ‘Show, don’t tell’  penulis memang mengerti akan istilah itu. Aku terhanyut, dan ikut merasakan apa yang masing-masing tokoh rasakan. Hanya saja ada bagian yang kurang aku suka, mungkin bisa dikatakan berbanding terbalik dengan ending yang kubayangkan. Aku merasa ada hal yang seharusnya diperlihatkan kepada pembaca sebelum berakhir. Aku merasa penulis seakan memotong proses yang seharusnya diperlihatkan setelah semuanya sudah terungkap. Hanya hal kecil yang membuat aku hanya memberi empat bintang dari lima bintang.

     Kesimpulannya secara keseluruhan aku suka, sangat suka. Terlebih ini novel pertama yang mengambil tema cukup ‘berani’ yang kubaca. Hanya saja aku merasa kurang dipuaskan oleh ending yang diberikan.

     Sudahkah kalian membaca novel ini? Karena aku rasa aku sangat telat membacanya haha! Bagaimana menurut kalian?

     Terimakasih sudah berkunjung! ^^


Continue reading [Book Review] : The Way I Use To Be by Amber Smith