Sabtu, 22 Februari 2020

, , ,

[BOOK REVIEW] Cafe Waiting Love by Giddens Ko



Judul : Cafe Waiting Love
Penulis : Giddens Ko
Penerbit : Haru
Tebal : 404 Halaman
Genre : Fiksi, Roman.
Harga Resmi : IDR 76.000



“Setiap orang sedang menunggu seseorangnya...”


BLURB

Dalam hidup ini, ada beberapa kali saat dimana jantung berdegup kencang, dan kata-kata tidak sanggup terucap. Aku belum pernah berpacaran,  tapi aku tahu bahwa seseorang yang percaya pada cinta, seharusnya menghargai momen setiap kali jantungnya berdebar, kemudian dengan berani mengejar kali berikutnya, kali berikutnya, dan kali berikutnya lagi.
Didalam sebuah Cafe kecil, setiap orang sedang menunggu seseorangnya.


Sinopsis
Cafe Waiting Love menceritakan tentang perjalanan cinta gadis supel dan penuh semangat bernama Li Siying. Dia adalah seorang siswi SMA kelas tiga yang sedang berusaha untuk menjadi pribadi yang mandiri. Li siying bekerja paruh waktu disebuah cafe bernama Cafe Waiting Love setiap pulang sekolah. Di tempatnya bekerja, dia memiliki rekan bernama Albus. Albus adalah penyuka perempuan sesama jenis yang terlihat berhati dingin, kendati begitu dirinya memiliki hati yang peka dan perhatian pada Li Siying. Ada juga pemilik cafe yang selalu disebut Nyonya Bos, dia lah yang memberi nama cafe ini dengan nama seperti itu. Dinamai Cafe Waiting Love karena Nyonya Bos berharap pengunjung akan menjadikan cafe-nya tempat untuk menemukan seseorang yang ditunggunya.



Review

Seperti biasa, aku selalu mengagumi karya Giddens Ko. Sudut pandang yang diambil dari novel ini adalah sudut pandang pertama, yang mana tokoh utama menjadi narator untuk kisahnya sendiri. Selain karena sudut pandang pertama yang membuatku suka, gaya penulis dalam menciptakan novel pun sangat sangat bagus dan menyentuh hati pembaca. Sederhana, penuh makna dan manis disaat yang bersamaan. Aku seperti mendengarkan kisah seseorang secara langsung, lalu aku terhanyut dibuatnya. Aku tidak pernah menemukan  novel dengan gaya penuturan yang sederhana namun sangat mengena di hati seperti karya-karyanya.

Selain itu, kata-kata dari masing-masing tokoh yang selalu benar dan menyentuh, sekaligus memberi pelajaran tentang cinta pada pembaca ini membuatku TERGILA-GILA! Bagaimana tidak, banyak kata-kata dan peristiwa yang manis di novel ini. Manis dan menyentuh namun tidak lebay dan mendayu-dayu. Keren!

Baca juga : [BOOK REVIEW] The Lunar Chronicles #2: Scarlet by Marissa Meyer

Lalu, bukan Giddens Ko jika tidak menambahkan unsur komedi di bukunya. Buku ini begitu mengalir seperti asli, kehidupan dan karakter tokohnya seakan benar-benar ada dalam dunia nyata. Aku seakan bertemu dengan mereka, lalu duduk dihadapannya sambil mendengarkan Li Siying bercerita.

Meskipun awalnya aku harus cukup sabar untuk bertemu dengan konflik dan kehidupan Li Siying yang baru kudapatkan setelah membaca cukup jauh, aku tidak merasa bosan karena Li Siying menceritakan banyak tokoh yang ditemuinya di Cafe Waiting Love sebelum masuk ke bab tentang dirinya.

Banyak sekali karakter dalam buku ini, namun yang menurutku sangat berkesan adalah para tokoh yang diceritakan sebelum Li Siying menjadi mahasiswi. Salah satunya adalah Fengming, yang tak lain dan tak bukan adalah kakak dari Li Siying.

Fengming adalah kakak dari Li Siying sekaligus teman sekamarnya. Fengming yang tidak pernah menganggap Li Siying sebagai perempuan membuat interaksi antara keduanya sangat unik dan sesekali mengocok perut. Li siying yang selalu kesal karena tingkah bodoh dan konyol kakaknya, dan Fengming yang selalu menjahili Li Siying dengan hal-hal bodoh.


Meskipun begitu, Li Siying menyayangi kakaknya layaknya seorang adik. Walau disini Li Siying lebih dewasa dan mandiri. Selain Fengming, ada juga Albus. Albus adalah rekan Li Siying di cafe yang memiliki kelainan. Dirinya tidak menyukai laki-laki karena seorang lesbian. Karakternya yang berhati dingin dan dangat sedikit bicara ini membuatku terkadang lupa bahwa dirinya adalah perempuan. Haha!

Di Cafe, Li Siying banyak bertemu dengan pria-pria dengan kepribadian yang berbeda. Dan pada saat itu, Li Siying menyukai Yang Zeyu yang tak lain adalah pengujung tetap Cafe. Yang Zeyu sangat menyukai dan selalu memesan Kopi Kenya. Namun meskipun begitu, ketika tengah datang bersama kekasihnya, dia akan memesan latte yang disukai kekasihnya dan akan pura-pura menyukai latte.


“Menyukai barang yang disukai pacar, sepertinya adalah PR-ku dalam berpacaran.” Hal. 156

“Semoga suatu hari nanti, aku bisa dengan gembira memesan dua gelas kenya.” Hal. 161


Yang Zeyu adalah mahasiswa IT yang pintar, selain itu dirinya juga ketua dari klub debat. Meskipun begitu, Yang Zeyu ini selalu ingin menampilkan yang terbaik sehingga acapkali tidak jujur dan tidak apa adanya dengan sikapnya. Sampai ketika di percakapan keduanya dengan Li Siying, dia akhirnya tidak perlu lagi menjadi orang lain.

Lalu A Tuo. Laki-laki yang terkenal dengan nasib buruknya ini adalah orang yang lugu dan pemalu. Dirinya selalu menjadi bahan ledekan teman-temannya karena pacarnya dulu direbut oleh seorang lesbian. Akan tetapi, meskipun dirinya selalu menjadi bahan ledekan, A Tuo tidak pernah marah atau pun melawan. Hal ini membuat Li Siying gemas bahkan memarahi A Tuo karena sikapnya yang tidak tegas.


“Sejak awal kehidupan, setiap orang sudah ditakdirkan untuk bertemu dengan seseorang di suatu tempat...” –hal. 43

“Siapa bersama dengan siapa, sebenarnya sudah ditentukan sejak awal. Tak perduli serumit apa pun suatu pertanyaan, jawabannya hanya ada satu. Dan hanya bisa satu.” –hal. 139


Dan yang terakhir adalah tentang ‘Nyonya Bos’. Selain pemberian nama cafe yang memiliki filosofi tersendiri dan membuat hati leleh, Nyonya Bos juga memiliki kisah cintanya sendiri yang tak kalah menyentuh hati. Tak tanggung-tanggung, Giddens Ko menaruh kisah Nyonya Bos diawal-awal bab. Membuatku semakin salut sekaligus merasa kasihan dengan Nyonya Bos yang satu ini. Selain memberi nama yang unik, Nyonya Bos juga memiliki resep kopi yang unik. Setiap orang yang memesan kopi Nyonya Bos ini akan mendapatkan kesempatan untuk duduk mengobrol sambil meminum kopi bersama dengan Nyonya Bos.

Kisah remaja yang menyentuh dengan pelajaran hidup masing-masing tokohnya membuatku memberi novel ini 5 bintang dari 5.

Ah iya, novel ini sudah di film-kan loh! jadi buat kalian yang penasaran dengan visualisasinya bisa banget nonton. Yah meski sejujurnya aku belum nonton filmnya sih. Jadi tidak tahu jika ada adegan yang ditambah atau dikurangi. 

2 komentar:

  1. Novel2nya Giddens Ko kayaknya real banget dgn kehidupan masa skrg yaa. Aku sendiri belum baca novel ini sih XD

    Membaca review novel ini membuatku bertanya2 apakah Li Siying bakal jadian sama Yang Yezu? Ngebayangin interaksi mereka pasti adem 😌

    BalasHapus

Tolong berkomentar yang baik dan sopan ya, readers! juga centang kolom 'Notify me' sebelum publish komentar untuk mendapat notif balasan.
^^