Judul : Scarlet
Penulis : Marissa
Meyer
Tebal : 444
Halaman
Genre : Fantasy, Sci-Fi, Dystophia
Harga Resmi
: IDR 81. 500
“Tinggallah
bersamaku. Lindungi aku, seperti janjimu padaku.” –hal. 382
“... itu
berarti kau adalah ratuku yang sejati, karena itu, kau mendapat kesetiaanku.” –hal.
431
BLURB
Nenek Scarlet Benoit, Michelle Benoit, menghilang. Bahkan
kepolisian berhenti mencarinya dan menganggap wanita itu melarikan diri atau
bunuh diri.
Marah dengan keputusan dari pihak kepolisian, Scarlet membulatkan
tekad untuk mencari Neneknya bersama dengan seorang pemuda petarung jalanan
bernama Wolf, yang kelihatannya menyimpan informasi tentang hilangnya Nenek Scarlet.
Apakah benar Wolf bisa dipercaya? Rahasia apa yang disimpan Michelle Benoit sampai dia harus menghilang?
Apakah benar Wolf bisa dipercaya? Rahasia apa yang disimpan Michelle Benoit sampai dia harus menghilang?
Dibelahan bumi yang lain, status Cinder berubah dari
mekanik ternama menjadi buronan yang paling diinginkan diseluruh penjuru
Persemakmuran Timur. Dapatkah Cinder sekali lagi menyelamatkan pangeran Kai dan
bumi dari Levana?
SINOPSIS
Scarlet adalah
buku kedua dari seri The Lunar Chronicles yang ditulis Marissa Meyer. Sama seperti
buku sebelumnya, Scarlet juga novel penceritaan ulang. Scarlet merupakan
penceritaan ulang dari dongeng ‘Gadis
Berkerudung Merah’ karya Grimm bersaudara. Novel ini menceritakan tentang gadis
berambut keriting bernama Scarlet Benoit yang mencari Neneknya yang hilang. Dirinya
tinggal di Rieux, Prancis, Federasi Eropa. Scarlet menjalani kesehariannya
dengan menjadi pemasok sayuran di sebuah restoran dekat tempat dirinya tinggal.
Dalam pencarian
Neneknya yang hilang, Scarlet bertemu dengan seorang petarung jalanan bernama Wolf,
dirinya dipertemukan dengan cara yang tidak disengaja. Awalnya Scarlet
merasakan keganjalan pada diri Wolf sampai sulit untuk mempercayainya saat Wolf
yang tiba-tiba ingin membantu Scarlet untuk mencarikan Neneknya.
Namun, Scarlet
yang lama kelamaan lelah karena tidak menerima pencerahan sama sekali tentang
keberadaan Neneknya, pada akhirnya memilih untuk menerima bantuan Wolf. Rintangan
demi rintangan mereka lalui bersama demi mencari sang Nenek. Wolf, yang tadinya
sangat misterius pun mulai menunjukan dirinya yang asli.
Sementara Cinder
yang juga tengah dalam pelarian juga ikut mencari Nenek Scarlet yang hilang. Dirinya
dan Thorne berkelana agar bisa menemui Nenek Scarlet untuk mendapat jawaban
dari teka-teki yang selama ini dirinya cari, yang mana tanpa dirinya tahu orang
yang dicarinya juga tengah dalam pencarian. Hal itu membuat Scarlet dan Cinder
saling berkaitan satu sama lain.
REVIEW
Hai readers! Senang sekali saat tahu kalian memutuskan
untuk kembali kesini. Terimakasih banyak! Tapi sebelum aku mulai membahas Scarlet
dan Wolf lebih jauh, ijinkan aku untuk meluapkan jeritanku yang tertahan
setelah membaca habis novel ini. AAAA!!!
Oke cukup.
Sejujurnya aku belum pernah membaca dongeng ‘Gadis
berkerudung merah’ secara lengkap. Aku hanya tahu konflik dan ending dongeng
ini dari kartun yang aku tonton saat masih kecil dan mengingat begitu
terkenalnya dongeng ini, aku jadi banyak mendengar. Intinya aku hanya jadi
pendengar. Jadi... yah, aku tidak tahu Scarlet ini gadis seperti apa dalam
dongeng aslinya.
Tapi... aku benar-benar jatuh cinta dengan karakternya di
novel ini. Scarlet yang kuat, pemberani, keras kepala, gigih dan sedikit
gegabah adalah karakter kesukaanku. Bagaimana tidak, pada pembukaan novel ini
saja aku sudah bertemu dengan Scarlet yang marah-marah pada buah tomat, lalu dia
bungkam ketika tahu tomat yang dimarahi ternyata adalah tomat miliknya.
Saat melanjutkan untuk membaca buku ini yang notabene
lanjutan Cinder, aku sempat bingung dimana titik temu buku Cinder dan Scarlet
ini. Awalnya aku merasa novel ini adalah novel stand alone yang bisa aku baca tanpa membaca buku pertamanya lebih
dulu. Itu karena Scarlet memiliki dunianya sendiri. Marissa Meyer seakan
mengajak pembaca untuk lebih jauh mengenal Scarlet dan terbuai dulu dengan
kisahnya. Sehingga pada pertengahan menuju akhir, Cinder muncul bersama dengan
Iko dan Thorne untuk mencari Nenek Scarlet.
Baca juga : [Book Review] The Lunar Chronicles #1: Cinder by Marissa Meyer
Baca juga : [Book Review] The Lunar Chronicles #1: Cinder by Marissa Meyer
Penjelasan yang begitu detail bisa sampai dengan sempurna
pada pembaca. Aku jadi membayangkan setting tempat di film Ratatouille saat
awal-awal membaca haha! Tapi tidak berlangsung lama sampai tokoh Wolf muncul. Oh
bagaimana bisa aku melupakan tokoh yang satu itu?! Aku sangat-sangat
menyukainya sampai lupa bahwa dirinya hanyalah toko fiksi saking nyatanya
keberadaan tokoh yang satu ini.
Rasanya tidak seperti membaca novel akan tetapi menonton
film. Di novel ini porsi adegan action
lebih banyak, begitu pula porsi adegan romantis dan misterinya. Penulis seakan
ingin menebus porsi romantis yang kurang di novel sebelumnya dengan menabur banyak
adegan manis di novel ini. Dan jika di novel Cinder kalian akan diajak pintar
dengan bioteknologi dan semacamnya –yang sejujurnya sedikit susah kupahami
meski aku anak Ipa, di Scarlet kalian akan dibawa terbang dengan perasaan
berbunga-bunga.
Aku sampai menggebu-gebu untuk cepat selesai membacanya. Bukan
hanya karena adegan manis yang ada, akan tetapi adegan action di novel ini juga sangat seru dan menegangkan. Setiap detiknya
terasa begitu lama dan mendalam seakan aku sedang ikut masuk kedalamnya.
Selain itu novel ini penuh dengan plot twist yang tidak bisa aku prediksi sebelumnya. Kadang aku
tersenyum, melotot, sampai merasa sangat sedih. Aku jatuh cinta dengan bagaimana
cara novel ini mengaduk-aduk perasaanku dengan mudah. Percayalah, penyampaiannya
sangat mudah dicerna dan dibayangkan.
Salah satu yang mampu mengaduk
perasaanku adalah Wolf. Karakternya yang tertutup, ragu-ragu akan hal baru dan
selalu menyembunyikan apa yang dirasakannya membuatku semakin tertarik dengan Wolf.
Namun meskipun begitu, Wolf memiliki sisi yang setia kawan dan lucu ketika
sedang menjadi ‘manusia’. Aku ingat satu adegan dimana Wolf pertama kali
memakan tomat. Bayangkan, dengan tubuh kekar dan status petarung jalanan yang
disandangnya, dia mengikuti Scarlet hanya karena sebuah tomat. Dia terang-terangan
menyukai tomat. Itu sangat sangat sangat menggemaskan! Seperti melihat Wolf
versi Chibi. Tapi jangan salah, Wolf tidak segan-segan untuk menunjukkan sisi
gelapnya ketika tahu orang yang disayanginya terluka. Seakan memiliki dua jiwa
dalam satu tubuh. Love you Wolf !
Selain Scarlet dan Wolf, Cinder juga ikut andil disini. Karakter
tokoh di buku pertama pun mengalami perkembangan yang cukup baik. Sekarang selain
aura kecemasan yang selalu melekat pada Cinder, aku juga bisa merasakan kedekatanya
dengan Thorne bertambah. Cinder juga menjadi lebih hati-hati dalam bertindak
dan mengambil keputusan semenjak identitasnya sebagai ‘putri bulan’ ia ketahui.
Selain masalah Cinder yang semakin besar karena status
buronnya, pangeran Kai pun menjadi semakin ragu pada Cinder. Dalam hati dirinya
sangat yakin bahwa Cinder tidak bersalah, dirinya yakin Cinder melakukan semua
ini karena suatu alasan. Tapi dirinya juga merasa terhianati karena semua bukti
kejahatan yang mengarah kepada Cinder.
Aku tidak tahu kapan tepatnya pangeran Kai akan dibahas
penuh, mungkin dibuku ketiga atau mungkin buku keempat. Tapi aku harap, itu
tidak terlalu lama. Karena aku juga ingin menyukai pangeran Kai seperti aku
menyukai yang lain. Maksudku, aku suka Kai, tapi lebih suka yang lain. Yah kamu
mengerti kan maksudku?
Terakhir, aku sangat ingin melakukan sesuatu yang
seharusnya sudah aku lakukan dari awal. yaitu memuji desain cover dari novel
The Lunar Chronicles ini. Visualisasi tokoh yang tidak terlalu diekspos, juga
latarnya yang hitam membuat kesan simpel, elegan dan keren pada novel ini. Juga
terjemahan dari penerbit Spring yang sangat bagus sangat membantuku dalam
mencerna isi cerita dengan mudah. Terimakasi penerbit Spring!
Kesimpulan dari semuanya adalah aku sangat suka Scarlet. Tidak
ada yang membuatku kecewa. Dan aku lebih mudah memahami Scarlet ketimbang Cinder.
5 bintang dari 5 aku beri untuk
novel ini.
Jangan sungkan untuk berkomentar dan sampai jumpa di
review selanjutnya....