Tampilkan postingan dengan label Sci-fi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sci-fi. Tampilkan semua postingan

Selasa, 18 Februari 2020

, , ,

[BOOK REVIEW] The Lunar Chronicles #2: Scarlet by Marissa Meyer



Judul : Scarlet
Penulis : Marissa Meyer
Tebal : 444 Halaman
Genre : Fantasy, Sci-Fi, Dystophia
Harga Resmi : IDR 81. 500



“Tinggallah bersamaku. Lindungi aku, seperti janjimu padaku.” –hal. 382

“... itu berarti kau adalah ratuku yang sejati, karena itu, kau mendapat kesetiaanku.” –hal. 431



BLURB

Nenek Scarlet Benoit, Michelle Benoit, menghilang. Bahkan kepolisian berhenti mencarinya dan menganggap wanita itu melarikan diri atau bunuh diri.

Marah dengan keputusan dari pihak kepolisian, Scarlet membulatkan tekad untuk mencari Neneknya bersama dengan seorang pemuda petarung jalanan bernama Wolf, yang kelihatannya menyimpan informasi tentang hilangnya Nenek Scarlet. 

Apakah benar Wolf bisa dipercaya? Rahasia apa yang disimpan Michelle Benoit sampai dia harus menghilang?

Dibelahan bumi yang lain, status Cinder berubah dari mekanik ternama menjadi buronan yang paling diinginkan diseluruh penjuru Persemakmuran Timur. Dapatkah Cinder sekali lagi menyelamatkan pangeran Kai dan bumi dari Levana?



SINOPSIS 

Scarlet adalah buku kedua dari seri The Lunar Chronicles yang ditulis Marissa Meyer. Sama seperti buku sebelumnya, Scarlet juga novel penceritaan ulang. Scarlet merupakan penceritaan ulang  dari dongeng ‘Gadis Berkerudung Merah’ karya Grimm bersaudara. Novel ini menceritakan tentang gadis berambut keriting bernama Scarlet Benoit yang mencari Neneknya yang hilang. Dirinya tinggal di Rieux, Prancis, Federasi Eropa. Scarlet menjalani kesehariannya dengan menjadi pemasok sayuran di sebuah restoran dekat tempat dirinya tinggal.

Dalam pencarian Neneknya yang hilang, Scarlet bertemu dengan seorang petarung jalanan bernama Wolf, dirinya dipertemukan dengan cara yang tidak disengaja. Awalnya Scarlet merasakan keganjalan pada diri Wolf sampai sulit untuk mempercayainya saat Wolf yang tiba-tiba ingin membantu Scarlet untuk mencarikan Neneknya.

Namun, Scarlet yang lama kelamaan lelah karena tidak menerima pencerahan sama sekali tentang keberadaan Neneknya, pada akhirnya memilih untuk menerima bantuan Wolf. Rintangan demi rintangan mereka lalui bersama demi mencari sang Nenek. Wolf, yang tadinya sangat misterius pun mulai menunjukan dirinya yang asli.

Sementara Cinder yang juga tengah dalam pelarian juga ikut mencari Nenek Scarlet yang hilang. Dirinya dan Thorne berkelana agar bisa menemui Nenek Scarlet untuk mendapat jawaban dari teka-teki yang selama ini dirinya cari, yang mana tanpa dirinya tahu orang yang dicarinya juga tengah dalam pencarian. Hal itu membuat Scarlet dan Cinder saling berkaitan satu sama lain.



REVIEW

Hai readers! Senang sekali saat tahu kalian memutuskan untuk kembali kesini. Terimakasih banyak! Tapi sebelum aku mulai membahas Scarlet dan Wolf lebih jauh, ijinkan aku untuk meluapkan jeritanku yang tertahan setelah membaca habis novel ini. AAAA!!!

Oke cukup.


Sejujurnya aku belum pernah membaca dongeng ‘Gadis berkerudung merah’ secara lengkap. Aku hanya tahu konflik dan ending dongeng ini dari kartun yang aku tonton saat masih kecil dan mengingat begitu terkenalnya dongeng ini, aku jadi banyak mendengar. Intinya aku hanya jadi pendengar. Jadi... yah, aku tidak tahu Scarlet ini gadis seperti apa dalam dongeng aslinya.

Tapi... aku benar-benar jatuh cinta dengan karakternya di novel ini. Scarlet yang kuat, pemberani, keras kepala, gigih dan sedikit gegabah adalah karakter kesukaanku. Bagaimana tidak, pada pembukaan novel ini saja aku sudah bertemu dengan Scarlet yang marah-marah pada buah tomat, lalu dia bungkam ketika tahu tomat yang dimarahi ternyata adalah tomat miliknya.

Saat melanjutkan untuk membaca buku ini yang notabene lanjutan Cinder, aku sempat bingung dimana titik temu buku Cinder dan Scarlet ini. Awalnya aku merasa novel ini adalah novel stand alone yang bisa aku baca tanpa membaca buku pertamanya lebih dulu. Itu karena Scarlet memiliki dunianya sendiri. Marissa Meyer seakan mengajak pembaca untuk lebih jauh mengenal Scarlet dan terbuai dulu dengan kisahnya. Sehingga pada pertengahan menuju akhir, Cinder muncul bersama dengan Iko dan Thorne untuk mencari Nenek Scarlet.

Baca juga : [Book Review] The Lunar Chronicles #1: Cinder by Marissa Meyer

Penjelasan yang begitu detail bisa sampai dengan sempurna pada pembaca. Aku jadi membayangkan setting tempat di film Ratatouille saat awal-awal membaca haha! Tapi tidak berlangsung lama sampai tokoh Wolf muncul. Oh bagaimana bisa aku melupakan tokoh yang satu itu?! Aku sangat-sangat menyukainya sampai lupa bahwa dirinya hanyalah toko fiksi saking nyatanya keberadaan tokoh yang satu ini.

Rasanya tidak seperti membaca novel akan tetapi menonton film. Di novel ini porsi adegan action lebih banyak, begitu pula porsi adegan romantis dan misterinya. Penulis seakan ingin menebus porsi romantis yang kurang di novel sebelumnya dengan menabur banyak adegan manis di novel ini. Dan jika di novel Cinder kalian akan diajak pintar dengan bioteknologi dan semacamnya –yang sejujurnya sedikit susah kupahami meski aku anak Ipa, di Scarlet kalian akan dibawa terbang dengan perasaan berbunga-bunga.

Aku sampai menggebu-gebu untuk cepat selesai membacanya. Bukan hanya karena adegan manis yang ada, akan tetapi adegan action di novel ini juga sangat seru dan menegangkan. Setiap detiknya terasa begitu lama dan mendalam seakan aku sedang ikut masuk kedalamnya.

Selain itu novel ini penuh dengan plot twist yang tidak bisa aku prediksi sebelumnya. Kadang aku tersenyum, melotot, sampai merasa sangat sedih. Aku jatuh cinta dengan bagaimana cara novel ini mengaduk-aduk perasaanku dengan mudah. Percayalah, penyampaiannya sangat mudah dicerna dan dibayangkan.

Salah satu yang mampu mengaduk perasaanku adalah Wolf. Karakternya yang tertutup, ragu-ragu akan hal baru dan selalu menyembunyikan apa yang dirasakannya membuatku semakin tertarik dengan Wolf. Namun meskipun begitu, Wolf memiliki sisi yang setia kawan dan lucu ketika sedang menjadi ‘manusia’. Aku ingat satu adegan dimana Wolf pertama kali memakan tomat. Bayangkan, dengan tubuh kekar dan status petarung jalanan yang disandangnya, dia mengikuti Scarlet hanya karena sebuah tomat. Dia terang-terangan menyukai tomat. Itu sangat sangat sangat menggemaskan! Seperti melihat Wolf versi Chibi. Tapi jangan salah, Wolf tidak segan-segan untuk menunjukkan sisi gelapnya ketika tahu orang yang disayanginya terluka. Seakan memiliki dua jiwa dalam satu tubuh. Love you Wolf !

Selain Scarlet dan Wolf, Cinder juga ikut andil disini. Karakter tokoh di buku pertama pun mengalami perkembangan yang cukup baik. Sekarang selain aura kecemasan yang selalu melekat pada Cinder, aku juga bisa merasakan kedekatanya dengan Thorne bertambah. Cinder juga menjadi lebih hati-hati dalam bertindak dan mengambil keputusan semenjak identitasnya sebagai ‘putri bulan’ ia ketahui.

Selain masalah Cinder yang semakin besar karena status buronnya, pangeran Kai pun menjadi semakin ragu pada Cinder. Dalam hati dirinya sangat yakin bahwa Cinder tidak bersalah, dirinya yakin Cinder melakukan semua ini karena suatu alasan. Tapi dirinya juga merasa terhianati karena semua bukti kejahatan yang mengarah kepada Cinder.

Aku tidak tahu kapan tepatnya pangeran Kai akan dibahas penuh, mungkin dibuku ketiga atau mungkin buku keempat. Tapi aku harap, itu tidak terlalu lama. Karena aku juga ingin menyukai pangeran Kai seperti aku menyukai yang lain. Maksudku, aku suka Kai, tapi lebih suka yang lain. Yah kamu mengerti kan maksudku?

Terakhir, aku sangat ingin melakukan sesuatu yang seharusnya sudah aku lakukan dari awal. yaitu memuji desain cover dari novel The Lunar Chronicles ini. Visualisasi tokoh yang tidak terlalu diekspos, juga latarnya yang hitam membuat kesan simpel, elegan dan keren pada novel ini. Juga terjemahan dari penerbit Spring yang sangat bagus sangat membantuku dalam mencerna isi cerita dengan mudah. Terimakasi penerbit Spring!

Kesimpulan dari semuanya adalah aku sangat suka Scarlet. Tidak ada yang membuatku kecewa. Dan aku lebih mudah memahami Scarlet ketimbang Cinder. 5 bintang dari 5 aku beri untuk novel ini.

Jangan sungkan untuk berkomentar dan sampai jumpa di review selanjutnya....


Continue reading [BOOK REVIEW] The Lunar Chronicles #2: Scarlet by Marissa Meyer

Sabtu, 15 Februari 2020

, , , ,

[Book Review] The Lunar Chronicles #1: Cinder by Marissa Meyer


Judul : Cinder
Penulis : Marissa Meyer
Penerbit : SPRING
Tebal : 384 halaman
Genre : Young Adult , Fantasy , Sci-fi
Harga Resmi : 79.000


SINOPSIS
Cinder adalah karya pertama Marissa Meyer dalam The Lunar Chronicles yang merupakan re-telling dari kisah Cinderella. Novel ini diterjemahkan pertama kali oleh Penerbit Spring pada januari tahun 2016. Novel ini menceritakan tentang Linh Cinder yang merupakan seorang mekanik di Persemakmuran Timur, New Beijing pada tahun 126 setelah perang dunia empat berakhir (dunia karangan penulis).

Cinder yang tinggal bersama Ibu tirinya, Adri dan juga kedua saudara tirinya Peony dan Pearl acapkali membuat Cinder merasa tersiksa dan ingin lari. Namun meskipun begitu dalam novel Cinder ini, salah satu saudara tirinya –Peony justru menyukai Cinder. Selain itu, Cinder memiliki sahabat berbentuk android yang bernama Iko. Iko selalu berada di sisi Cinder dan memiliki emosi layaknya manusia. Adapun hal yang membuat Cinder menjadi istimewa sekaligus berbeda dari yang lain, yaitu fakta bahwa dirinya adalah seorang cyborg yang mana manusia dengan beberapa bagian tubuh robot.

Hingga pada saat itu bumi diserang penyakit mematikan bernama Leutomosis. Wabah ini banyak memakan korban jiwa diseluruh penjuru bumi tak terkecuali Peony. Melihat keadaan yang semakin parah akhirnya Cinder tidak bisa tinggal diam, dirinya nekat untuk menemui peony yang sudah dikarantina secara diam-diam, yang karena itu juga menyebabkan dirinya tertangkap dan dijadikan kelinci percobaan. Disanalah dirinya bertemu dengan Dr. Erland yang nantinya akan mengantarkan Cinder pada fakta yang sebenarnya. Namun kerumitan yang terjadi pada Cinder bukan itu saja, karena dirinya yang seharusnya berbahagia dengan Pangeran Kaito, justru malah harus dihadapkan dengan banyak masalah terkait pernikahan pangeran Kaito dengan Ratu Levana –ratu bulan yang ingin menguasai bumi.





Review

Sebelum mengetahui bahwa novel ini adalah re-telling dari kisah Cinderella, aku kira novel ini adalah kisah Cinderella versi novel yang mana seratus persen isinya sama –Cinderella tinggal bersama Ibu dan saudara tirinya yang jahat, lalu setelah datang ke pesta dansa dan bertemu pangeran dirinya berakhir dengan hidup bahagia selamanya.

Tapi ternyata aku salah! Di novel ini bahkan tidak ada kisah cinta yang begitu gamblang, semuanya tampak samar-samar dan sangat sedikit. Meskipun retelling, yang berarti menceritakan kembali, tapi novel ini tetap istimewa karena hanya latar belakangnya saja yang sama, selebihnya jauh berbeda. Karena Marissa Meyer menambahkan unsur politik, fiksi ilmiah dan dunia futuristik yang jauh berbeda dengan dongeng. Dan yang lebih mencengangkannya lagi adalah bahwa Cinder adalah seorang Cyborg! Dimana dirinya dikucilkan karena bagian tubuh yang sebagian adalah robot.

Baca juga : [BOOK REVIEW] The Lunar Chronicles #2: Scarlet by Marissa Meyer

Tokoh dengan karakter yang berbeda dari aslinya pun memberi kesan baru pada novel yang notabene retelling dari kisah Cinderella ini. Dan aku sangat sangat sangat suka! Tokoh yang kita tahu lemah lembut di diri Cinderella berubah menjadi tokoh yang kuat dan penuh ide cemerlang. Setting tempat dan alur yang berbeda serta penjabaran situasi yang mampu membuatku pergi menuju dunia baru dan asing ini sangat menyenangkan. Penulis berhasil membuatku penasaran dan ingin cepat-cepat baca halaman selanjutnya.

Selain Cinder, tokoh tambahan lainnya seperti Dr. Erland, Iko dan kapten Thorne juga ikut andil cukup banyak. Untuk aku yang mengharapkan setidaknya ada sedikit kisah romantis antara Cinder dan pangeran Kaito, justru harus sedikit menerima kenyataan bahwa porsi pangeran Kaito disini tidak terlalu banyak.

Aku justru teralihkan dan bahkan sempat melupakan pangeran Kaito karena keberadaan kapten Thorne dan Dr. Erland. Diam-diam aku juga berpikir bahwa Cinder yang sedikit pemarah dan tidak senang berbasa-basi ini justru cocok dengan kapten Thorne yang jenaka dan cerdas. Tapi pikiranku yang seperti itu berubah ketika membaca buku kedua dari series ini –Scarlet.

Dr. Erland adalah ilmuan kerajaan bertubuh kecil dan pendek yang penuh misteri. Aku sempat dibuat bingung dengan karakternya yang tidak terbuka dan tidak terlihat memihak pihak mana sebelum aku membaca ending.

Ada juga si android manis yang setia kawan milik Cinder bernama Iko. Tingkahnya yang manis dan unik membuat karakter Iko seperti anak kecil yang selalu mengkhawatirkan Cinder yang bertingkah nekat dan terlalu pemberani.

Tapi, ada juga yang membuatku sedikit kecewa dari novel ini. Aku sedikit kecewa dengan pangeran Kaito yang seperti tidak punya pendirian dan terlalu percaya kepada orang lain. Mirip seperti orang yang tidak tahu harus berbuat apa. Sepanjang membaca buku ini, khususnya bagian pangeran Kaito, aku selalu merasa kasihan sekaligus gemas.

Pangeran Kaito harus menanggung beban begitu besar, belum lagi tekanan yang dilayangkan oleh para presiden lain dan juga keresahan masyarakat yang terkena wabah. Bahkan ingin rasanya masuk kedalam buku dan memberi pundak untuk bersandar sebentar. Ups!

Selain itu, karena novel ini lebih banyak membahas wabah Leutomosis dan perlawanan terhadap ratu Levana, aku jadi teringat akan nasib Peony yang menyedihkan. Belum lagi Peony adalah satu-satunya saudara Cinder yang tidak memperlakukannya dengan buruk. Peony dan Cinder memiliki mimpi dan tujuan yang belum sempat tercapai karena keadaan Peony yang tidak memungkinkan. Dan kepergian Peony yang meninggalkan luka dihati Cinder pun bisa ikut aku rasakan.

Namun meskipun banyak kejadian menyedihkan dan menegangkan di novel ini, aku cukup senang karena ada tokoh tambahan lainnya yang menghibur seperti kapten Thorne. Aku yang sebelumnya sedih, tegang dan ikut berpikir keras untuk menyelesaikan masalah bersama Cinder, bisa tertawa begitu saja ketika membaca tingkah laku kapten yang satu ini. Entah itu karena sikap jahilnya, narsis dan kebodohan-kebodohan yang dibuatnya.

Secara menyeluruh aku suka novel ini dan tidak sabar untuk baca buku ketiganya yang berjudul Cress. Aku memberi 4 bintang dari 5. Tidak ada kekecewaan berlebih tentang novel ini. Aku suka dengan cara penulis menyampaikan narasi dan setting tempat yang begitu detail sampai pembaca bisa membayangkan dengan cukup mudah.

Terimakasi sudah mampir. Sampai jumpa di review selanjutnya ya!




Continue reading [Book Review] The Lunar Chronicles #1: Cinder by Marissa Meyer