Dalam mencari pasangan, memang tidak ada yang benar-benar cocok. Dilihat dari segi mana pun, akan memiliki perbedaannya masing-masing. Dalam mencari pasangan bukan hanya sekedar, aku mencarimu dan aku bertemu denganmu. Menurutku, saat seseorang sudah memutuskan untuk mencari atau dicarikan pasangan, saat itu juga diri sendiri harus melatih sesuatu yang disebut mengalah.
Mengalah untuk menurunkan ego jika memang yang ditemui tidak langsung satu frekuensi.
Mengalah saat kebiasaan yang tidak ingin diganggu tiba-tiba harus diubah menjadi teman bicara yang siaga.
Mengalah untuk memberi apa yang sekiranya akan disenangi saja.
Mengalah untuk meredam ego dengan diam-diam mencari tahu.
Mengalah untuk mencoba menerima setiap perbedaan.
Mengalah untuk tidak membalas sesuatu yang membuat kecewa.
Hingga yang paling penting adalah mengalah dengan menerima keadaan.
Iya, keadaan.
Orang yang selalu mengamati sikap lawan bicaranya, mau pun orang yang bahkan sudah banyak bertemu dengan orang dalam hidupnya, pasti sudah biasa dengan keadaan 'kecewa dengan seseorang'. Tapi ada yang masih sedikit sulit untuk diterima, yaitu 'menerima keadaan'.
Kenapa alurnya selalu seperti ini?
Kenapa siklus yang berulang seperti ini?
Sampai... Kenapa harus menerima keadaan ini?
Lalu memilih untuk melepas dan tidak mempedulikan lagi.
Lucunya, semua terjadi bukan karena mencari. Tapi justru karena klaim 'dicari' yang melekat. Saat dicari lantas ditemukan, saat itu keadaan baru akan tercipta. Sayangnya, saat tidak berhasil, itu membuat lagi-lagi peran 'mengalah' dibutuhkan.
Meski begitu solusinya hanya ada dua ; tarik nafas lalu hembuskan, dan percaya bahwa ada manusia yang telah ditetapkan takdirnya hanya untuk singgah dengan membawa tugas dari Yang Maha Kuasa, yang isi tugasnya adalah 'datang hanya untuk mengajarkan sesuatu'.