Tampilkan postingan dengan label Book Review. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Book Review. Tampilkan semua postingan

Rabu, 29 April 2020

, ,

[Book Review] Kumpulan Kisah Seram dari KISAH TANAH JAWA


Kisah Tanah Jawa - GagasMedia | Shopee Indonesia

Judul : Kisah Tanah Jawa
Penulis : Team @kisahtanahjawa dan Dapoer Tjerita (Mada Zdan (Mbah KJ) dan Bonaventura D. Genta Retro-cogniser : Hari Hao)
Penerbit : Gagas Media
Jumlah Halaman : 250 halaman



Kisah Tanah Jawa menyimpan banyak kisah misteri yang takkan habis diceritakan dalam semalam. Sosok misterius, ritual mistis, dan tempat angker, selalu membuat kita penasaran. Buku Kisah Tanah Jawa mengajak pembaca membuka selubung mitos dan mistis yang selama ini hanya menjadi kasak-kusuk di masyarakat.  –Goodreads

Hai readers! Siapa disini yang tidak tahu buku ini? buku yang berisi kumpulan cerita-cerita mistis ini sudah banyak dikenal oleh masyarakat lho, terutama pencinta dunia horor. Aku disini bukan penggemar horor sebenarnya, karena aku cukup penakut. Tapi rasa penasaran akan buku ini ternyata mampu mengalahkan rasa takutku haha! Hanya sedikit.

Awalnya aku tidak kepikiran sama sekali untuk baca buku ini, tapi waktu itu aku lihat story-nya Risa Saraswati yang membagi-bagikan bukunya secara gratis di google playbook, jadi aku lihat-lihat buku horor deh. Dari buku Risa Saraswati akhirnya aku menemukan buku Kisah Tanah Jawa ini. Dan bingunglah aku harus baca yang mana dulu. Haha! Untung saja kalian mau bantu aku untuk ikut voting di story instagram. Makasih loooh XD

Oke, langsung saja kita masuk ke reviewnya.

Seperti yang sudah aku bilang diatas, buku ini adalah kumpulan cerita mistis, khususnya di tanah Jawa. Banyak sekali jin dan setan ternyata dibuku ini. Mulai dari ritual-ritual gaib, tempat-tempat angker, hutan sampai gedung tua diceritakan disini. Mulai dari jaman kerajaan sampai masa kolonial Belanda.

Sudut pandang di buku ini adalah sudut pandang orang pertama, dimana si tokoh ‘kami’ yang menceritakan semua kejadiannya kepada pembaca. Mungkin karena sudut pandang yang diambilnya orang pertama, rasanya cerita ini jadi lebih mencekam dan seram. Aku diberi penjabaran yang sangat detail mulai dari nama tempat sampai tokoh-tokoh yang ada di dalam ceritanya.

Membayangkan tempat-tempat yang terlihat biasa saja ternyata menyimpan banyak kisah itu membuatku berpikir dua kali jika akan berkunjung ke suatu tempat. Ada istilah : lebih baik tidak tahu apa-apa ketimbang tahu tapi membuat sakit. Eya! Tapi bedanya disini bukan membuat sakit melainkan membuat takut.

Selain cerita, ada juga ilustrasi yang mendukung. Saat melihatnya, aku takut sekaligus penasaran ingin lihat lebih jelas. Bayangan-bayangan dari visualisasi yang diberikan ditambah cerita yang diambil dari kisah nyata ini menjadi duet maut untuk novel ini.

Tapi, meskipun banyak kisah dan visualisasi seram dibuku ini, tidak semua kisah yang disuguhkan menyeramkan, kok. Ada juga yang hanya membuat angguk-angguk kepala paham. Oh iya, setelah baca buku ini aku baru sadar, kalau salah satu dari tempat yang sering aku datangi adalah salah satu cerita yang masuk dalam buku ini.

Nama tempatnya, terowongan Lampegan. Itu tempat yang selalu dilalui oleh kereta jurusan Cianjur (tempat tinggalku). Aku kaget, setelah baca buku Kisah Tanah Jawa ini aku jadi paham kenapa orang tua yang naik kereta akan tiba-tiba terdiam dan berdo’a ketika lewat terowongan itu. Ibuku juga selalu menyuruhku untuk baca ayat kursi kalau lewat terowongan itu. Dan ternyata kisahnya memang seram. Sepertinya aku akan menjadi lebih waspada jika sedang melalui terowongan itu.

Mungkin, kalian juga pernah melewati tempat-tempat yang ada dibuku ini, tapi kalian tidak tahu ada kisah apa dibalik pembangunan tempat itu. Buku ini seram, kejam, dan membuat terbayang-bayang. Setidaknya untukku begitu.

Akan tetapi, aku sedikit bosan dengan penuturan dan gaya penceritaan penulis yang terkesan monoton. Yang membedakan hanya nama tempat dan ceritanya saja. Tapi cara penyampaiannya sama semua. Tapi itu hanya sedikit kekurangan dari buku ini kok, selebihnya bagus dan membuat nagih.

4 bintang dari 5 untuk buku ini.

Kalian sudah baca?

 Yakin tempat sekarang kalian menetap itu bersih dari kata mistis? Kalau belum tahu, aku sarankan baca dulu buku ini.

Sampai jumpa di review selanjutnya!


Temui aku di Instagram @poetesspoetess



Continue reading [Book Review] Kumpulan Kisah Seram dari KISAH TANAH JAWA

Kamis, 09 April 2020

, ,

[BOOK REVIEW] People Like Us by Yosephine Monica


Penulis : Yosephine Monica
Penerbit : Haru
Genre : Romance
Kategori : Young Adult
Terbit : Juni 2014
Tebal : 330 halaman
ISBN : 978-602-7742-35-2
Harga : Rp. 54.000


 “Aku lebih menyukai hidupku sekarang. Mungkin jika semuanya tidak serumit ini, aku takkan mengenalmu. Tapi jika aku bisa memilih, aku akan memilih untuk bisa mengenalmu sejak dulu –jauh sebelum penyakit ini datang.” (hlm. 288)


BLURB

Akan kuceritakan sebuah kisah untukmu. Tentang Amy, gadis yang tak punya banyak pilihan dalam hidupnya.
Serta Ben, pemuda yang selalu dihantui masa lalu.

Sepanjang cerita ini, kau akan dibawa mengunjungi potongan-potongan kehidupan mereka.
Tentang impian mereka,
Tentang cinta pertama,
Tentang persahabatan,
Tentang keluarga,
Juga tentang... kehilangan.

Mereka akan melalui petualangan-petualangan kecil, sebelum salah satu dari mereka harus mengucapkan selamat tinggal.

Mungkin, kau sudah tahu begaimana cerita ini akan tamat.

Aku tidak peduli.
Aku hanya berharap kau membacanya sampai halaman terakhir.

Kalau begitu, kita mulai dari mana?


SINOPSIS

Amelia Collins (Amy), gadis lima belas tahun yang jatuh cinta pada teman satu sekolahnya, Benjamin Miller (Ben). Amy adalah gadis biasa-biasa saja di sekolahnya, akan tetapi dirinya cukup terkenal dikalangan teman-temannya karena dua hal. Pertama, dia senang menulis cerita fiksi roman di blog-nya. Ceritanya bagus dan banyak disukai teman-temannya, namun semua cerita yang dia tulis tidak memiliki ending sehingga membuat semua penasaran. Kedua, dia menyukai Ben.

Berawal dari pengakuan Amy pada temannya dan berujung dengan tersebarnya berita itu ke seluruh sekolah, Ben tahu keberadaan Amy. Amy menyukai Ben saat usianya dua belas tahun. Saat itu dirinya bertemu dengan Ben di kelas musik saat middle school. Mereka berada di kelas yang sama, akan tetapi Ben yang selalu menghindari dunia tidak menyadari itu.

Benjamin Miller (Ben), pemuda yang sudah menjalani hidupnya dengan begitu cuek karena sudah mengalami berbagai kejadian pahit di keluarganya. Ayahnya meninggal karena mengidap penyakit kanker, orang tuanya bercerai dan Ben menjadi anak yang tidak cukup dianggap di keluarganya yang membuat dirinya menjadi pribadi yang cuek dan sinis. Ben yang awalnya ingin menjadi penulis kini berganti keinginan dan memilih untuk menggeluti bidang olahraga, khususnya sepak bola. Saat mendengar kabar Amy menyukainya, Ben tidak peduli. Namun setelah cukup sering berpapasan dengan gadis itu akhirnya Ben menganggap bahwa Amy adalah penguntit.

Poetess : “Hai readers, apa kabar? Gimana masa karantinanya? Kalau bosan baca buku aja yuk!”


REVIEW

Novel  People Like Us merupakan pemenang 100 Days of Romance yang diadakan oleh Penerbit Harus’s Writing Competition 2013. Jujur aku tidak tahu kalau novel ini adalah pemenang 100 days of romance, tapi setelah membaca novel ini aku baru paham kenapa novel ini menjadi pemenang.

Sudah lama novel People Like Us ini hilir mudik di beranda situs online tempatku membeli buku. Awalnya aku acuh karena dari judulnya aku sudah menebak, ini adalah novel romantis ala remaja. Akan tetapi, setelah membaca blurb di belakang buku ini, aku langsung jatuh hati. Novel ini membuatku jatuh hati pada paragraf pertama.

Blurb-nya unik, seperti mengajak bicara pembaca sekaligus provokatif tentang ending yang sudah tertebak. Meski aku tahu temanya klise, tapi penulis membungkus kisah klisenya dengan sangat apik sehingga menjadi menarik. Selain itu penulis tidak membiarkan aku membaca sendiri karyanya karena dia juga mengajakku bicara lewat novelnya. Itu yang aku rasakan, sih. Rasanya seperti sedang mendengarkan kisah bukannya membaca.


"Apakah menyukai seseorang butuh alasan?" (hlm. 250)
 

Meski penulis menekankan bahwa cerita ini biasa saja dan endingnya sudah tertebak, aku justru merasa tambah penasaran. Aku ingin tahu memangnya seperti apa kisah yang mudah ditebak itu, apa bisa membuatku bosan dan meninggalkan buku ini sebelum sampai ke ending atau justru sebaliknya?

Dan saat memasuki cerita, aku dibuat kaget dengan gaya bahasanya yang kaku, puitis dan sedikit mengayun. Dan menurutku membuat gaya bahasa seperti itu cukup sulit, tapi penulis yang konon saat menulisnya masih berusia belasan tahun ini membuatku mengacungkan dua jempol sekaligus. Ngomong-ngomong gaya bahasa seperti ini jadi mengingatkanku dengan penulis Annisa Ihsani yang menulis ‘A untuk Amanda’ .

"Kadang kau tidak butuh petualangan di hutan yang mendebarkan atau perjalanan menuju belahan dunia lain untuk merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya. Kadang kau hanya perlu satu orang dan rasanya kau sudah bisa menggapai seluruh dunia dengannya. "(hlm. 259)
 
Novel ini mengambil dua sudut pandang, yaitu Amy dan Ben. Dari dua sudut pandang yang disuguhkan aku jadi mengenal sosok Amy dan Ben lebih cepat. Alur cerita yang katanya lambat tidak begitu terasa lambat karena aku bisa membacanya dengan cepat, saking serunya tiba-tiba saja aku sudah di pertengahan halaman. Semua kejadian yang aku baca terserap dengan sangat mudah dan membuat ketagihan.  Rasanya dalam beberapa lembar saja aku sudah banyak mendapat bayangan kejadian dan kisah mereka. Bagaimana bisa kisah sebanyak itu dituangkan hanya dalam beberapa lembar saja? Dan anehnya terasa seru dan tidak rancu.
               
Selain gaya bahasa dan alur, karakter tokohnya juga asik dan punya ciri khas masing-masing. Amy yang ramah, tabah pemalu dan optimis. Ben yang memiliki sifat dingin dan sinis namun kesepian. Karakter keduanya sangat bertolak belakang.  Dan aku berharap sambil membayangkan bahwa cerita ini bukan cerita sedih melainkan cerita romatis ala remaja yang bahagia, karena dengan begitu pasti Amy bisa mengajak Ben main kesana kemari dengan gembira, membiarkan Ben merasakan hal baru dan hal-hal seru lainnya sambil diselingi canda tawa. Akan tetapi novel ini tentang si tokoh utama yang sakit dan memiliki sifat optimis.

Tapi tenang saja, meski novel ini sudah diklaim menyedihkan bahkan sebelum aku membacanya, novel ini bukan menceritakan kesedihan dan keputusasaan Amy, justru sebaliknya, Amy begitu tabah dan optimis. Amy yang mencoba membuat semuanya tampak baik-baik saja dan menganggap bahwa sakit bukanlah akhir dari segalanya mampu menyentuh hatiku saat membacanya. Meskipun terkadang, terselip ucapan Amy yang menyiratkan kesedihan, semua itu langsung berubah menjadi tidak menyedihkan lagi karena ada Ben yang semakin dekat dengan Amy dan mulai memberikan perhatian-perhatian kecil.

Ketimbang teringat dengan novel ‘The Fault in Our Stars’ aku lebih teringat ke film ‘A Walk Remember’ yang aku tonton sambil banjir air mata. Aaaa semuanya menebarkan aura sedih, optimis sekaligus romantis.

Perkembangan karakter yang aku lihat juga tidak terburu-buru dan terkesan dipaksakan. Lambat tapi pasti semuanya berubah seperti cerita pada umumnya. Aku suka Ben yang cuek tapi perhatian, saat dirinya bercanda dengan Amy, juga saat menjaga Amy. Aku juga suka Amy yang penuh perhatian. Komunikasi keduanya sangat manis sekaligus menggemaskan.

Terimakasih penulis dan Penerbit Haru yang sudah menciptakan novel ini. Sebagai penutup review ini aku memberi 5 bintang dari 5 untuk buku ini. Apa kalian jadi tertarik membaca novel ini?

Akhir kata, selamat menjalankan masa karantina #dirumahaja! 




“I like my life better now. Maybe if things weren't this complicated, I wouldn't know you. But if I could choose, I would choose to know you long ago - long before this disease came." (p. 288)


BLURB

I'll tell you a story. About Amy, a girl who doesn't have many choices in her life.
And Ben, a young man who is always haunted by the past.

Throughout this story, you will be taken to visit pieces of their lives.
About their dreams,
About first love,
About friendship,
About family,
Also about... loss.

They will go through small adventures, before one of them has to say goodbye.

Maybe, you already know how this story will end.

I don't care.
I just hope you read it to the last page.

If so, where do we start?



SYNOPSIS

Amelia Collins (Amy), a fifteen year old girl who falls in love with her schoolmate, Benjamin Miller (Ben). Amy is an ordinary girl at school, but she is quite famous among her friends because of two things. First, she enjoys writing romance fiction stories on her blog. His stories were good and liked by many of his friends, but all the stories he wrote had no ending so they made everyone curious. Second, she likes Ben.

Starting from Amy's confession to her friend and ending with the news spreading throughout the school, Ben knew where Amy was. Amy had a crush on Ben when he was twelve. At that time, she met Ben in music class at middle school. They are in the same class, but Ben, who always avoids the world, doesn't realize that.

Benjamin Miller (Ben), a young man who has lived his life indifferently because he has experienced various bitter events in his family. His father died of cancer, his parents divorced and Ben became a child who was not well respected in his family, which made him an indifferent and cynical person. Ben, who initially wanted to be a writer, has now changed his desire and chose to pursue sports, especially football. When he heard the news that Amy liked him, Ben didn't care. However, after running into the girl quite often, Ben finally assumed that Amy was a stalker.


 "Hi readers, how are you? How is the quarantine period? If you're bored, let's just read a book!”



REVIEW

The novel People Like Us was the winner of the 100 Days of Romance held by the publisher Harus's Writing Competition 2013. Honestly, I didn't know that this novel was the winner of the 100 Days of Romance, but after reading this novel I just understood why this novel was the winner.

For a long time, the novel People Like Us has been back and forth on the home page of the online site where I bought the book. At first I was indifferent because from the title I already guessed, this is a teenage romance novel. However, after reading the blurb at the back of this book, I immediately fell in love. This novel made me fall in love in the first paragraph.

The blurb is unique, as if inviting the reader to talk and at the same time provocative about the predictable ending. Even though I know the theme is cliché, the author wraps up the cliche story very nicely so that it becomes interesting. Apart from that, the author didn't let me read his work myself because he also invited me to talk through his novel. That's what I feel, anyway. It felt like I was listening to a story instead of reading.


"Does liking someone need a reason?" (p. 250)
 

Even though the author emphasized that this story was ordinary and the ending was predictable, I actually felt even more curious. I want to know what a predictable story is like, can it make me bored and leave this book before I get to the ending or is it the opposite?

And when I entered the story, I was surprised by his stiff, poetic and slightly swinging language style. And I think creating a language style like that is quite difficult, but the author, who was said to have been in his teens when he wrote it, made me give two thumbs up at once. By the way, this style of language reminds me of the writer Annisa Ihsani who wrote 'A is for Amanda'.

"Sometimes you don't need a thrilling jungle adventure or a trip to another part of the world to feel true happiness. Sometimes you just need one person and it feels like you can reach the whole world with them." (p. 259)

This novel takes two points of view, namely Amy and Ben. From the two points of view presented, I got to know Amy and Ben more quickly. The story line which was said to be slow didn't feel so slow because I could read it quickly, it was so exciting that suddenly I was in the middle of the page. All the events I read were absorbed very easily and became addictive. It feels like in just a few pages I can already imagine a lot of their events and stories. How can such a large story be contained in just a few pages? And it feels strangely exciting and unambiguous.
               
Apart from the language style and plot, the characters are also fun and have their own characteristics. Amy is friendly, stoic, shy and optimistic. Ben has a cold and cynical nature but is lonely. The characters of the two are very opposite. And I hope while imagining that this story is not a sad story but rather a romantic story in the style of a happy teenager, because then Amy will definitely be able to invite Ben to play here and there happily, letting Ben experience new things and other exciting things while accompanied by laughter. However, this novel is about the main character who is sick and has an optimistic nature.

But don't worry, even though this novel was claimed to be sad before I even read it, this novel does not tell about Amy's sadness and despair, on the contrary, Amy is so steadfast and optimistic. Amy, who tries to make everything seem fine and thinks that pain is not the end of everything, was able to touch my heart when I read it. Even though sometimes there were moments in Amy's words that implied sadness, everything immediately changed and became less sad because Ben got closer to Amy and started to pay little attention to her.

Rather than remembering the novel 'The Fault in Our Stars', I am more reminded of the film 'A Walk Remember' which I watched while flooded with tears. Aaaa, everything gives off a sad, optimistic and romantic aura.

The character development that I saw was also not rushed and seemed forced. Slowly but surely everything changes like the story in general. I like Ben who is cool but caring, when he jokes with Amy, and also when he looks after Amy. I also like the caring Amy. The communication between the two is very sweet and adorable.

Thank you to the author and publisher Haru for creating this novel. In closing this review I give 5 stars out of 5 for this book.

Are you interested in reading this novel?

Finally, have a good quarantine period #stayathome! Hahaha!


Continue reading [BOOK REVIEW] People Like Us by Yosephine Monica

Jumat, 28 Februari 2020

, , ,

[BOOK REVIEW] Konspirasi Alam Semesta by Fiersa Besari



Judul : Konspirasi Alam Semesta
Penulis : Fiersa Besari
Penerbit : Mediakita
Halaman : 244
IDR : 75.000
Genre : Fiksi Roman



“Namun ‘rasa’ punya jalannya sendiri. Ia tak serta merta hadir untuk diutarakan. Kadang ‘rasa’ hanya untuk dinikmati dalam kesendirian, dengan setumpuk harapan.”


“Mencintaimu, merupakan kejutan terindah yang pernah kehidupan berikan padaku. Dicintaimu, merupakan bingkisan yang lebih indah.”







BLURB

Seperti apakah warna cinta? Apakah merah muda mewakili rekahannya, ataukah kelabu mewakili pecahannya?


SINOPSIS

Konspirasi alam semesta adalah novel tentang perjuangan laki-laki bernama Juang Astrajingga yang lahir pada bulan Desember 1985. Juang jatuh cinta pada gadis bernama Ana Tidae yang pertama kali ditemuinya. Kisah keduanya yang sederhana dan manis membawa mereka pada pertemuan klise membawa cinta.

Selain kisah cintanya yang penuh perjuangan, hidupnya pun penuh tekanan. Dirinya lahir dari keluarga yang di sebut-sebut komunis, dirinya mendapat perlakuan kurang enak dari masyarakat, salah satunya dikucilkan.

Namun pertemuannya dengan Ana membuat Juang melihat satu hal baru yang perlu diperjuangkan. Dirinya yang selalu berkelana ke penjuru negeri kini sudah menemukan tempatnya pulang.


REVIEW.

Romantis. Adalah kata pertama yang aku ungkapkan untuk novel satu ini. Katakanlah aku kudet karena baru mengenal sosok Fiersa besari dari novelnya yang juga baru pertama kali aku baca. Pertama-tama aku ingin mengulas tentang tampilan buku ini beserta perangkat yang ada didalamnya.

Pertama kali melihat novel ini aku disuguhkan oleh cover bertema vintage dengan corak coklat muda yang sederhana. Tampilannya begitu apik dengan format penampilan yang membuatku penasaran untuk membuka halaman pertama.

Berbeda dari buku biasanya, novel ini tidak hanya menyajikan cerita tetapi juga album si penulis yang bisa kita lihat dan scan di pembatas bukunya. Jadi aku bisa membaca novel ini sambil mendengarkan lagu sekaligus. Lagunya pun cocok, seakan memang sengaja dibuat untuk mengiringi pembaca ketika menyelami cerita Juang lebih jauh.

Baca juga: [BOOK REVIEW] Cafe Waiting Love by Giddens Ko

Dari segi cerita, khususnya kisah cinta keduanya, seperti yang sudah aku tulis diatas kisah ini begitu klise. Di awal pertemuan aku melihat Juang yang menabrak Ana sehingga membuat buku yang tengah dibawa Ana berjatuhan. Mereka berkenalan lalu mencari tahu tentang diri masing-masing sampai akhirnya bisa bersama-sama merajut kasih. Duh, bicara tentang novel ini bikin aku jadi ikut puitis hahaha!

Akan tetapi, ide Fiersa Besari yang tidak biasa adalah kisah tentang latar belakang Juang yang sedikit kurang aku mengerti karena ada unsur politik dan kemanusiaannya, dan yang aku serap hanya kesimpulannya saja yakni keluarga Juang adalah keluarga yang terlibat dalam lingkungan pragmatis yang senantiasa mesti tunduk pada rezim orba dulu. Sehingga keluarganya mau tak mau disebut keluarga komunis.

Jujur itu hal baru buat aku yang notabene belum pernah membaca buku tentang hal seperti itu. Yah tapi meskipun begitu, kalian –khususnya para cewek tidak perlu risau. Itu hanya dipaparkan untuk latar belakang Juang saja. Selebihnya novel ini begitu manis.

“aku ingin memelukmu sekali lagi, membalas kecemburuanku pada angin yang sewaktu-waktu bisa memelukmu.”

Meskipun berwatak keras, idealis dan tidak suka diatur, Juang ini adalah laki-laki yang pandai memainkan kata-kata. Tingkahnya yang tidak bisa ditebak selalu membuat Ana tersipu dan berbunga-bunga. Aku suka kalau Juang dan Ana sudah bertemu, pasti tidak bisa berhenti senyum. Keduanya saling melengkapi dan malu-malu di saat yang bersamaan.

Dan kalian pasti paham, jika dari awal sudah disuguhi hal manis yang membuat hati berbunga-bunga, pasti ada juga hal yang membuat sedih. Meskipun keduanya selalu bahagia setelah menjalani kehidupan bersama, tentu saja ada juga kesulitan yang dihadapi keduanya.

Tentang Juang yang bimbang untuk terus berpergian demi apa yang diimpikannya atau tetap bersama dengan pujaan hati dirumah. Dan hal itu membuat mau tak mau keduanya menjalani hubungan jarak jauh. Belum lagi Juang ini tidak main-main kalau sudah pergi, dirinya bisa pergi ke tempat yang sangat terpencil yang akan susah jika ingin berkabar.

Lalu Ana yang menunggu sambil menahan sakitnya dan terus berharap agar Juang baik-baik saja. Menurutku Ana ini gadis yang kuat dan mandiri. Terbukti saat dirinya sedang sakit serius, Ana tetap berJuang untuk sehat dan sebisa mungkin tidak merepotkan orang lain. Keduanya sama-sama berkemauan keras.

Sampai di akhir, hatiku tertohok dengan ending yang disuguhkan. Aku tidak mengira sama sekali akan seperti itu kejadiannya. Aku bahkan tidak bisa menebak akhirnya. Perasaanku sudah dipermainkan oleh novel ini heuheuheuuu... sampai-sampai pas selesai baca aku sempat terdiam sambil membayangkan apa yang baru aja aku baca di akhir.

KENAPA KAYAK GINI ENDINGNYA?!

KOK BISA GITU?

TUNGGU-TUNGGU. HAH?!

Aku tidak menyangkanya sama sekali. Namun meskipun aku menyukai novel ini, ada beberapa diksi dan istilah yang kurang aku pahami sehingga mengharuskan search sana-sini dan baru melanjutkan baca lagi. yah, sedikit mengganggu.

Jadi, aku kasih 4 bintang dari 5 untuk novel ini.
Bagaimana dengan kalian? Penggemar Fiersa udah baca novel ini belum?

Sedikit info, rencananya aku mau memberikan novel ini pada teman-temanku yang beruntung. Aku semata-semata memberikan novel ini bukan karena tidak suka, MELAINKAN SANGAT SUKA. Jadi sebagai tanda terimakasihku untuk kalian pengunjung setia blog-ku, aku ingin memberi kalian kado kecil ini. Tepatnya kapan giveaway akan diadakan akan diumumkan di story instagramku nanti.



(untuk versi desktop langsung klik di tempat yang sudah di-love aja ya.)


(untuk versi mobile langsung klik di tempat yang sudah di-love juga ya, lalu pilih opsi 'instagram')




Happy reading! Makasih sudah berkunjung. Sampai jumpa di review selanjutnya.



Continue reading [BOOK REVIEW] Konspirasi Alam Semesta by Fiersa Besari

Sabtu, 22 Februari 2020

, , ,

[BOOK REVIEW] Cafe Waiting Love by Giddens Ko



Judul : Cafe Waiting Love
Penulis : Giddens Ko
Penerbit : Haru
Tebal : 404 Halaman
Genre : Fiksi, Roman.
Harga Resmi : IDR 76.000



“Setiap orang sedang menunggu seseorangnya...”


BLURB

Dalam hidup ini, ada beberapa kali saat dimana jantung berdegup kencang, dan kata-kata tidak sanggup terucap. Aku belum pernah berpacaran,  tapi aku tahu bahwa seseorang yang percaya pada cinta, seharusnya menghargai momen setiap kali jantungnya berdebar, kemudian dengan berani mengejar kali berikutnya, kali berikutnya, dan kali berikutnya lagi.
Didalam sebuah Cafe kecil, setiap orang sedang menunggu seseorangnya.


Sinopsis
Cafe Waiting Love menceritakan tentang perjalanan cinta gadis supel dan penuh semangat bernama Li Siying. Dia adalah seorang siswi SMA kelas tiga yang sedang berusaha untuk menjadi pribadi yang mandiri. Li siying bekerja paruh waktu disebuah cafe bernama Cafe Waiting Love setiap pulang sekolah. Di tempatnya bekerja, dia memiliki rekan bernama Albus. Albus adalah penyuka perempuan sesama jenis yang terlihat berhati dingin, kendati begitu dirinya memiliki hati yang peka dan perhatian pada Li Siying. Ada juga pemilik cafe yang selalu disebut Nyonya Bos, dia lah yang memberi nama cafe ini dengan nama seperti itu. Dinamai Cafe Waiting Love karena Nyonya Bos berharap pengunjung akan menjadikan cafe-nya tempat untuk menemukan seseorang yang ditunggunya.



Review

Seperti biasa, aku selalu mengagumi karya Giddens Ko. Sudut pandang yang diambil dari novel ini adalah sudut pandang pertama, yang mana tokoh utama menjadi narator untuk kisahnya sendiri. Selain karena sudut pandang pertama yang membuatku suka, gaya penulis dalam menciptakan novel pun sangat sangat bagus dan menyentuh hati pembaca. Sederhana, penuh makna dan manis disaat yang bersamaan. Aku seperti mendengarkan kisah seseorang secara langsung, lalu aku terhanyut dibuatnya. Aku tidak pernah menemukan  novel dengan gaya penuturan yang sederhana namun sangat mengena di hati seperti karya-karyanya.

Selain itu, kata-kata dari masing-masing tokoh yang selalu benar dan menyentuh, sekaligus memberi pelajaran tentang cinta pada pembaca ini membuatku TERGILA-GILA! Bagaimana tidak, banyak kata-kata dan peristiwa yang manis di novel ini. Manis dan menyentuh namun tidak lebay dan mendayu-dayu. Keren!

Baca juga : [BOOK REVIEW] The Lunar Chronicles #2: Scarlet by Marissa Meyer

Lalu, bukan Giddens Ko jika tidak menambahkan unsur komedi di bukunya. Buku ini begitu mengalir seperti asli, kehidupan dan karakter tokohnya seakan benar-benar ada dalam dunia nyata. Aku seakan bertemu dengan mereka, lalu duduk dihadapannya sambil mendengarkan Li Siying bercerita.

Meskipun awalnya aku harus cukup sabar untuk bertemu dengan konflik dan kehidupan Li Siying yang baru kudapatkan setelah membaca cukup jauh, aku tidak merasa bosan karena Li Siying menceritakan banyak tokoh yang ditemuinya di Cafe Waiting Love sebelum masuk ke bab tentang dirinya.

Banyak sekali karakter dalam buku ini, namun yang menurutku sangat berkesan adalah para tokoh yang diceritakan sebelum Li Siying menjadi mahasiswi. Salah satunya adalah Fengming, yang tak lain dan tak bukan adalah kakak dari Li Siying.

Fengming adalah kakak dari Li Siying sekaligus teman sekamarnya. Fengming yang tidak pernah menganggap Li Siying sebagai perempuan membuat interaksi antara keduanya sangat unik dan sesekali mengocok perut. Li siying yang selalu kesal karena tingkah bodoh dan konyol kakaknya, dan Fengming yang selalu menjahili Li Siying dengan hal-hal bodoh.


Meskipun begitu, Li Siying menyayangi kakaknya layaknya seorang adik. Walau disini Li Siying lebih dewasa dan mandiri. Selain Fengming, ada juga Albus. Albus adalah rekan Li Siying di cafe yang memiliki kelainan. Dirinya tidak menyukai laki-laki karena seorang lesbian. Karakternya yang berhati dingin dan dangat sedikit bicara ini membuatku terkadang lupa bahwa dirinya adalah perempuan. Haha!

Di Cafe, Li Siying banyak bertemu dengan pria-pria dengan kepribadian yang berbeda. Dan pada saat itu, Li Siying menyukai Yang Zeyu yang tak lain adalah pengujung tetap Cafe. Yang Zeyu sangat menyukai dan selalu memesan Kopi Kenya. Namun meskipun begitu, ketika tengah datang bersama kekasihnya, dia akan memesan latte yang disukai kekasihnya dan akan pura-pura menyukai latte.


“Menyukai barang yang disukai pacar, sepertinya adalah PR-ku dalam berpacaran.” Hal. 156

“Semoga suatu hari nanti, aku bisa dengan gembira memesan dua gelas kenya.” Hal. 161


Yang Zeyu adalah mahasiswa IT yang pintar, selain itu dirinya juga ketua dari klub debat. Meskipun begitu, Yang Zeyu ini selalu ingin menampilkan yang terbaik sehingga acapkali tidak jujur dan tidak apa adanya dengan sikapnya. Sampai ketika di percakapan keduanya dengan Li Siying, dia akhirnya tidak perlu lagi menjadi orang lain.

Lalu A Tuo. Laki-laki yang terkenal dengan nasib buruknya ini adalah orang yang lugu dan pemalu. Dirinya selalu menjadi bahan ledekan teman-temannya karena pacarnya dulu direbut oleh seorang lesbian. Akan tetapi, meskipun dirinya selalu menjadi bahan ledekan, A Tuo tidak pernah marah atau pun melawan. Hal ini membuat Li Siying gemas bahkan memarahi A Tuo karena sikapnya yang tidak tegas.


“Sejak awal kehidupan, setiap orang sudah ditakdirkan untuk bertemu dengan seseorang di suatu tempat...” –hal. 43

“Siapa bersama dengan siapa, sebenarnya sudah ditentukan sejak awal. Tak perduli serumit apa pun suatu pertanyaan, jawabannya hanya ada satu. Dan hanya bisa satu.” –hal. 139


Dan yang terakhir adalah tentang ‘Nyonya Bos’. Selain pemberian nama cafe yang memiliki filosofi tersendiri dan membuat hati leleh, Nyonya Bos juga memiliki kisah cintanya sendiri yang tak kalah menyentuh hati. Tak tanggung-tanggung, Giddens Ko menaruh kisah Nyonya Bos diawal-awal bab. Membuatku semakin salut sekaligus merasa kasihan dengan Nyonya Bos yang satu ini. Selain memberi nama yang unik, Nyonya Bos juga memiliki resep kopi yang unik. Setiap orang yang memesan kopi Nyonya Bos ini akan mendapatkan kesempatan untuk duduk mengobrol sambil meminum kopi bersama dengan Nyonya Bos.

Kisah remaja yang menyentuh dengan pelajaran hidup masing-masing tokohnya membuatku memberi novel ini 5 bintang dari 5.

Ah iya, novel ini sudah di film-kan loh! jadi buat kalian yang penasaran dengan visualisasinya bisa banget nonton. Yah meski sejujurnya aku belum nonton filmnya sih. Jadi tidak tahu jika ada adegan yang ditambah atau dikurangi. 

Continue reading [BOOK REVIEW] Cafe Waiting Love by Giddens Ko

Selasa, 18 Februari 2020

, , ,

[BOOK REVIEW] The Lunar Chronicles #2: Scarlet by Marissa Meyer



Judul : Scarlet
Penulis : Marissa Meyer
Tebal : 444 Halaman
Genre : Fantasy, Sci-Fi, Dystophia
Harga Resmi : IDR 81. 500



“Tinggallah bersamaku. Lindungi aku, seperti janjimu padaku.” –hal. 382

“... itu berarti kau adalah ratuku yang sejati, karena itu, kau mendapat kesetiaanku.” –hal. 431



BLURB

Nenek Scarlet Benoit, Michelle Benoit, menghilang. Bahkan kepolisian berhenti mencarinya dan menganggap wanita itu melarikan diri atau bunuh diri.

Marah dengan keputusan dari pihak kepolisian, Scarlet membulatkan tekad untuk mencari Neneknya bersama dengan seorang pemuda petarung jalanan bernama Wolf, yang kelihatannya menyimpan informasi tentang hilangnya Nenek Scarlet. 

Apakah benar Wolf bisa dipercaya? Rahasia apa yang disimpan Michelle Benoit sampai dia harus menghilang?

Dibelahan bumi yang lain, status Cinder berubah dari mekanik ternama menjadi buronan yang paling diinginkan diseluruh penjuru Persemakmuran Timur. Dapatkah Cinder sekali lagi menyelamatkan pangeran Kai dan bumi dari Levana?



SINOPSIS 

Scarlet adalah buku kedua dari seri The Lunar Chronicles yang ditulis Marissa Meyer. Sama seperti buku sebelumnya, Scarlet juga novel penceritaan ulang. Scarlet merupakan penceritaan ulang  dari dongeng ‘Gadis Berkerudung Merah’ karya Grimm bersaudara. Novel ini menceritakan tentang gadis berambut keriting bernama Scarlet Benoit yang mencari Neneknya yang hilang. Dirinya tinggal di Rieux, Prancis, Federasi Eropa. Scarlet menjalani kesehariannya dengan menjadi pemasok sayuran di sebuah restoran dekat tempat dirinya tinggal.

Dalam pencarian Neneknya yang hilang, Scarlet bertemu dengan seorang petarung jalanan bernama Wolf, dirinya dipertemukan dengan cara yang tidak disengaja. Awalnya Scarlet merasakan keganjalan pada diri Wolf sampai sulit untuk mempercayainya saat Wolf yang tiba-tiba ingin membantu Scarlet untuk mencarikan Neneknya.

Namun, Scarlet yang lama kelamaan lelah karena tidak menerima pencerahan sama sekali tentang keberadaan Neneknya, pada akhirnya memilih untuk menerima bantuan Wolf. Rintangan demi rintangan mereka lalui bersama demi mencari sang Nenek. Wolf, yang tadinya sangat misterius pun mulai menunjukan dirinya yang asli.

Sementara Cinder yang juga tengah dalam pelarian juga ikut mencari Nenek Scarlet yang hilang. Dirinya dan Thorne berkelana agar bisa menemui Nenek Scarlet untuk mendapat jawaban dari teka-teki yang selama ini dirinya cari, yang mana tanpa dirinya tahu orang yang dicarinya juga tengah dalam pencarian. Hal itu membuat Scarlet dan Cinder saling berkaitan satu sama lain.



REVIEW

Hai readers! Senang sekali saat tahu kalian memutuskan untuk kembali kesini. Terimakasih banyak! Tapi sebelum aku mulai membahas Scarlet dan Wolf lebih jauh, ijinkan aku untuk meluapkan jeritanku yang tertahan setelah membaca habis novel ini. AAAA!!!

Oke cukup.


Sejujurnya aku belum pernah membaca dongeng ‘Gadis berkerudung merah’ secara lengkap. Aku hanya tahu konflik dan ending dongeng ini dari kartun yang aku tonton saat masih kecil dan mengingat begitu terkenalnya dongeng ini, aku jadi banyak mendengar. Intinya aku hanya jadi pendengar. Jadi... yah, aku tidak tahu Scarlet ini gadis seperti apa dalam dongeng aslinya.

Tapi... aku benar-benar jatuh cinta dengan karakternya di novel ini. Scarlet yang kuat, pemberani, keras kepala, gigih dan sedikit gegabah adalah karakter kesukaanku. Bagaimana tidak, pada pembukaan novel ini saja aku sudah bertemu dengan Scarlet yang marah-marah pada buah tomat, lalu dia bungkam ketika tahu tomat yang dimarahi ternyata adalah tomat miliknya.

Saat melanjutkan untuk membaca buku ini yang notabene lanjutan Cinder, aku sempat bingung dimana titik temu buku Cinder dan Scarlet ini. Awalnya aku merasa novel ini adalah novel stand alone yang bisa aku baca tanpa membaca buku pertamanya lebih dulu. Itu karena Scarlet memiliki dunianya sendiri. Marissa Meyer seakan mengajak pembaca untuk lebih jauh mengenal Scarlet dan terbuai dulu dengan kisahnya. Sehingga pada pertengahan menuju akhir, Cinder muncul bersama dengan Iko dan Thorne untuk mencari Nenek Scarlet.

Baca juga : [Book Review] The Lunar Chronicles #1: Cinder by Marissa Meyer

Penjelasan yang begitu detail bisa sampai dengan sempurna pada pembaca. Aku jadi membayangkan setting tempat di film Ratatouille saat awal-awal membaca haha! Tapi tidak berlangsung lama sampai tokoh Wolf muncul. Oh bagaimana bisa aku melupakan tokoh yang satu itu?! Aku sangat-sangat menyukainya sampai lupa bahwa dirinya hanyalah toko fiksi saking nyatanya keberadaan tokoh yang satu ini.

Rasanya tidak seperti membaca novel akan tetapi menonton film. Di novel ini porsi adegan action lebih banyak, begitu pula porsi adegan romantis dan misterinya. Penulis seakan ingin menebus porsi romantis yang kurang di novel sebelumnya dengan menabur banyak adegan manis di novel ini. Dan jika di novel Cinder kalian akan diajak pintar dengan bioteknologi dan semacamnya –yang sejujurnya sedikit susah kupahami meski aku anak Ipa, di Scarlet kalian akan dibawa terbang dengan perasaan berbunga-bunga.

Aku sampai menggebu-gebu untuk cepat selesai membacanya. Bukan hanya karena adegan manis yang ada, akan tetapi adegan action di novel ini juga sangat seru dan menegangkan. Setiap detiknya terasa begitu lama dan mendalam seakan aku sedang ikut masuk kedalamnya.

Selain itu novel ini penuh dengan plot twist yang tidak bisa aku prediksi sebelumnya. Kadang aku tersenyum, melotot, sampai merasa sangat sedih. Aku jatuh cinta dengan bagaimana cara novel ini mengaduk-aduk perasaanku dengan mudah. Percayalah, penyampaiannya sangat mudah dicerna dan dibayangkan.

Salah satu yang mampu mengaduk perasaanku adalah Wolf. Karakternya yang tertutup, ragu-ragu akan hal baru dan selalu menyembunyikan apa yang dirasakannya membuatku semakin tertarik dengan Wolf. Namun meskipun begitu, Wolf memiliki sisi yang setia kawan dan lucu ketika sedang menjadi ‘manusia’. Aku ingat satu adegan dimana Wolf pertama kali memakan tomat. Bayangkan, dengan tubuh kekar dan status petarung jalanan yang disandangnya, dia mengikuti Scarlet hanya karena sebuah tomat. Dia terang-terangan menyukai tomat. Itu sangat sangat sangat menggemaskan! Seperti melihat Wolf versi Chibi. Tapi jangan salah, Wolf tidak segan-segan untuk menunjukkan sisi gelapnya ketika tahu orang yang disayanginya terluka. Seakan memiliki dua jiwa dalam satu tubuh. Love you Wolf !

Selain Scarlet dan Wolf, Cinder juga ikut andil disini. Karakter tokoh di buku pertama pun mengalami perkembangan yang cukup baik. Sekarang selain aura kecemasan yang selalu melekat pada Cinder, aku juga bisa merasakan kedekatanya dengan Thorne bertambah. Cinder juga menjadi lebih hati-hati dalam bertindak dan mengambil keputusan semenjak identitasnya sebagai ‘putri bulan’ ia ketahui.

Selain masalah Cinder yang semakin besar karena status buronnya, pangeran Kai pun menjadi semakin ragu pada Cinder. Dalam hati dirinya sangat yakin bahwa Cinder tidak bersalah, dirinya yakin Cinder melakukan semua ini karena suatu alasan. Tapi dirinya juga merasa terhianati karena semua bukti kejahatan yang mengarah kepada Cinder.

Aku tidak tahu kapan tepatnya pangeran Kai akan dibahas penuh, mungkin dibuku ketiga atau mungkin buku keempat. Tapi aku harap, itu tidak terlalu lama. Karena aku juga ingin menyukai pangeran Kai seperti aku menyukai yang lain. Maksudku, aku suka Kai, tapi lebih suka yang lain. Yah kamu mengerti kan maksudku?

Terakhir, aku sangat ingin melakukan sesuatu yang seharusnya sudah aku lakukan dari awal. yaitu memuji desain cover dari novel The Lunar Chronicles ini. Visualisasi tokoh yang tidak terlalu diekspos, juga latarnya yang hitam membuat kesan simpel, elegan dan keren pada novel ini. Juga terjemahan dari penerbit Spring yang sangat bagus sangat membantuku dalam mencerna isi cerita dengan mudah. Terimakasi penerbit Spring!

Kesimpulan dari semuanya adalah aku sangat suka Scarlet. Tidak ada yang membuatku kecewa. Dan aku lebih mudah memahami Scarlet ketimbang Cinder. 5 bintang dari 5 aku beri untuk novel ini.

Jangan sungkan untuk berkomentar dan sampai jumpa di review selanjutnya....


Continue reading [BOOK REVIEW] The Lunar Chronicles #2: Scarlet by Marissa Meyer