Senin, 25 Agustus 2025

BERHENTI MINTA MAAF!

 Hallo readers! 

Hari ini rasanya cukup beda kurasa, karena aku mengetik tulisan ini saat sedang kesal -atau mungkin sangat kesal. Aku sadar kejadian yang akan aku ceritakan ini bukan satu-satunya penyebab, tapi satu-satunya pemicu aku kesal, muak, dan sadar. 

Kenapa aku harus selalu minta maaf untuk mengerti perasaan orang lain, sedangkan hal yang dibincangkan adalah hal sepele. Tapi aku harus bertanggung jawab atas kesensitifan orang lain. How about me, dude?!

HHHH! benar ya kata orang-orang bijak, jangan terlalu sering minta maaf. Itu hanya akan membuatmu dianggap sepele dan membuat mereka yakin bahwa permintaan maafmu atas kesensitifan mereka itu adalah hal wajib. Pfftt

Jadi ceritanya tadi pagi aku dihampiri oleh seseorang yang mewakili kekecewaan seseorang akan sikapku yang terkesan pilih-pilih dalam merespon pesan disebuah grup. Dia bilang, kenapa pesannya tidak mendapat responku? yang lalu aku jawab dengan sopan pada orang yang menyampaikan pesan ini, bahwa aku seringnya sibuk dan tidak buka grup dan aku minta maaf. Mungkin itu bertepatan dengan pesan yang beliau kirimkan. Meski begitu aku langsung mengerjakan yang sudah seharusnya kukerjakan dan mengirimkan hasilnya kepada mereka. Tapi sepertinya tidak membuat beliau senang hingga sipenyampai pesan ini bilang aku harus meminta maaf secara pribadi kepada beliau. Sopan kah? 

Posisinya tidak ada yang lebih atas, tapi disini posisiku bisa dibilang adalah yang harusnya bisa lebih  dihargai. Ibaratnya kamu menitipkan anakmu ke daycare bukan artinya kamu adalah bos mereka yang bisa seenaknya menyuruh ini itu. Maksudku, kamu meminta tolong kepada mereka yang menawarkan jasa dan mereka melaksanakan kewajiban mereka sebagai penyedia jasa, kenapa hal sekecil ini harus jadi masalah? bagaimana kalau keadaannya dibalik? aku juga tidak pernah menuntut maaf dari beliau padahal beliau juga pernah berbuat salah. Bukankah ada baiknya untuk hal-hal sepele seperti ini kita bisa saling memahami situasi masing-masing? dan tidak menganggap diri sendiri sebagai sipaling superior?

Lagipula pesannya bukan tentang permintaan atau apa, hanya sekedar konfirmasi. Ya sudah aku catat kalau begitu, bukan maksud juga tidak membalas : "Baik, terima kasih konfirmasinya." tapi lagi-lagi aku bilang, waktu itu aku sibuk dan memilih langsung mengerjakan tugasnya ketimbang membalas. Tidak selalu aku begitu, tapi -ah sudahlah!

Yang jelas ini membuat aku sadar, sekali lagi SADAR bahwa salah satu cara untuk menghargai diri sendiri itu salah satunya adalah tidak sering minta maaf untuk hal-hal yang sifatnya biasa saja. Kurasa ini bukan ego, ya. Pendapatku sih begitu.


Yah segitu saja, jam masuk sudah dekat nih. 

Makasih udah baca omelan-omelanku. Sayang kalian :*

0 comments:

Posting Komentar

Tolong berkomentar yang baik dan sopan ya, readers! juga centang kolom 'Notify me' sebelum publish komentar untuk mendapat notif balasan.
^^