Kamis, 14 Januari 2021

[Beta Reader] - COMMISIONED BY YUTA-CHAN

 

Ini adalah permulaan dari sebuah kisah penuh canda…

Penuh tawa…

Yang kemudian akan berakhir pada keheningan…

Kepedihan…

Dengan kegelapan yang memeluk…

Kesetiaan dan kekuatan pelakon di dalamnya diuji…

Untuk menentukan akhir kisah ini…

Kepedihan?

Ataukah...


Gelita menghampiri, merengkuh erat seolah enggan melepas sesosok gadis bersurai merah muda langka yang melebihi bahu. Gadis itu memiliki paras yang cantik, yang saat ini tengah tampak tertegun di dalam satu ruang kosong yang dipenuhi oleh kegelapan. 

Gelita menghampiri, merengkuh erat seolah enggan melepas sosok gadis bersurai merah muda langka yang yang panjangnya melebihi bahu. Gadis yang memiliki paras cantik itu saat ini tengah  tertegun di dalam ruang kosong yang dipenuhi oleh kegelapan. 

Sosok itu beberapa kali terlihat mengerjap, menaik dan menurunkan kelopak yang dibingkai oleh bulu mata lentik. Bulat kedua berliannya dibiarkan bergulir ke sana dan kemari, mengikuti lansekap kelam yang kini mulai tertorehkan warna-warna asing yang menyerupai satu tempat tak familiar baginya. 

Sosok itu beberapa kali terlihat mengerjap, menaik dan menurunkan kelopak yang dibingkai oleh bulu mata lentik. Dua netra berliannya dibiarkan bergulir ke sana dan kemari, mengikuti lansekap kelam yang kini mulai menorehkan warna-warna asing yang menyerupai satu tempat tak familiar baginya.

Senyum pada bibir gadis cantik itu terkembang, melengkung cantik untuk dipamerkan kepada empat sosok pemuda yang tengah bercengkrama di hadapannya. 

Senyum pada bibir gadis cantik itu mengembang, melengkung cantik memamerkan keindahan pada empat pemuda yang kini tengah bercengkrama di hadapannya. 

 

"Aku...bertunangan dengan Luna." 

Merupakan satu kalimat yang menjadi penghilang riuh di antara mereka. Beberapa pasang mata di sana membulat, tampaknya terkejut dengan pemaparan yang diberi sosok bersurai sekelam malam. 

–nya : jika ditambah imbuhan ‘nya’ akan terdengar seperti kata yang tidak pasti, sedangkan disini semua adegan sudah pasti, maka dari itu tambahan ‘nya’ tidak diperlukan. Diganti dengan kata ‘tampak’ yang menunjukkan situasi yang sudah pasti.

Merupakan satu kalimat yang menjadi penghilang riuh di antara mereka. Beberapa pasang mata di sana membulat, tampak terkejut dengan pemaparan sosok pemuda bersurai sekelam malam. 

"Apa?!" 

Adalah bentuk ekspresi keterkejutan yang diberi sesosok pemuda bersurai pirang cerah yang berada di samping pemuda malam itu. 

Adalah bentuk ekspresi keterkejutan yang berasal dari sosok pemuda bersurai pirang cerah yang sedang berada di samping pemuda malam itu. 

"Satu minggu lagi aku akan pergi ke Altissia untuk melaksanakan pernikahan." 

Kalimat berikutnya seolah-olah diberi penekanan karena beberapa orang yang berada di sana terdiam, tak lagi membuka mulut. Keheningan itu berlangsung selama beberapa detik sebelum sang gadis tiba-tiba saja menepuk kedua tangannya, semakin menaikkan sudut bibir dan tertawa. 

Semua terdiam, kalimat yang keluar berikutnya itu seolah-olah memberi penekanan pada beberapa orang di sana, menciptakan keheningan yang berlangsung selama beberapa detik sebelum sang gadis tiba-tiba saja menepuk kedua tangannya, lalu menyita perhatian dengan sudut bibir yang tambah lebar, kemudian tertawa. 

"Ternyata ada yang mau juga dengan pangeran bodoh ini.

"Ternyata ada yang mau juga dengan pangeran bodoh ini!"

Sebelumnya diceritakan sang gadis menepuk kedua tangannya sambil tertawa, jika dalam keadaan sebenarnya, ucapan yang dilontarkan pasti berupa seruan.

Diterbangkannya untai kalimat penuh ejek itu menjadi satu hal yang mencairkan suasana yang sedikit kaku. Sang pemuda bersurai kelam di sana mendelik, memelototi gadis yang telah bersama dengannya sejak umurnya masih empat tahun. Gelak tawa dan geram kesal dari kedua sahabat bersurai kontras di sana membawa kekehan meluncur dari bibir sahabat-sahabat mereka yang lain. 

Diterbangkannya untai kalimat penuh ejek itu guna mencairkan suasana yang sedikit kaku. Sang pemuda bersurai kelam di sana mendelik, memelototi gadis yang telah bersama dengannya sejak umurnya masih empat tahun. Gelak tawa dan geram kesal yang berasal dari dua sahabat bersurai kontras itu ternyata mampu meluncurkan kekehan dari bibir sahabat-sahabat mereka yang lain. 

“Noct akan menikah lebih dulu!”

Suara nyaring pemuda berwajah manis di sana semakin melunakkan suasana ‘asing’ yang sempat menyelimuti sang pangeran dan penasihatnya—entah mengapa berita pernikahan itu membuat keduanya sedikit menguarkan aura yang berbeda. Berikutnya keanehan itu semakin menghilang setelah sang merah muda menyelamati, menampakkan wajah ceria yang begitu menyilaukan

Rupanya seruan nyaring yang berasal dari pemuda berwajah manis di sana itu mampu melunakkan suasana ‘asing’ yang sempat menyelimuti sang pangeran dan penasihatnya—yang entah mengapa berita pernikahan itu membuat keduanya sedikit menguarkan aura yang berbeda. Tapi itu semua tidak berlangsung lama, karena kini sang merah muda telah menampakkan wajah ceria yang begitu menyilaukan

sehingga menjadikan semua yang berada di sana mengulum senyum, menikmati kebahagiaan yang mengelilingi mereka.

Namun, saat sang gadis hendak melontarkan kalimat ejekan lain, lansekap itu dengan cepat berganti. Hampar warna-warna monoton milik kamar sang putra mahkota tadi telah hilang, digantikan oleh abu-abu dan juga ornamen emas milik bangunan pencakar langit megah yang menjadi tempat tinggal pemilik tahta tertinggi—Raja—di kota tersebut.

Gadis pemilik surai sewarna bunga musim semi itu tak lagi terduduk di sofa nyaman milik sahabat bersurai kelamnya. Ia kini tengah berjalan sedikit lambat menuruni anak tangga berhamparkan karpet merah milik gedung megah di sana. Di belakangnya, kalimat-kalimat penuh pengharapan serta dukungan dari Raja kepada pangeran pun terdengar tanpa cela.

Gadis pemilik surai berwarna bunga musim semi itu tak lagi terduduk di sofa nyaman milik sahabat bersurai kelamnya. Ia kini tengah berjalan sedikit lambat saat menuruni anak tangga yang  berhamparkan karpet merah milik gedung megah di sana. Di belakangnya, kalimat-kalimat penuh pengharapan serta dukungan dari Raja kepada pangeran pun terdengar tanpa cela.

Kasih sedikit konjungsi agar narasi terasa lebih ngalir

Gadis tersebut semakin berjalan menjauhi Raja, pria paruh baya yang telah dianggapnya sebagai bagian dari keluarganya dan pangeran, yang merupakan teman kecilnya. Percakapan kedua orang itu tak lagi terdengar ketika ia telah sampai di depan pintu mobilnya dan mendudukkan diri di depan kendali.

Gadis itu berjalan menjauhi Raja. Dua pria yang telah dianggap keluarga dan juga teman kecilnya itu  Percakapan kedua orang itu tak lagi terdengar ketika ia telah sampai di depan pintu mobilnya dan mendudukkan diri di depan kendali.

Kata ‘tersebut’ lebih baik diganti dengan kata ‘itu’ agar terasa lebih dekat dengan pembaca juga mengajak pembaca lebih dekat dengan tokohnya.

Kata ‘semakin’ lebih baik dihapus agar kalimat tidak menjadi rancu.

Tulis kenapa dia berjalan mundur, juga tambahkan sedikit deskripsi sebelum tokoh sampai di pintu mobilnya. Dengan begitu pembaca bisa mengerti situasi yang sedang terjadi,

 

Dari tempatnya berdiam diri kini, kedua netra merah mudanya menatap Raja yang tengah memegang erat bahu teman kecilnya. Pemandangan itu entah mengapa menghimpit hatinya. Ada satu gemuruh di dadanya kala mendapati wajah Rajanya menjadi sendu seperti itu. Kepalanya telah sepenuhnya tertoleh, ia berusaha memerhatikan lebih seksama.

Akan tetapi, sebelum ia sempat melakukan itu, lansekap di hadapannya kembali berputar begitu cepat.

Dari tempatnya berdiam diri kini, netra merah mudanya menatap Raja yang tengah memegang erat bahu teman kecilnya. Pemandangan itu entah mengapa menghimpit hatinya. Ada satu gemuruh didadanya kala mendapati wajah Rajanya menjadi sendu seperti itu.

Kepalanya ia tolehkan sepenuhnya saat sedang memerhatikan keadaan lebih seksama.

Akan tetapi, sebelum ia sempat melakukan itu, lansekap di hadapannya kembali berputar begitu cepat. 

 Kata ‘kedua’ tidak diperlukan, karena netra disini merujuk pada mata yang notabene ada dua. Kecuali terjadi sesuatu yang menyebabkan tidak menjadi dua, jika itu terjadi pasti sudah dijelaskan sebelumnya.

Untuk adegan menolehkan kepala, sebaiknya dibuat paragraf baru, karena itu tidak termasuk ke narasi yang menjelaskan perasaan tokoh. Alias topik baru yang ingin disampaikan,

 

Sang gadis kini tengah berdiri di dalam kamar lain yang dikelilingi oleh lautan berwarna biru indah. Sekelilingnya diliputi oleh aura yang memberat dan ia merasakan sekujur tubuhnya menegang. Dengan seksama, ia perhatikan wajah keempat kawannya. Cerah menjadi mendung, tawa hilang terganti bisu karena seseorang dari mereka baru saja membawa kabar pahit mengenai kehancuran tanah air mereka. 

Sang gadis kini tengah berdiri di dalam kamar lain yang dikelilingi oleh lautan berwarna biru indah. Akan tetapi sekelilingnya diliputi oleh aura yang memberat, dan seketika ia merasakan sekujur tubuhnya menegang. Dengan seksama, ia perhatikan wajah keempat kawannya. Semua tampak berbeda dari sebelumnya. Wajah cerah mereka kini berganti mendung, tawa hilang berganti bisu karena seseorang dari mereka baru saja membawa kabar pahit mengenai kehancuran tanah air mereka. 

Konjungsi ‘akan tetapi’ disimpan diawal untuk menunjukkan perbandingan yang mencolok, indah tapi auranya memberat.

‘terganti’ menjadi ‘berganti karena maknanya berbeda ;

terganti = kau tak akan terganti, posisinya telah tergantikan dengan yang lain.

berganti = siang berganti malam, suka berganti duka, tangis berganti tawa.

 

Kota tempat mereka pulang luluh lantak, dihancurkan oleh pihak yang seharusnya menandatangani perjanjian damai dengan keRajaan mereka. Penghianatan terjadi, pembantaian tak terelakkan dan mereka yang sedang dalam perjalanan menuju Altissia untuk menemui putri Tenebrae begitu syok tak terhingga.

Kata ‘begitu = sangat’ dengan adanya kata itu sudah menunjukkan bahwa yang dialami adalah syok yang sangat hebat. Menambahkan kalimat ‘tal terhingga’ akan menjadi pemborosan kata. Sebagai gantinya, tambahan sedikit kalimat penutup.

Kota tempat mereka pulang luluh lantak, dihancurkan oleh pihak yang seharusnya menandatangani perjanjian damai dengan keRajaan mereka. Penghianatan terjadi, pembantaian tak terelakkan dan mereka yang sedang dalam perjalanan menuju Altissia untuk menemui putri Tenebrae begitu syok saat tahu kabar itu.

Gadis itu merasakan gemuruh kasar menghampiri dadanya. Ia hendak membuka mulut, tetapi, lagi-lagi pemandangan di depan matanya sekali lagi terganti begitu cepat, bak potongan film yang rusak.

Gadis itu merasakan gemuruh kasar menghampiri dadanya. Ia hendak membuka mulut, tetapi lagi-lagi pemandangan di depan matanya sekali lagi terganti begitu cepat, bak potongan film yang rusak.

Kini, dalam ngeri ia berdiri sembari bergetar, memandangi tiap-tiap pemandangan asing yang terus terputarkan di hadapannya.

Di sana, di hadapan kedua bola kacanya, ada kesakitan di wajah pangerannya, kepedihan pada wajah teman-temannya. Kemudian ada jerit pilu, laung tangis, noda-noda merah kehidupan yang menetes dari tubuh seorang wanita anggun bersurai pirang pucat.

Di sana, di hadapan kedua bola kacanya, ia melihat  kesakitan di wajah pangeran juga kepedihan pada wajah teman-temannya. Tidak cukup sampai situ, jerit pilu, laung tangis, dan noda-noda merah kehidupan yang menetes dari tubuh seorang wanita anggun bersurai pirang pucat pun seakan ingin ikut serta dalam mengisi kejadian tragis itu.

Tambah sedikit diksi biar lebih JLEB! Euh...

Tak berhenti sampai di situ, hatinya diremukkan oleh pemandangan bahwa hijau yang dicintainya menghilang, persahabatan yang telah terjalin selama beberapa tahun silam menjadi karut marut, terjatuhnya sosok pemilik senyum secerah mentari. Pemandangan itupun semakin berputar, menggemakan gelak tawa menyeramkan milik seorang pria berwajah culas, memerlihatkan kegelapan tanpa akhir yang menyelimuti dunia...dan...mempertontonkan pengorbanan nyawa milik seseorang terpentingnya…

Pemandangan itupun semakin berputar, menggemakan gelak tawa menyeramkan milik seorang pria berwajah culas, memerlihatkan kegelapan tanpa akhir yang menyelimuti dunia...dan...mempertontonkan pengorbanan nyawa milik seseorang terpentingnya…

Seakan belum puas dengan penderitaan yang dialaminya, kini hatinya kembali diremukkan oleh pemandangan bahwa hijau yang dicintainya telah menghilang, persahabatan yang telah terjalin selama beberapa tahun silam menjadi karut marut. Pemilik senyum secerah mentari itu terjatuh dihadapannya.

Pemandangan itu semakin berputar, menggemakan gelak tawa menyeramkan yang menyiratkan kepuasan hati dari pria berwajah culas yang sedang memperlihatkan kegelapan tanpa akhir yang menyelimuti dunia, dan mempertontonkan pengorbanan nyawa milik seseorang terpenting gadis itu.

Terputarkannya cuplikan terakhir di hadapan kedua netranya membuat sang gadis melaung dalam bisu. Kedua tangannya yang bergetar terangkat dan ia segera menjambak mahkotanya hingga acak, tak menghiraukan kesakitan yang didapat karena itu. 

Terputarkannya cuplikan terakhir di hadapan  netranya membuat sang gadis melaung dalam bisu. Kedua tangannya yang bergetar terangkat untuk menjambak mahkotanya hingga acak, tak menghiraukan kesakitan yang didapat karena itu. 

Gadis musim semi di sana hanyalah mampu menangis, mengalirkan kepedihan sembari meraung-raung tanpa suara. Tubuh itu bergetar, begitu hebat hingga pemiliknya harus mengeraskan rahang agar gemeletuk gigi tak terdengar kencang. 

Gadis musim semi di sana hanya mampu menangis, mengalirkan kepedihan sembari meraung-raung tanpa suara. Tubuh itu bergetar, begitu hebat hingga pemiliknya harus mengeraskan rahang agar gemeletuk gigi tak terdengar kencang. 

Ia kini bagai tengah menonton satu film rusak karena di hadapannya, runtut stori yang tak ia ketahui apa terus menerus terputarkan tanpa lelah. Keping-keping selayaknya ingatan tersebut akan kembali lagi kepada awal, bermain tanpa cela sebelum kembali terhenti di akhir menyakitkan. Adegannya tak pernah berakhir, malah terus selalu hadir. Seolah-olah hal itu ingin menyakitinya, seakan hendak menertawakan dirinya yang tak kuasa menahan kesakitan. 

Tidak. 

Hatinya menjerit, bibirnya terbuka tetapi hanyalah napas tercekat yang hadir. 

Tidak!

Ia terus meracau, menyuarakan kekalutannya walau hanya hembus napas yang terdengar dari celah bibir pucat tersebut. 

"TIDAK!!!" 

“Crystal?!”

Crystal, atau lebih lengkapnya Crystalcrown Leonis membuka mata, merasakan bagaimana dirinya tersentak dari lelap karena mimpi mengerikan yang baru saja dilihatnya. Gadis tersebut mengerjap, menoleh untuk mendapati berpasang-pasang mata beriris tak sama menatapinya dengan wajah penuh kehawatiran—wajah-wajah yang tadi hadir di dalam bunga tidurnya.

Peluh membanjiri sekujur tubuh sang gadis dan degup jantung itu bergemuruh begitu hebat. Sang pemilik surai yang sedikit bergelombang dan melewati bahu tersebut mengangkat tangan, meremas poni yang lembap karena peluhnya. Dahinya berkerut-kerut karena ketakutan yang masih tertinggal dalam rongga dadanya...kengerian akan sesuatu dari mimpi yang terus menerus dilihatnya.

Ya.

Sesungguhnya, hal tersebut adalah sesuatu hal biasa dan ia telah berpuluh-puluh kali melihat penggalan kisah menyeramkan tersebut...kisah yang sampai kapanpun akan tetap menyayati hatinya.

“Minumlah.”

Dengan sedikit tersentak sang gadis menengadah, mendapati hijau yang masih mampu bersirobok dengan kedua mutiara merah mudanya, tidak seperti yang selalu ia lihat di dalam bunga tidurnya. Tangan kurusnya yang bergetar bergerak perlahan, meraih mug hitam yang memang sengaja ditinggalnya di dalam apartemen mewah ini.

Masih sembari mengatupkan bibirnya rapat-rapat, Crystal menghirup aroma menenangkan kamomil yang mengepul dari mug itu. Netranya jatuh, memandangi riak lembut yang tercipta karena getaran tangannya.

Mengigit bibir bawah, ia teguk teh tersebut dan membiarkan hangat mengalir membasahi tenggorokan dan menghangatkan dadanya yang masih bergemuruh kencang. Di tutupnya kedua matanya, berusaha menikmati rasa khas cairan pemberian salah satu teman sepermainannya yang acap kali diteguknya ketika ia tengah gelisah.

Walau sayangnya kali ini minuman tersebut tak membantu menenangkan dirinya sebab ia merasa mimpinya kali ini begitu nyata...teramat sangat nyata hingga membuatnya ketakutan.

“Kau...kehilangan kesadaran mendadak.”

Ucapan yang diberi teman bersurai pirang kusam yang telah berpindah ke sampingnya mengagetkan gadis itu. Dalam sekali hentak ia menoleh, mengerutkan kembali dahinya karena berusaha mencerna pernyataan yang tadi dilontarkan sang penasihat Raja, Ignis Scientia.

Ucapan teman bersurai pirang kusam yang telah berpindah ke sampingnya mengagetkan gadis itu. Dalam sekali hentak ia menoleh, mengerutkan kembali dahinya karena berusaha mencerna pernyataan yang tadi dilontarkan sang penasihat Raja, Ignis Scientia.

 

“Ignis, aku—”

“Kau pingsan...setelah menjerit.” Pemuda itu membuka kembali mulutnya, berusaha menyentuh dahi sang teman sepermainan untuk memastikan sosok tersebut benar baik-baik saja. “Kau baik-baik saja?” Tanyanya menyuarakan kehawatirannya.

Crystal nanap. Gemuruh dalam dadanya sekali lagi memainkan melodi menyeramkan yang tak mampu ia redam. Getaran pada tangannya yang sempat sedikit sirna kembali nampak kasat mata dan gadis itu meneguk ludahnya sebab penggalan-penggalan memori beberapa menit lalu sebelum ia kehilangan kesadaran bermain lagi dalam kepalanya.

“Segitu terkejutnya mendengar pangeran Noctis bertunangan, eh?”

Tubuh yang tak sempat dibiarkan untuk relaks di sana menegang kembali setelah suara milik perisai Raja, Gladiolus Amicitia menggelitik indra pendengaran sang gadis. Surai lembutnya berayun kala ia menoleh kasar untuk melihat sang sahabat sekelam malam, Noctis Lucis Caelum, yang dimaksudkan tadi.

“Tu-tunangan?”

Suara seraknya memberitahukan betapa luar biasa takutnya ia saat ini. Ketika ia biarkan biru milik pangeran Lucis tersebut bersirobok dengan merah muda netranya, ia harus merasakan bagaimana seluruh ngerinya menggerogoti rongga dada.

"Crystal, aku...bertunangan dengan Luna." Ucap sang Caelum dengan suara yang sedikit menguatarakan kehawatiran dan kebingungannya. Pasalnya, ia harus mengulang kembali pengumuman pernikahannya kepada sahabat kecilnya ini.

Tidak!

"Satu minggu lagi aku akan pergi ke Altissia untuk melaksanakan pernikahan." Tambah putra mahkota itu lagi.

Tidak!!

“Crystal?!”

Salah seorang pemuda dengan surai secerah mentari meninggikan suaranya saat Crystal menjatuhkan mug hitam dalam genggaman ke arah lantai apartemen sang pangeran Lucis. Sedang yang memecahkan benda berisikan sisa teh kamomil tadi berdiri, menatap ngeri wajah sahabat kecilnya yang sedikit terkejut karena perlakuannya.

"Ouji...kau bercanda?"*

Hanya itu saja yang mampu dilafalkan sang gadis yang masih bergetar. Napasnya tercekat, begitu sulit untuk ia netralkan sebab saat ini, sesuatu yang biasanya terputarkan dalam dunia mimpinya tiba-tiba saja terwujud di hadapan kedua permatanya.

Mimpinya...tengah terproyeksikan di dunia nyata.

"Hah? Apa untungnya aku berbohong soal itu?"

Crystal mengepalkan tangan, merasa kekalutannya semakin menikam hatinya yang mungkin sebentar lagi akan hancur seperti mug di bawah kakinya.

Degup dalam dadanya begitu hebat, sangat kencang seperti hendak memberitahukan betapa kuat firasat buruknya. Ketakutan ini adalah sesuatu yang hadir karena otak pintarnya secara cepat menarik garis kesimpulan apa yang tengah terjadi padanya.

"Kau tak boleh pergi!"

Jangan!

"Sejak tadi kau kenapa, sih?"

"Sejak tadi itu kau kenapa?"

"Tunggu, Crystal…wajahmu pucat…"

Scientia yang berada di dekat gadis itu memegang bahu teman sepermainannya. Pemuda itu mendekat, ingin berusaha membantu sang gadis yang ia ketahui sedang tidak dalam kondisi stabil seperti biasanya.

"Bohong…tidak…ini bohong!"

Mimpi itu akan menjadi nyata!!

"Crystal!?"

"Hei Crystal kau mau kemana?!"

"Crystal!"

Dalam hitungan detik, gadis dengan mahkota merah muda di sana membuka kasar pintu apartemen sahabat kecilnya. Kakinya yang tak jenjang membawanya berlari, memberi gema di lorong panjang yang sebelumnya senyap.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Kalau boleh aku saran, bagaimana kalau setiap adegan lansekap yang berubah itu dijadikan seperti menulis judul? Jadi tidak dijadikan narasi, menurutku itu akan memperjelas bahwa yang sedang terjadi adalah perpindahan tempat, situasi dan suasana. Baru setelah itu menjelaskan keadaan sekitar yang ada di dalam lensekap itu.

Contoh :

Rupanya seruan nyaring yang berasal dari pemuda berwajah manis di sana itu mampu melunakkan suasana ‘asing’ yang sempat menyelimuti sang pangeran dan penasihatnya—yang entah mengapa berita pernikahan itu membuat keduanya sedikit menguarkan aura yang berbeda. Tapi itu semua tidak berlangsung lama, karena kini sang merah muda telah menampakkan wajah ceria yang begitu menyilaukan

sehingga menjadikan semua yang berada di sana mengulum senyum, menikmati kebahagiaan yang mengelilingi mereka.

 

Lansekap berganti

 

Hampar warna-warna monoton milik kamar sang putra mahkota tadi telah hilang, digantikan oleh abu-abu dan juga ornamen emas milik bangunan pencakar langit megah yang menjadi tempat tinggal pemilik tahta tertinggi—Raja—di kota tersebut.

Gadis pemilik surai sewarna bunga musim semi itu tak lagi terduduk di sofa nyaman milik sahabat bersurai kelamnya. Ia kini tengah berjalan sedikit lambat menuruni anak tangga berhamparkan karpet merah milik gedung megah di sana. Di belakangnya, kalimat-kalimat penuh pengharapan serta dukungan dari Raja kepada pangeran pun terdengar tanpa cela.

 

Lansekap berganti

 

Sang gadis kini tengah berdiri di dalam kamar lain yang dikelilingi oleh lautan berwarna biru indah. Sekelilingnya diliputi oleh aura yang memberat dan ia merasakan sekujur tubuhnya menegang. Dengan seksama, ia perhatikan wajah keempat kawannya. Cerah menjadi mendung, tawa hilang terganti bisu karena seseorang dari mereka baru saja membawa kabar pahit mengenai kehancuran tanah air mereka. 

 

Itupun jika berkenan, keputusan ada di Yuta-chan ^^/

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Continue reading [Beta Reader] - COMMISIONED BY YUTA-CHAN

Sabtu, 26 Desember 2020

Delapan Puluh Persen

Nisti : 'Ada apa Kistain?' tanya Nisti sambil meletakkan cangkir teh di pangkuan. Menggenggamnya untuk mendapatkan hangat.

Kistain : "Hanya sedikit sedih karena sesuatu." jawab Kistain sambil menatap Nisti sekilas, sebelum kembali menyesap teh.

Nisti : 'Mau cerita?'

Kistain : "Mungkin nanti..." lagi-lagi menyesap teh.

Nisti : 'Kistain, aku memang tidak bisa mendengar. Tapi bisa memahami.' Nisti tersenyum saat Kistain menoleh. Tangan hangat yang sedari tadi menggenggam cangkir teh kini menggenggam tangan lelaki di sampingnya.

Kistain : "Bukan begitu Nisti, bukannya tidak mau cerita. Terkadang, tidak semua masalah bisa diceritakan. Karena seringnya 20% itu bercerita dan 80% mengingat kejadiannya."

Nisti : 'Kalau begitu berikan aku 80%-nya. Agar kamu bisa leluasa bercerita, Kistain.' 



Continue reading Delapan Puluh Persen

Kamis, 17 Desember 2020

Podcast Spotify : Podfun Today Podcast (Quarter Life Crisis)


Hmmm... quarter life crisis nakutin ya? bukan cuma pikiran sendiri aja yang dipertanyakan, tapi juga isi hati. Salah satunya nentuin pilihan. Pernah gak sih, kalian nanya ke diri sendiri, sebenernya kalian itu lagi ngapain? rasanya hidup cuma sekedar hidup dan kerja sekedar kerja. jarang banget gitu, nanya ke diri sendiri maunya kayak gimana?

Di awal 20 tahunan umurku, aku jadi sering menanyakan banyak hal. aku sering berkhayal dan bermimpi hidup apa yang mau aku jalani. 

Contoh deh ya. Dari kecil aku itu sering beda sama temen-temen sebayaku. aku punya pikiran yang orang lain sering gak ngerti, kata orang tuaku aku punya dunia sendiri. Dan dalam melakukan suatu hal, aku selalu ingin membuat sesuatu jadi menyenangkan dulu sebelum dilakuin. Tipe orang yang gak bisa maksain diri buat ngelakuin yang aku sendiri gamau. Suka-suka diri gitu lah hahaha... dan kalau emang harus banget ngelakuinnya, aku pasti muter otak gimana caranya biar diri aku nerima. 

Tapi sayangnya, kadang hal untuk menghibur itu gak bisa aku lakuin sekarang. Dulu pengen cepet-cepet dewasa, udah dewasa malah gak tahu mau ngapain. kayak cuma ngikutin alur hidup aja. Ya memang... semua sudah ada yang mengatur. Kita mau bagaimana kita mau ngapain, semuanya udah dicatat. Tapi yang dimaksud di sini itu, kita juga perlu punya rencana kedepannya kan? meski hasil udah ditentuin tapi bukan artinya kita gak harus berusaha kan? 

Masalahnya... dalam membangun rencana di usia-usia sekarang gak bisa tinggal nulis. Banyak rencana yang mungkin kalau ditulisin cuma sebaris, tapi pertimbangannya bisa berjam-jam. Karena memikirkan rencana dan mempertanyakan usaha saat ini. Muncul perasaan baru. Cemas, minder, dan gak bahagia.

Orang bilang aku lagi ada di fase quarter life crisis. Istilah yang menyerang kaum muda yang beranjak dewasa seperti aku dan mungkin kalian juga. Ruang lingkupnya katanya ada di pendidikan, pekerjaan, keuangan, dan pasangan. 

Hmmm aku setuju sih, banget malah. Aku rasa awal-awal aku diharuskan mengambil keputusan itu saat memilih jurusan buat kuliah. Kalau asalnya aku optimis banget kalau jurusan yang aku ambil itu tepat, tiba-tiba pas udah mau akhir, pertanyaan seperti prospek kerja dan lain-lain malah muncul dan mengacaukan rasa optimisnya.

Pengennya dulu aku jadi orang naif aja gitu, gak mikirin apa-apa dan yang penting ngelakuin hal yang aku mau dan suka. selama tidak merugikan orang lain tentunya. Hal itu bikin aku mikir, kayaknya kalau aku masuk jurusan yang aku mau, meski capek kayaknya aku bahagia deh. Gitu.

Sampeee makin lama aku makin mempertanyakan, nanti kalau udah lulus mau kerja apa ya? jadi apa ya? bisa gak aku bersaing di bidang yang udah aku jalani selama kuliah? sampe munculah rasa minder.

Minder... kalau nanti aku gak bisa bersaing sama yang lain. Minder kalau nanti kumpul keluarga dan ditanya keahlian malah gak bisa apa-apa, dan yang terparah minder kalau nanti semua saudara dan temenku udah dapet kerja sedangkan aku belum. Apalagi disaat-saat semester akhir kayak sekarang. Beberapa temen udah ada yang kerja, entah itu jadi karyawan maupun buka usaha sendiri. 

Untuk masalah pekerjaan, pernah sih aku mikir kalau kerjaan kita nanti itu gak harus sesuai dengan jurusan kuliah kita. Banyak kok yang kayak gitu, dan mereka sukses. Tapi tiba-tiba sisi pikiranku yang lain menyela, kalau bukan yang selama ini kamu pelajari, mau apa lagi? yang kamu pelajari selama kuliah adalah itu, yang kamu dalami adalah itu, terus kenapa sekarang ada pikiran buat ngelakuin hal lain?

Tahu ga, ditanya gitu sama pikiran sendiri itu kayak gak diterima dimana-mana. Sialnya lagi, pikiranku yang itu satu pikiran sama orang tua dan teman-temanku juga. Katakanlah aku punya hobi menulis dan berkomunikasi dengan banyak orang, dan tentu saja punya mimpi untuk bekerja di bidang yang kusuka. Tapi gak segampang itu temaaan... 

Orang-orang di sekitarku bilang mimpiku itu gak pasti, gak menguntungkan, dan gak menghasilkan. Mereka lupa kalau bahwasannya aku dan mereka cuma hamba. Tapi ya balik lagi, kehidupan dan pengalaman keras yang bikin mereka bilang begitu.

Dan akhirnya kalau ada yang nanya apa cita-cita aku, aku bilang kalau aku hanya mau menggeluti bidan yang aku suka. Hahaha simple tapi susah digapai, ya.

Sulit digapai kayak cinta sejati. Eyaaa hahaha. Ngomongin cinta emang gak ada habisnya ya. Lagi-lagi diurusan hati sekalipun otak malah ikutan maen, ikut andil juga dia. 

Dalam dunia cinta, hal yang paling mudah itu memang mencintai dalam diam. Diam-diam memendam, diam-diam juga terluka. Ujung-ujungnya cuma bisa pasrah dan berserah ke yang maha kuasa. Keren ya otak kita di awal menuju dewasa ini. Bukan hanya pendidikan, pekerjaan, dan keungan aja loh yang dipertimbangkan. Tapi juga cinta yang mana harusnya itu bagian hati.

Kayak misalkan kasus, aku mengabaikan yang menantiku untuk mengharapkan dia yang tak pasti. Itu tuh banyak banget dialami cewek. Gak terkecuali aku. Selama belum nyerah, itu biasanya hati masih unggul dari otak. Otak kayak masih mati dan diem ditempat aja gitu. Belum maju.

Dan disaat patah, baru lah otak maju. 

Datang A, tolak. Datang B tolak, sampe orang sekitar berasumsi aku terlalu pemilih. Mereka gatau aja kalau sebenernya aku cuma belum pulih. Dan tibalah masanya orang-orang banyak menasehati ini itu. Timbulah tuntutan harus menerima dengan kedok membuka pikiran dan hati. Dan yang paling parah sampe di kata-katain terlalu jual mahal dan terlalu mementingkan karir. Barulah muncul rasa gak bahagia. 

Rasa gak bahagia dan akhirnya bikin aku mempertimbangkan ucapan mereka. Seperti... aku bisa nih nyoba suka sama dia karena dia begini dia begitu, iya ya, aku harus lebih menghargai perasaan orang yang udah lama banget nungguin aku. Disanalah godaan-godaan untuk mencoba timbul. Kadang heran, kalau masalah kerjaan mereka bilangnya sudah ada yang mengatur, tapi bagian perasaan mereka nyuruh buat kerja keras. 

Aku tahu di luar sana kalian juga ada yang kayak gini, bingung kayak dikejar umur. Seakan-akan harus melakukan semua yang baik mumpung masih muda. Memaksa memasukan sesuatu ke otak yang sebenarnya gak bisa diterima sama hati.

Aku gak bilang semua harus dilakukan sesuka hati, meski pengen tapi itu cuma harapan aku yang aku simpen aja. Tapi aku mau bilang kalau yang baik belum tentu yang terbaik. Kalau emang quarter life crisis emang lagi menyerang, yaudah ayo jalani. Toh ini salah satu fase dalam hidup. Fase dengan tujuan mendewasakan.

Untuk kalian yang masih mendengarkan, dan kebetulan mengalami hal serupa. Coba deh tarik nafas terus hembuskan perlahan sambil bilang ; aku bisa.

Dan untuk hati dan otak yang kadang gak sejalan, aku harap kalian bisa berdamai dikeadaan baik dan buruk yang nanti bisa aja terjadi.

Continue reading Podcast Spotify : Podfun Today Podcast (Quarter Life Crisis)

Rabu, 16 Desember 2020

Nothing



Kamu tidak perlu tersenyum kalau tidak ingin. Tidak perlu tertawa saat sedih, dan tidak perlu sendiri saat sepi. Kenapa sulit sekali untuk jujur pada diri sendiri? Apa salahnya berhenti mengelak dan menerima, kalau kamu sedang tidak baik-baik saja?

Dunia terlalu baik untuk menghakimimu, dia terlalu cerah untuk menutupi mendungmu. Kamu hanya perlu menangis. Bahkan, untuk hal-hal kecil sekalipun. Karena, jika tidak pada dirimu, mau dengan siapa lagi? 

Tubuhmu yang sudah kamu atur untuk menutupi sedih terkadang berbisik lewat mimpi. Dalam bisiknya dia berkata, kamu hebat. 

Semua memang rumit sampai kamu tidak bisa berkelit. Luka yang kamu pupuk akan membusuk. Mau berapa lama?

Mari menangis bersama. Dukamu yang entah untuk keluarga, teman, maupun kekasih, tidak akan hilang oleh waktu. Kamu hanya perlu jujur dan menangis.

Kamu kuat, terima kasih untuk semua tawa.


Continue reading Nothing

Rabu, 04 November 2020

,

[BOOK REVIEW] The Lunar Chronicles #3 : Cress || Perang akan segera dimulai!

Judul                           : Cress (The Lunar Chronicles #3)
Penulis                        : Marissa Meyer
Penerjemah                : Jia Effendi
Penyunting                 : Selsa Chintya , Brigida Ruri
Proofreader                : Titish A.K
Desain Cover             : @Hanheebin
Penerbit                      : Spring
Cetakan Pertama      : Mei 2016
Jumlah Halaman      : 576
ISBN                       : 9786027150584

Harga                     : Rp. 115.000



Cinder dan Kapten Thorne masih buron, Scarlet dan Wolf bergabung dalam rombongan kecil mereka, berencana menggulingkan Levana dari tahtanya. 

Mereka mengharapkan bantuan dari gadis bernama Cress. Gadis itu dipenjara di sebuah satelit sejak kecil, hanya ditemani oleh beberapa netscreen yang menjadikannya peretas andal. Namun kenyataannya, Cress merasa perintah dari Levana untuk melacak Cinder, dan Cress bisa menemukan mereka dengan mudah.

Sementara di bumi, Levana tidak akan membiarkan siapa pun mengganggu pernikahannya dengan kaisar Kai.


REVIEW

Cress adalah buku ketiga dari The Lunar Chronicle Series. Sebelumnya di buku kedua yang berjudul Scarlet, akhirnya Cinder bertemu dengan Scarlet dan Wolf untuk mengajaknya bekerja sama dalam menggulingkan tahta Levana. Pertemuan mereka yang ditulis dalam buku ini memang tidak kalah keren! bahkan jauh lebih seru dan menegangkan dibanding buku kesatu dan keduanya. 

Setiap aku membaca rasanya tidak bisa untuk tidak menahan nafas. Aku serius! lol

Salah satu faktor yang membuat aku gemas untuk terus membaca buku ini sampai selesai adalah, karena sudut pandang buku ini mengambil sudut pandang Cress. Yang mana Cress ini diceritakan sebagai gadis yang seumur hidupnya terkurung di satelit. Ya, kalau di dongeng aslinya Cress dikurung di menara tinggi, di dalam novel Cress (The Lunar Chronicles #3), Cress dikurung di satelit luar angkasa. Jauh lebih tinggi dibandingkan menara, bukan?

Di video review Cinder yang aku unggah di channel-ku sebelumnya, kalian bisa lihat bagaimana aku antusias sekali saat membahas kapten Thorne. Padahal saat itu bagian Thorne masih sedikit dibandingkan dengan di novel Cress (The Lunar Chronicles #3)

Dan saat aku membaca novel Cress (The Lunar Chronicles #3) yang notabene fokus pada kisah Thorne dan Cress, tentu saja aku sangat terhibur. Ada beberapa hal yang menurutku membuat novel Cress (The Lunar Chronicles #3) unggul dibandingkan dua novel sebelumnya, yang pertama : perjalanan Cress dan Thorne yang tersesat di gurun pasir sehingga menyebabkan Thorne buta untuk sementara layak dijadikan bagian paling seru, dimana perjalanan bertahan hidup keduanya ini sangat detail diceritakan dan memberi banyak informasi tentang kehidupan di gurun yang jarang diketahui. 

Yang kedua, selain penjabaran kejadian yang detail, gaya penceritaan penulis yang berusaha membuat Cress menggambarkan situasi untuk Thorne layak diacungi jempol. Rasanya natural, narasinya mengalir dan tidak dibuat-buat.

Terakhir, meskipun novel Cress (The Lunar Chronicles #3) sangat menegangkan ; mulai dari perjalanan mereka sampai perkelahian sengit dengan para ahli sihir, dari awal sampai akhir tidak ada yang membuat aku bosan dengan novel ini. Itu karena penulis pintar sekali menyelipkan komedi disetiap kejadiannya. Mulai dari istilah-istilah sampai pemikiran Thorne yang kadang nyeleneh sampai Cress yang kelewat polos sehingga membuat Thorne acapkali gemas sendiri.

Ah... Thorne dan Cress ini duet maut pokoknya. Aku suka sekali dengan pasangan yang satu ini! Cress yang percaya akan adanya cinta pada pandangan pertama dan kisah bahagia di akhir cerita, bertemu dengan Thorne yang tidak memikirkan itu semua ; cuek dan terkesan tidak mempercayai. Tak jarang Thorne harus memberi penjelasan pada Cress tentang siapa dirinya dan menyuruh Cress untuk memikirkan kembali jika ingin menyukainya.

Sadar atau tidak, entah kenapa disetiap ucapan Thorne aku merasa penulis juga sedang berusaha menunjukkan isi hati Thorne. Thorne yang sebenarnya selalu menutupi masalah dengan sikap petakilan dan narsisnya, sampai Thorne yang juga sebenarnya sedang menyukai Cress. Tapi hanya samar dan tidak dijelaskan secara gamblang pada Cress. Yang hasilnya membuat Cress sering salah paham dan merasa sedih. Yaaah~

Tapi meskipun begitu pada akhirnya mereka selalu kembali bersama. Entah itu karena misi yang mengharuskan mereka bersama maupun keinginan dari diri masing-masing. Bicara tentang misi, selepas mereka semua bertemu ; Cinder, Kai, Iko, Wolf, dokter Erland, Cress dan Thorne juga salah satu pengawal Levana yang memihak mereka, mereka mulai menjalankan misi untuk menyabotase rencana Levana. 

Rencana demi rencana mulai diwujudkan demi meraih kemenangan selalu membuat berhasil menahan nafas. Aku sampai baca beberapa kali untuk mendapatkan bayangan yang jelas karena ini terlalu menegangkan. Penyelundupan, sabotase, sihir dan strategi dicampur jadi satu. 

Dan karena ini adalah novel ketiganya, banyak fakta dan rahasia-rahasia yang sebelumnya masih jadi pertanyaan perlahan-lahan terkuak dalam Cress (The Lunar Chronicles #3) ini. Daaaan yang paling membuatku exited adalah, mereka hampir dekat dengan Levana. Yang artinya semakin dekat juga dengan akhir. Selain itu di novel Cress (The Lunar Chronicles #3) juga asal-usul Cress dan rahasia yang terjadi dibalik vaksin leutomosis terbongkar. Mulai dari awal mula adanya wabah sampai vaksin yang detail kejadiannya masih dirahasiakan di novel sebelumnya. 

Kesimpulannya, selain pelengkap dari novel Cinder dan Scarlet, novel Cress (The Lunar Chronicles #3) juga terbilang lebih unggul dari segi cerita. 5 bintang dari 5 untuk novel Cress.

Sampai jumpa di review novel penutup series ini : Winter.

Terima kasih sudah berkunjung \>w</


Continue reading [BOOK REVIEW] The Lunar Chronicles #3 : Cress || Perang akan segera dimulai!

Minggu, 06 September 2020

A Letter


Untuk aku di masa lalu.

Hai, apa kabar? 

Sekarang aku sudah beberapa tahun lebih tua darimu. Sedikit lebih banyak pula yang telah aku lalui. 

Sedikit berpesan, jangan terlalu banyak memendam. Sebab sekarang aku menyesali karena tidak bisa mengutarakannya saat itu.

Kamu tahu? saat dewasa semua kesalahan atau rasa malu terhadap teman akan terasa seperti angin lalu. Karena semakin dewasa seseorang, dia akan menganggap masa lalu hanya sebuah kenangan. 

Bisa saja yang kamu yakini buruk, ternyata membawa baik. Seperti saat itu, saat kamu memilih untuk mengutarakan perasaanmu padanya. Meski pada nyatanya, dia tidak menerimamu.

Namun sayangnya, kamu tidak mengutarakan hatimu luka. Sehingga sampai sekarang dia menganggapmu sahabat terbaiknya. 

Membuatmu menyaksikan jalan hidupnya yang entah kapan akan menemukan pendamping. Membiarkanmu melihat semua perjalanan dan ceritanya dengan orang lain. Lalu kemudian memaksamu mengangguk saat dirinya bertanya 'apa kamu tidak apa-apa?'

Dan... membiarkanmu tertawa palsu.

Untuk aku yang sekarang masih diliputi rasa penasaran, aku di sini sekarang tengah diliputi rasa cemas ; memilih untuk datang ke perayaannya atau tidak.

Tapi sekarang aku bahagia untuknya. Kamu juga harus, ya.

Karena tidak ada yang salah dengan mencintai selagi di waktu yang tepat tahu cara merelakan. 


Continue reading A Letter

Selasa, 25 Agustus 2020

Jumat, 14 Agustus 2020

, ,

[BOOK REVIEW] You Are the Apple of My Eye by Giddens Ko || “Aku suka pada diriku yang menyukaimu saat itu hingga sekarang.”

 


Judul : You are The Apple of My Eye
Penulis : Giddens Ko Genre : Drama, Romance.
Tebal : 350 halaman
Kategori : Novel semi-biografi, Novel remaja.
Harga : Rp. 63.000



“Aku suka pada diriku yang menyukaimu saat itu hingga sekarang.”


SINOPSIS

Kau sangat kekanak-kanakan - Shen Jiayi

Sedikit pun kau tidak berubah, nenek yang keras kepala - Ke Jingteng


Semua berawal saat Ke Jingteng, seorang siswa pembuat onar, dipindahkan untuk duduk di depan Shen Jiayi, supaya gadis murid teladan itu bisa mengawasinya. Ke Jingteng merasa Shen Jiayi sangat membosankan seperti ibu-ibu, juga menyebalkan. Apalagi, gadis itu selalu suka menusuk punggungnya saat ia ingin tidur di kelas dengan pulpen hingga baju seragamnya jadi penuh bercak tinta. Namun, Ke Jingteng menyadari, kalau Shen Jiayi adalah seorang gadis yang sangat spesial untuknya. 


Karena masa mudaku, semua adalah tentangmu...



A/N

Hai readers, senang sekali akhirnya aku bisa menulis review novel lagi setelah satu bulan lebih tidak membuka blog karena kesibukan kuliah online ini, euh! Ah iya, sebelum review lebih jauh aku mau kasih tahu kalian kalau sekarang, aku sangat-sangat antusias membahas novel ini. Kenapa? 

Karena You are The Apple of My Eye adalah novel kesukaanku sepanjang masa! yang kemudian disusul oleh The Lunar Chronicles series tentunya, hahaha. 

Jadi, ada beberapa tahapan yang aku jalani sebelum akhirnya tuntas membaca novel You are The Apple of My Eye. Yang pertama, aku tahu kabar novel You are The Apple of My Eye dari google karena saat itu filmnya sedang digarap. Karena penasaran akhirnya aku pun mencari lebih jauh tentang You are The Apple of My Eye. Dan ternyata... ada novelnya! 

Ya, begitulah. Aku selalu antusias dengan novel ketimbang filmnya. Biasanya.

Tapi waktu itu aku masih sekolah, dan harga novel tentunya tidak murah untukku waktu itu yang uang tabungannya hanya cukup untuk beli pulsa saja. Jadi, singkat cerita aku memilih alternatif lain ; download film-nya.

Aku tidak menyesal, sungguh. Filmnya bagus, apalagi tema yang diangkat adalah kisah favoritku, love story. Tapi aku tidak akan review filmnya di sini, jadi aku cuma mau bilang kalau setelah menonton film-nya, aku langsung membayangkan pasti novelnya jauuuuh lebih bagus.

Dan pada akhirnya, aku membeli novel ini di tahun 2019. Tentunya bukan perjalanan yang singkat.



REVIEW

You Are the Apple of My Eye adalah novel Mandarin karangan Giddens Ko, yang pertama kali diterjemahkan ke bahasa Indonesia oleh Penerbit Haru pada tahun 2014. Novel You are The Apple of My Eye menceritakan tentang laki-laki bernama Ke Jingteng yang menyukai gadis teladan di kelasnya bernama Shen Jiayi. 

You Are the Apple of My Eye adalah novel semi-biografi yang berkonsentrasi pada pengalaman cinta dan persahabatan Ke Jingteng sebagai peran utama. Sudut pandang yang digunakan dalam novel You are The Apple of My Eye adalah sudut pandang orang pertama, sehingga penyampaian narasi dan deskripsi yang disuguhkan terasa sangat nyata dan mudah dibayangkan.

Berbeda dengan film, You are The Apple of My Eye versi novel lebih kompleks dan rasanya lebih mendalam menurutku. Mungkin karena di film banyak sekali kisah yang dipotong bahkan dihilangkan, jadi saat membaca novel You are The Apple of My Eye terasa sekali perbedaannya. Sangat-sangat banyak, saking banyaknya aku sampai merasa membaca kisah baru.

Di novel You are The Apple of My Eye semuanya diceritakan secara runtut, begitu juga dengan kisah Ke Jingteng dengan Li Xiaohua yang saat itu terjalin sebelum hubungan Ke Jingteng bersama dengan Shen Jiayi. Selain kisah cinta, novel ini juga menyuguhkan cerita persahabatan yang sangat seru dan kocak tentunya.

Ada pun teman-teman Ke Jingteng yang aku ingat diantaranya ; Tsao Kuo Sheng,  Liao Ying Hung, Xu Bochun, dan Hu Chia Wei. Diantara semuanya, kalau tidak salah ingat nama, hanya Xu Bochun yang tidak mengejar Shen Jiayi dan menjadi saingan Ke Jingteng. Maka dari itu Ke Jingteng lebih dekat dengan Xu Bochun ketimbang dengan yang lain. 

Yoko punya Bibi Lung, aku punya Shen Jiayi. Yoko punya Dragon Flower, aku punya xiaoerduo. Yoko punya elang, aku punya Xu Bochun. Semua ini memang sudah ditakdirkan! 

Penceritaan karakter sampingan seperti sahabat-sahabat Ke Jingteng yang diceritakan secara detail mampu memberi nilai tambah untuk novel You are The Apple of My Eye. Bayangkan, penulis berhasil membuat semua karakter yang ada di novel You are The Apple of My Eye terasa sangat-sangat hidup!

Banyak sekali tingkah mereka yang membuat aku susah lupa dengan novel You are The Apple of My Eye, selain karena kisahnya yang menarik untuk diikuti, cara penulis mengemasnya juga tidak kalah bagus. Mulai dari gaya bahasa yang dekat dengan pembaca, penjabaran yang jelas dan pemikiran-pemikiran yang keren juga disisipkan di novel You are The Apple of My Eye

Selama membaca novel You are The Apple of My Eye, sering kali aku menandai kata-kata atau pemikiran-pemikiran Ke Jingteng yang 'selalu benar' , kritis dan penuh semangat. Seakan yang diucapkannya adalah perwakilan dari perasaanku saat di usia-usia mereka. Semua terasa benar dan apa adanya. Intinya penulis pandai sekali mengolah kata-katanya. AKU SUKAAA!

Secara teknis menulis, Giddens Ko memang tidak usah diragukan lagi. Maka dari itu, aku akan lebih banyak membahas tentang perasaanku saja saat membaca novel You are The Apple of My Eye ya, haha. Fyi, aku sering tertawa karena tingkah mereka yang aneh-aneh untuk mencuri perhatian Shen Jiayi. Banyak tingkah, banyak cara dan banyak kekonyolan. Ada yang menggunakan puisi, cara bicara yang intelek, sampai secara terang-terangan tanpa strategi. Tapi kurasa, dari mereka semua cara yang paling ampuh adalah caranya Ke Jingteng. 

Menurutku bukan karena dia tokoh utama, tapi karena Ke Jingteng berbeda. Disaat semua berlomba membuat Shen Jiayi terkesan, Ke Jingteng justru membuat Shen Jiayi merasa tertantang dan acapkali merasa kesal dengan tingkahnya. Ke Jingteng sadar, Shen Jiayi akan merasa risih jika didekati dengan cara seperti memberi surat atau pun bunga, karena Shen Jiayi adalah gadis pintar dewasa yang menyukai tantangan. Maka dari itu dirinya seolah mencari mati dengan mengajak Shen Jiayi bersaing dengannya dalam beberapa mata pelajaran.

Dari novel You are The Apple of My Eye aku mengakui sekaligus baru menemukan kebenaran istilah 'pacaran untuk penyemangat belajar.' 

Meski awalnya Ke Jingteng merasa terganggu dengan paksaan belajar dari Shen Jiayi, tapi akhirnya Ke Jingteng menyadari bahwa dirinya sebenarnya bisa jika ada kemauan. 

Begitu juga kita, readers :) 

Apalagi saat dirinya mulai dekat dengan Li Xiaohua yang selalu menanyakan soal-soal sulit, semangat belajar Ke Jingteng semakin bertambah karena merasa malu jika tidak bisa menjawab.

Tapi entah kenapa aku merasa hubungan mereka berat sebelah jika dibandingkan dengan Shen Jiayi. Ibaratnya jika dengan Shen Jiayi, Ke Jingteng tidak hanya memberi tapi juga diberi. Saling menguntungkan sekaligus saling bersaing. Sampai pada akhirnya belajar seakan menjadi kebutuhan pokok keduanya untuk bisa melengkapi satu sama lain.

Ke Jingteng adalah pengamat yang baik, hati-hati sekaligus romantis. Selain belajar, Ke Jingteng juga punya cara lain yang tak kalah ampuh, salah satunya menemani Shen Jiayi yang selalu memilih tinggal di sekolah sampai malam hari untuk belajar. 

“Pulang bersama”, entah muncul di kehidupan mana pun, kedua kata ini memiliki arti yang romantis. “Bersama” mewakili hal  yang tidak bisa dilakukan sendiri, “pulang” berarti kembali ke kehangatan.

Manis, sederhana, polos dan membuat susah lupa. Itulah kisah dalam novel You are The Apple of My Eye.

Mengingat novel You Are the Apple of My Eye ini memiliki alur maju-mundur, jadi selain kisah remaja mereka, penulis juga acapkali menceritakan tentang Ke Jingteng di masa kini. Mulai dari kisahnya yang menulis ceritanya bersama Shen Jiayi, sampai menyampaikan perasaan yang selama ini selalu untuk Shen Jiayi.

Delapan tahun menyukai membuat kami memiliki hubungan yang dalam.
Mungkin tidak sedekat pasangan, tetapi lebih dekat dari seorang teman.
Itu adalah belenggu. 

Semakin menuju bab akhir, konflik mulai berdatangan. Salah satunya mereka yang harus menjalani hubungan jarak jauh karena beda Universitas dan komunikasi yang kadang terkendala. Tidak sering bertemu dan membagi kisah membuat keduanya lebih mudah mengalami salah paham satu sama lain, sebelum akhirnya mereka harus mengambil keputusan besar.

Bisa dibilang, aku hanya pembaca. Tapi saat membaca bagaimana kisah mereka yang putus nyambung, perasaan Shen Jiayi yang tidak tersampaikan dengan benar, dan Ke Jingteng yang ragu-ragu membuat aku kesal sekaligus ikut patah hati. Pesannya tersampaikan dengan sangat baik.

Kurasa aku sudah jatuh cinta dengan novel You are The Apple of My Eye sampai ikut tertawa dan menangis bersama para tokoh :)

Meskipun pada akhirnya cinta itu tidak membuahkan hasil, tetapi selama pernah berkembang, warnanya tetap cerah. 

Dan untuk kekurangan, aku hanya merasa terganggu dengan beberapa hal kecil yang menurutku lebih pada pendapat pribadi. Seperti yang sudah aku bilang di atas, aku sudah lebih dulu menonton versi film, jadi saat aku membaca You are The Apple of My Eye versi novel aku terkadang membayangkan aktor dan artis di dalam film, membuaku merasa sedang membaca fan-fiction. 

Jujur, biasanya aku paling tidak suka membaca cerita yang sudah divisualisasikan oleh orang lain sebelumnya, karena aku lebih suka menggunakan visual yang aku bayangkan sendiri ketimbang ditentukan. Tapi karena terlanjur suka, jadi aku mencoba untuk menikmatinya.

Oh iya, ada satu lagi. Aku kurang suka dengan kenyataan bahwa Shen Jiayi juga dibuat pernah menjalin hubungan dengan sahabat-sahabat Ke Jingteng yang lain. Rasanya sedikit tidak rela saja :P

Akhir kata, terima kasih untuk penulis juga Penerbit Haru dan tim yang sudah mengemas novel You are The Apple of My Eye dengan sangat apik.


Meski kurasa tidak mungkin, tapi aku berharap bisa membaca sudut pandang Shen Jiayi.


Sampai jumpa...



 


Continue reading [BOOK REVIEW] You Are the Apple of My Eye by Giddens Ko || “Aku suka pada diriku yang menyukaimu saat itu hingga sekarang.”

Jumat, 26 Juni 2020

[Menuju tuntas] 236/343 You are The Apple of My Eye


"Ada yang berkata hal yang paling indah saat menjalin cinta dengan saat sedang berada di tahap ambigu : ketika saling memperhatikan satu sama lain, mencoba memahami perasaan yang diutarakan oleh pasangan dengan hati-hati, dan takut memberikan respon yang salah. Setiap tindakan kecil seakan memiliki arti, juga mulai diberi arti."

- You are The Apple of My Eye - 236

Malam ini aku senang sekali karena bisa membaca buku ini. Meski sudah menonton filmnya, aku rasa novelnya lebih manis. Aku serius.

Tidak perlu membayangkan seseorang agar bisa hanyut kedalam kata-kata. Cukup membaca dan masuk kedalamnya. Itu juga yang sedang aku rasakan. 

Akhir-akhir ini aku sedang suka C-lit. Mulai dari drama sampai novel, aku selalu memilih China. Entah kenapa, karya mereka selalu menarik perhatian. Mungkin karena mereka selalu memperhatikan detail kecil yang jarang literatur sana lihat.

Detail kecil yang manis.

Atau mungkin, keinginan manis yang terselip di C-lit.
Continue reading [Menuju tuntas] 236/343 You are The Apple of My Eye

Minggu, 14 Juni 2020

Kisah yang kamu tawarkan

Jika ingin mengulang, apa boleh?
Merajut kisah yang sudah aku tahu penyelesaiannya, apa boleh?
Aku, ingin kita mengulang tanpa harus menghilang
Seperti sesuatu yang tidak mungkin untuk ku ulang, menyukaimu lagi. 

Namun tidak terucap, aku biarkan saja terbawa arus hening sampai hilang tertelan malam.
Benar, setelah malam, kini siang memuntahkan terang yang membuatku jelas berpikir, ternyata aku salah paham. Yang ingin aku ulang adalah perasaan riang yang pada nyatanya hanya aku ciptakan sendiri. Tidak peduli kamu tahu, pikir kita sama atau tidak, atau mungkin rasa kita singkron atau tidak. Mungkin seharusnya aku bilang... mengulang waktu saat aku bersamamu. 

Saat kita mentertawakan hal-hal remeh yang tak lucu, kita saling mendiamkan diri masing-masing karena mempermalahkan petunjuk peta yang tak jelas, saat kamu ingin tidur tapi aku ingin berbincang, saat aku marah karena kamu memberi jawaban yang salah, saat kamu kesal karena aku jahili, atau mungkin saat kamu sembunyi-sembunyi menjemputku hanya untuk bertemu. 

Rindu yang kumaksud adalah tawa yang aku tularkan padamu. Kisah yang kamu tawarkan padaku untuk kita rajut. Dan dari beberapa kisah yang terjadi, yang terukir dalam catatan semesta dan kita jalani suka rela, aku hanya ingin kamu tahu bahwa tidak ada satu hari pun yang aku sesali.

Dan jika memang hari ini kamu sudah merangkainya dengan yang lain, aku akan merayakannya lebih dari siapapun. Akan aku sambut dengan meriah melebihi siapapun, aku akan menjadi orang pertama yang memberi selamat lebih dulu, lalu kemudian aku kembali menarik diri tanpa dengar hingar bingar suaranya. Merayakan kesendirian.
Continue reading Kisah yang kamu tawarkan

Jumat, 12 Juni 2020

,

[Book Review] When the Star Falls by Andry Setiawan || Bintang terjatuh karena ia mengejar orang yang dicintainya.

    

Judul : When the Star Falls
Penulis : Andry Setiawan
Penerbit : Penerbit Haru
Halaman : 204
Terbit : Oktober 2015


"Aku rasa, aku bisa bertahan untuk mendengarkan kelanjutan kisahku."

Hal. 48



Blurb

Tahu tidak, bintang itu cahaya masa lalu?
Bintang itu, adalah orang yang mati yang meninggalkan seseorang yang ia cintai di bumi.

Lynn, boleh kan aku mengingatkanmu sekali lagi tentang kita?
Tentang bagaimana kita bertemu.
Juga tentang bagaimana kita bertengkar dan berbaikan.
Lalu tentang ciuman pertama kita, dan juga tentang perjalanan kita selama ini.

Aku hanya berharap, besok kau tidak melupakannya lagi.
Karena itu, aku tulis semuanya di buku ini.
Agar saat kau lupa, kau bisa membukanya lagi dan membacanya.
Tentang kita.

Sampai salah satu dari kita menjadi bintang.
Sampai bintang itu jatuh dan menjemput salah satunya.

Bintang terjatuh karena ia mengejar orang yang dicintainya, yang sudah menyusul dirinya.


Sinopsis

Novel When the Star Falls menceritakan tentang Sam, laki-laki berumur 21 tahun yang tinggal di Jawa Timur. Sam diceritakan sebagai pemuda yang selalu mengasihani diri sendiri dan senang berada dalam keraguan. Selain itu Sam juga mempunyai pacar bernama Lynn yang menderita tumor otak. Setelah menjalani operasi, Lynn terbangun dalam kondisi lupa ingatan sebagian atau selective amnesia. Dan salah satu yang dilupakan oleh Lynn adalah Sam dan kenangan bersamanya. Namun meskipun begitu Sam tidak menyerah untuk membantu Lynn dalam mengingat semuanya. Sam menceritakan semua yang terjadi selama ini kepada Lynn dengan suka rela. Semua usaha Sam berhasil, karena Lynn jatuh cinta kembali kepada Sam.


Review

Sebelumnya aku mau teriak dulu : Aaaaaakk!

Lalu memperingatkan kalian bahwa : Novel ini mengandung bombay!!! 

Sedikit cerita, awalnya aku tidak tahu novel When the Star Falls sama sekali dan sekalinya tahu pun tidak dari siapa-siapa. Aku murni menemukannya sendiri di toko buku online penerbit Haru. Dan aku beruntung. 

Aku menulis review When the Star Falls dengan cepat. Serius, aku tidak ingin rasa ini terlanjur hilang. Rasanya... melekat erat. Aku suka novel  When the Star Falls, dan sebelumnya aku sudah bilang di postingan menuju tuntas When the Star Falls alasannya.

Aku tertarik beli When the Star Falls karena kata-kata di bagian blurb-nya manis dan soft, sekaligus sedih. Banyak sekali harapan disetiap kalimat-kalimat manis yang ditulis. Seperti paradoks. Bagaimana mengemas ungkapan-ungkapan menyedihkan menjadi untaian kata yang indah adalah salah satu keunggulan novel When the Star Falls.

Novel When the Star Falls ini ringan, mudah dipahami oleh siapa saja dan tentunya romantis disini cukup aman.

Aman?

Iya, aman. Novel When the Star Falls memperlihatkan bahwa berbagi kasih sayang tidak melulu dengan menunjukkan kemesraan. Jadi, buat kalian yang mungkin belum boleh cinta-cintaan bisa membaca When the Star Falls dengan tenang. Tapi tolong sediakan tissue.

Novel When the Star Falls mengambil sudut pandang pertama, yaitu Sam. Sejauh aku membaca novel When the Star Falls, jujur aku kurang suka dengan sikap Sam. Hem... bukan karena membencinya atau dia yang punya peran antogonis, bukan! Melainkan karena sikapnya yang selalu mengasihani diri sendiri. 

Kalau menonton film dengan tokoh pria seperti ini sih aku pernah, tapi kalau untuk membaca, ini yang pertama kali. Dan yah, membaca lebih gereget tentunya. Semakin aku masuk ke dalam ceritanya, aku semakin gemas dan ingin menyadarkan Sam bahwa yang selama ini dirinya pikirkan itu terlalu berlebihan. Sebenarnya kamu yang membuat semua kesedihan kamu sendiri, karena pada nyatanya Lynn baik-baik saja. Kurang lebih itu yang akan aku katakan jika bertemu dengan Sam.

Oke, aku mulai merasa seperti Billy sekarang.

Oh iya, Lynn. Semangat dan sikapnya yang ceria ternyata bisa membuat aku senyum-senyum sendiri saat membaca tingkahnya. Dan aku merasa semua ini tidak adil karena kamu harus mengalami semua ini. 

Untuk Leon, tolong berhenti membuat Sam menjadi menyalahkan dirinya. Kamu tidak akan menjadi keren dengan cara seperti itu :P

Argh banyak yang ingin aku proteskan, kenapa semua harus terjadi pada Lynn? Kenapa Sam harus begitu? Nanti kalau Lynn diambil Billy gimana?

Sedih.

Tapi tolong jangan berpikiran negatif dulu. Protesku itu karena aku terlanjur menyukai mereka dan ingin mereka bahagia. Hahaha!

Secara menyeluruh, novel When the Star Falls bagus karena soft dan menyentuh, maka dari itu aku rekomendasikan novel When the Star Falls buat kalian yang suka dengan novel sick-lit yang ringan. Gaya penulis dalam When the Star Falls pun tidak buat alisku mengerut aneh apalagi sampai membuat tidak jadi untuk baca sampai akhir, aku suka gaya penulisannya. Apalagi dengan gaya menulis yang seakan-akan menjadikan pembaca itu Lynn, berhasil membuat karakternya terasa begitu hidup. 

Tidak ada konflik yang dahsyat apalagi membuat gereget sampai mau gigit novelnya di sini, hanya ada konflik ringan antara Sam dan teman-temannya dan tentu saja konflik batin Sam dengan dirinya sendiri. 

Sebenarnya, entah kenapa saat aku membaca When the Star Falls, aku malah merasa sedang menonton anime Shigatsu wa kimi no uso. Apalagi Sam yang menurutku mirip dengan Arima Kousei hahaha. Tapi Sam tetaplah Sam. Itu hanya ungkapanku tentang apa yang aku bayangkan untuk cast Sam. 

Oh iya, untuk ending, terima kasih karena sudah menusuk hatiku dengan begitu dalamnya. Aku sampai harus membuka halaman-halaman sebelumnya untuk memastikan apa yang sebenarnya terjadi. Yah meski aku sedikit curiga di bab satu sebelum tamat, tapi aku tidak menyangka bahwa endingnya dibuat tidak biasa. Dan aku rasa buku ini bukan tentang sudut pandang Sam saja, melainkan juga sudut pandang Billy.

Namun ada kekurangan yang ingin aku sampaikan di sini. Tentang aku yang tidak bisa masuk ke dalam dunia mereka. Maksudku, aku tidak mendapat penjabaran detail tentang tempat dan beberapa teman Sam. Contoh, Sam hanya menceritakan tentang tempat ini, tempat itu, tanpa memberi tahu kondisinya seperti apa. Dan meskipun ada itu sangat sedikit menurutku. Jadi aku sedikit kesulitan untuk masuk ke dalam tempat yang sedang di ceritakan dan aku merasa seperti diposisikan sebagai pembaca saja.

Aku harap kalian tahu maksudku.

Untuk tokoh, aku merasa Dani dan Evi hanya sebagai perantara untuk berjalannya kisah Sam dan Lynn saja. Mereka tidak punya porsi mereka sendiri di When the Star Falls. Bahkan, di cerita masa kecilnya pun mereka tidak banyak diceritakan. Keberadaanya seperti sedikit dipaksakan menurutku. 

Tapi secara menyeluruh novel When the Star Falls ini bagus. Aku paling suka dengan kata-kata yang sudah membahas bintang, dan juga kata-kata yang ada disetiap awal bab.

4/5 untuk When the Star Falls.

Semangat terus untuk penulis, semangat juga untuk penerbit Haru.




Continue reading [Book Review] When the Star Falls by Andry Setiawan || Bintang terjatuh karena ia mengejar orang yang dicintainya.

Rabu, 03 Juni 2020

,

[Menuju tuntas] 174/204 When the Star Falls by Andry Setiawan - Bintang itu cahaya masa lalu



Selama ini aku selalu menganggap bintang adalah hal yang paling romantis. Entah itu karena melihatnya dengan siapa, ada cerita apa dibalik terangnya atau harapan-harapan apa saja yang diucapkan saat melihatnya melintas. Semua terlalu indah untuk dilupakan.

Di buku ini, 'bintang' banyak melintas. Dan aku selalu menyukai tiap kata-kata dan opini yang ada di dalamnya. Kata-katanya baku tapi sederhana dan menyentuh, suka sekali! Aku belum baca sampai selesai, tapi kurasa nanti malam atau sore aku bisa menyelesaikannya. Sedikit bocoran, aku gemas sekali dengan Sam. Tapi tidak mau membahasnya di sini.

Mari kita bahas nanti di review novel ini. 

Jaga-jaga kalian lupa kalau aku akan membahasnya dalam waktu dekat, kalian bisa masukan email kalian di form orange di bagian bawah blog ini untuk dapat notifikasi.

Tentu saja, kalau kalian mau. Aku tidak memaksa. Tapi aku akan sangat senang jika kalian memilih untuk mengisinya XD

Sampai nanti.


Continue reading [Menuju tuntas] 174/204 When the Star Falls by Andry Setiawan - Bintang itu cahaya masa lalu