Tampilkan postingan dengan label Book Review. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Book Review. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 15 Februari 2020

, , , ,

[Book Review] The Lunar Chronicles #1: Cinder by Marissa Meyer


Judul : Cinder
Penulis : Marissa Meyer
Penerbit : SPRING
Tebal : 384 halaman
Genre : Young Adult , Fantasy , Sci-fi
Harga Resmi : 79.000


SINOPSIS
Cinder adalah karya pertama Marissa Meyer dalam The Lunar Chronicles yang merupakan re-telling dari kisah Cinderella. Novel ini diterjemahkan pertama kali oleh Penerbit Spring pada januari tahun 2016. Novel ini menceritakan tentang Linh Cinder yang merupakan seorang mekanik di Persemakmuran Timur, New Beijing pada tahun 126 setelah perang dunia empat berakhir (dunia karangan penulis).

Cinder yang tinggal bersama Ibu tirinya, Adri dan juga kedua saudara tirinya Peony dan Pearl acapkali membuat Cinder merasa tersiksa dan ingin lari. Namun meskipun begitu dalam novel Cinder ini, salah satu saudara tirinya –Peony justru menyukai Cinder. Selain itu, Cinder memiliki sahabat berbentuk android yang bernama Iko. Iko selalu berada di sisi Cinder dan memiliki emosi layaknya manusia. Adapun hal yang membuat Cinder menjadi istimewa sekaligus berbeda dari yang lain, yaitu fakta bahwa dirinya adalah seorang cyborg yang mana manusia dengan beberapa bagian tubuh robot.

Hingga pada saat itu bumi diserang penyakit mematikan bernama Leutomosis. Wabah ini banyak memakan korban jiwa diseluruh penjuru bumi tak terkecuali Peony. Melihat keadaan yang semakin parah akhirnya Cinder tidak bisa tinggal diam, dirinya nekat untuk menemui peony yang sudah dikarantina secara diam-diam, yang karena itu juga menyebabkan dirinya tertangkap dan dijadikan kelinci percobaan. Disanalah dirinya bertemu dengan Dr. Erland yang nantinya akan mengantarkan Cinder pada fakta yang sebenarnya. Namun kerumitan yang terjadi pada Cinder bukan itu saja, karena dirinya yang seharusnya berbahagia dengan Pangeran Kaito, justru malah harus dihadapkan dengan banyak masalah terkait pernikahan pangeran Kaito dengan Ratu Levana –ratu bulan yang ingin menguasai bumi.





Review

Sebelum mengetahui bahwa novel ini adalah re-telling dari kisah Cinderella, aku kira novel ini adalah kisah Cinderella versi novel yang mana seratus persen isinya sama –Cinderella tinggal bersama Ibu dan saudara tirinya yang jahat, lalu setelah datang ke pesta dansa dan bertemu pangeran dirinya berakhir dengan hidup bahagia selamanya.

Tapi ternyata aku salah! Di novel ini bahkan tidak ada kisah cinta yang begitu gamblang, semuanya tampak samar-samar dan sangat sedikit. Meskipun retelling, yang berarti menceritakan kembali, tapi novel ini tetap istimewa karena hanya latar belakangnya saja yang sama, selebihnya jauh berbeda. Karena Marissa Meyer menambahkan unsur politik, fiksi ilmiah dan dunia futuristik yang jauh berbeda dengan dongeng. Dan yang lebih mencengangkannya lagi adalah bahwa Cinder adalah seorang Cyborg! Dimana dirinya dikucilkan karena bagian tubuh yang sebagian adalah robot.

Baca juga : [BOOK REVIEW] The Lunar Chronicles #2: Scarlet by Marissa Meyer

Tokoh dengan karakter yang berbeda dari aslinya pun memberi kesan baru pada novel yang notabene retelling dari kisah Cinderella ini. Dan aku sangat sangat sangat suka! Tokoh yang kita tahu lemah lembut di diri Cinderella berubah menjadi tokoh yang kuat dan penuh ide cemerlang. Setting tempat dan alur yang berbeda serta penjabaran situasi yang mampu membuatku pergi menuju dunia baru dan asing ini sangat menyenangkan. Penulis berhasil membuatku penasaran dan ingin cepat-cepat baca halaman selanjutnya.

Selain Cinder, tokoh tambahan lainnya seperti Dr. Erland, Iko dan kapten Thorne juga ikut andil cukup banyak. Untuk aku yang mengharapkan setidaknya ada sedikit kisah romantis antara Cinder dan pangeran Kaito, justru harus sedikit menerima kenyataan bahwa porsi pangeran Kaito disini tidak terlalu banyak.

Aku justru teralihkan dan bahkan sempat melupakan pangeran Kaito karena keberadaan kapten Thorne dan Dr. Erland. Diam-diam aku juga berpikir bahwa Cinder yang sedikit pemarah dan tidak senang berbasa-basi ini justru cocok dengan kapten Thorne yang jenaka dan cerdas. Tapi pikiranku yang seperti itu berubah ketika membaca buku kedua dari series ini –Scarlet.

Dr. Erland adalah ilmuan kerajaan bertubuh kecil dan pendek yang penuh misteri. Aku sempat dibuat bingung dengan karakternya yang tidak terbuka dan tidak terlihat memihak pihak mana sebelum aku membaca ending.

Ada juga si android manis yang setia kawan milik Cinder bernama Iko. Tingkahnya yang manis dan unik membuat karakter Iko seperti anak kecil yang selalu mengkhawatirkan Cinder yang bertingkah nekat dan terlalu pemberani.

Tapi, ada juga yang membuatku sedikit kecewa dari novel ini. Aku sedikit kecewa dengan pangeran Kaito yang seperti tidak punya pendirian dan terlalu percaya kepada orang lain. Mirip seperti orang yang tidak tahu harus berbuat apa. Sepanjang membaca buku ini, khususnya bagian pangeran Kaito, aku selalu merasa kasihan sekaligus gemas.

Pangeran Kaito harus menanggung beban begitu besar, belum lagi tekanan yang dilayangkan oleh para presiden lain dan juga keresahan masyarakat yang terkena wabah. Bahkan ingin rasanya masuk kedalam buku dan memberi pundak untuk bersandar sebentar. Ups!

Selain itu, karena novel ini lebih banyak membahas wabah Leutomosis dan perlawanan terhadap ratu Levana, aku jadi teringat akan nasib Peony yang menyedihkan. Belum lagi Peony adalah satu-satunya saudara Cinder yang tidak memperlakukannya dengan buruk. Peony dan Cinder memiliki mimpi dan tujuan yang belum sempat tercapai karena keadaan Peony yang tidak memungkinkan. Dan kepergian Peony yang meninggalkan luka dihati Cinder pun bisa ikut aku rasakan.

Namun meskipun banyak kejadian menyedihkan dan menegangkan di novel ini, aku cukup senang karena ada tokoh tambahan lainnya yang menghibur seperti kapten Thorne. Aku yang sebelumnya sedih, tegang dan ikut berpikir keras untuk menyelesaikan masalah bersama Cinder, bisa tertawa begitu saja ketika membaca tingkah laku kapten yang satu ini. Entah itu karena sikap jahilnya, narsis dan kebodohan-kebodohan yang dibuatnya.

Secara menyeluruh aku suka novel ini dan tidak sabar untuk baca buku ketiganya yang berjudul Cress. Aku memberi 4 bintang dari 5. Tidak ada kekecewaan berlebih tentang novel ini. Aku suka dengan cara penulis menyampaikan narasi dan setting tempat yang begitu detail sampai pembaca bisa membayangkan dengan cukup mudah.

Terimakasi sudah mampir. Sampai jumpa di review selanjutnya ya!




Continue reading [Book Review] The Lunar Chronicles #1: Cinder by Marissa Meyer

Senin, 30 Desember 2019

, , ,

[Book Review] : The Way I Use To Be by Amber Smith




Judul : The Way I Used To Be
Penulis : Amber Smith
Penerbit : Spring
Genre : Umum
Tebal : 392 halaman
Periode baca : 27-29 Desember 2019





Rating : 4/5


-Blurb-

          Eden adalah anak yang baik. Masa SMA sama sekali tidak mengubahnya. Namun, malam saat dia diperkosa oleh sahabat kakaknya telah mengubah segalanya. Kehidupan yang tadinya sederhana, menjadi sangat rumit. Apa yang tadinya dia sukai, kini dia benci. Apa yang tadinya dipikir benar, ternyata adalah sebuah kebohongan besar. Tidak ada yang masuk akal lagi. Eden tahu dia harus memberi tahu seseorang, tapi dia tidak bisa. Dia malah mengubur rahasia itu dalam-dalam. Namun saat ada orang yang benar-benar peduli padanya, akankah dia tetap menguburnya?

-Sinopsis-
   
      Eden McCrorey, remaja empat belas tahun yang manis. Dia memiliki keluarga dan sahabat yang menyayanginya. Semuanya baik-baik saja sampai malam mengerikan itu tiba. Ketika semua orang tengah terlelap, sahabat dari kakaknya yang sudah ia kenal sejak kecil itu memasuki kamar Eden diam-diam dan memperkosanya. Naasnya lagi Eden tidak bisa menyuarakan penderitaannya karena ancaman yang diberikan oleh pelaku –Kevin-.


     Setelah itu semuanya berubah, kehidupan normalnya perlahan-lahan menjadi kacau. Eden terlalu pengecut untuk mengungkapkannya kepada orang lain. Alih-alih bicara dirinya justru mencari pelarian dan pembenaran dari apa yang dialaminya.

     Pada tahun kedua di SMA Eden berubah menjadi sosok yang lebih percaya diri dan menarik. Hanya saja tingkahnya yang semakin berani dan kacau membuat Eden semakin jauh dari keluarganya. Bahkan Mara, sahabat Eden, akhirnya menyerah dengan tingkah Eden yang semakin menjadi. 

-Review-
     
     Pertama kali nemu novel ini dan baca blurb-nya, aku langsung membayangkan tokoh utama dan alur cerita yang menyedihkan. Maksudku seperti serial tv bergenre melodrama yang mengangkat tema sama dengan novel ini. Tapi... bayanganku langsung dirubuhkan setelah membaca karakter Eden. Serius, awalnya aku mengira harus menghiburnya, akan tetapi rasanya semua itu tidak perlu dilakukan setelah aku mulai memasuki bab dua. Jadi didalam buku ini terdapat empat bagian yang membagi perjalanan hidup Eden dalam beberapa tingkatan. Ada tahun freshman, sophomore, junior dan senior.

     Di awal bab, aku diajak untuk merasakan menjadi Eden saat itu. Mengenang cinta pertamanya, hari-hari bersama Mara dan temannya yang lain,  juga malam mengerikan itu. Rasanya menyiksa, penulisnya pintar sekali mengaduk-aduk perasaan pembaca dan membuat aku ikut sedih dan gemas disaat bersamaan.
    
     Bagaimana tidak gemas? Tingkah Eden disini menyebalkan sekaligus menyedihkan. Dia merasa semua hal baik didirinya yang melekat dibenak orang lain tidak pantas dirinya terima. Eden selalu menyalahkan dirinya sendiri karena sikap pengecutnya.  Apalagi ketika dirinya tengah dekat dengan kakak kelas populer yang juga disukainya, Joshua.

     Dan aku merasa di bab dua inilah Eden yang baru tercipta. Eden benar-benar berubah drastis, begitu juga Mara yang merupakan sahabat terbaik Eden. Keduanya berubah dari anak cupu yang selalu dipojokkan menjadi gadis cantik yang mengundang banyak perhatian. Selain cantik, kepribadian keduanya juga ikut berubah. Awalnya aku kesal dengan semua tingkah Eden yang terkesan baru mengenal dunia luar. Akan tetapi jika dilihat lagi latar belakangnya, rasa kesalku berubah menjadi kasihan, khawatir, miris dan beberapa perasaan yang hampir mirip dengan itu.

     Aku ingat betul saat Eden mencoba untuk memberitahu kakaknya -Caelin- untuk tetap tinggal bersamanya dan pindah kuliah yang tentu saja langsung ditolak mentah-mentah oleh Caelin. Aku sedih sekali waktu membacanya. Bayangkan, orang yang paling disayanginya lebih memilih pergi dan menganggap permintaannya tidak lebih dari ucapan seorang adik yang merindukan kakaknya.

     Aku tidak tahu harus berkata apalagi, tapi yang dilakukan Eden benar-benar gila! Dia melakukan semua hal yang dianggap buruk oleh orang-orang. Membuat kakaknya yang sangat menyayanginya sedih bahkan menangis, orangtua yang jengkel dan seakan tidak mengenalinya lagi, juga teman-temannya yang dibuat tidak habis pikir oleh sikap Eden. Menurutku Eden hanya berpikir untuk menjadi seseorang yang akan orang lain pikirkan ketika tahu apa yang terjadi malam itu.

     Jujur, andai aku bisa masuk kedalam novel dan bertemu Eden, aku ingin sekali membuatnya berani untuk mengatakan semuanya dan mengajaknya kembali ke jalan yang lurus. Haha! Tapi jika itu terjadi, novel ini akan terasa hambar kan?

     Selain karakter Eden dan tokoh lainnya yang membuat aku gemas sekaligus kasihan, aku juga menyukai cara penulis menyampaikan semuanya dengan sempurna. ‘Show, don’t tell’  penulis memang mengerti akan istilah itu. Aku terhanyut, dan ikut merasakan apa yang masing-masing tokoh rasakan. Hanya saja ada bagian yang kurang aku suka, mungkin bisa dikatakan berbanding terbalik dengan ending yang kubayangkan. Aku merasa ada hal yang seharusnya diperlihatkan kepada pembaca sebelum berakhir. Aku merasa penulis seakan memotong proses yang seharusnya diperlihatkan setelah semuanya sudah terungkap. Hanya hal kecil yang membuat aku hanya memberi empat bintang dari lima bintang.

     Kesimpulannya secara keseluruhan aku suka, sangat suka. Terlebih ini novel pertama yang mengambil tema cukup ‘berani’ yang kubaca. Hanya saja aku merasa kurang dipuaskan oleh ending yang diberikan.

     Sudahkah kalian membaca novel ini? Karena aku rasa aku sangat telat membacanya haha! Bagaimana menurut kalian?

     Terimakasih sudah berkunjung! ^^


Continue reading [Book Review] : The Way I Use To Be by Amber Smith