Senin, 30 Desember 2019

, , ,

[Book Review] : The Way I Use To Be by Amber Smith




Judul : The Way I Used To Be
Penulis : Amber Smith
Penerbit : Spring
Genre : Umum
Tebal : 392 halaman
Periode baca : 27-29 Desember 2019





Rating : 4/5


-Blurb-

          Eden adalah anak yang baik. Masa SMA sama sekali tidak mengubahnya. Namun, malam saat dia diperkosa oleh sahabat kakaknya telah mengubah segalanya. Kehidupan yang tadinya sederhana, menjadi sangat rumit. Apa yang tadinya dia sukai, kini dia benci. Apa yang tadinya dipikir benar, ternyata adalah sebuah kebohongan besar. Tidak ada yang masuk akal lagi. Eden tahu dia harus memberi tahu seseorang, tapi dia tidak bisa. Dia malah mengubur rahasia itu dalam-dalam. Namun saat ada orang yang benar-benar peduli padanya, akankah dia tetap menguburnya?

-Sinopsis-
   
      Eden McCrorey, remaja empat belas tahun yang manis. Dia memiliki keluarga dan sahabat yang menyayanginya. Semuanya baik-baik saja sampai malam mengerikan itu tiba. Ketika semua orang tengah terlelap, sahabat dari kakaknya yang sudah ia kenal sejak kecil itu memasuki kamar Eden diam-diam dan memperkosanya. Naasnya lagi Eden tidak bisa menyuarakan penderitaannya karena ancaman yang diberikan oleh pelaku –Kevin-.


     Setelah itu semuanya berubah, kehidupan normalnya perlahan-lahan menjadi kacau. Eden terlalu pengecut untuk mengungkapkannya kepada orang lain. Alih-alih bicara dirinya justru mencari pelarian dan pembenaran dari apa yang dialaminya.

     Pada tahun kedua di SMA Eden berubah menjadi sosok yang lebih percaya diri dan menarik. Hanya saja tingkahnya yang semakin berani dan kacau membuat Eden semakin jauh dari keluarganya. Bahkan Mara, sahabat Eden, akhirnya menyerah dengan tingkah Eden yang semakin menjadi. 

-Review-
     
     Pertama kali nemu novel ini dan baca blurb-nya, aku langsung membayangkan tokoh utama dan alur cerita yang menyedihkan. Maksudku seperti serial tv bergenre melodrama yang mengangkat tema sama dengan novel ini. Tapi... bayanganku langsung dirubuhkan setelah membaca karakter Eden. Serius, awalnya aku mengira harus menghiburnya, akan tetapi rasanya semua itu tidak perlu dilakukan setelah aku mulai memasuki bab dua. Jadi didalam buku ini terdapat empat bagian yang membagi perjalanan hidup Eden dalam beberapa tingkatan. Ada tahun freshman, sophomore, junior dan senior.

     Di awal bab, aku diajak untuk merasakan menjadi Eden saat itu. Mengenang cinta pertamanya, hari-hari bersama Mara dan temannya yang lain,  juga malam mengerikan itu. Rasanya menyiksa, penulisnya pintar sekali mengaduk-aduk perasaan pembaca dan membuat aku ikut sedih dan gemas disaat bersamaan.
    
     Bagaimana tidak gemas? Tingkah Eden disini menyebalkan sekaligus menyedihkan. Dia merasa semua hal baik didirinya yang melekat dibenak orang lain tidak pantas dirinya terima. Eden selalu menyalahkan dirinya sendiri karena sikap pengecutnya.  Apalagi ketika dirinya tengah dekat dengan kakak kelas populer yang juga disukainya, Joshua.

     Dan aku merasa di bab dua inilah Eden yang baru tercipta. Eden benar-benar berubah drastis, begitu juga Mara yang merupakan sahabat terbaik Eden. Keduanya berubah dari anak cupu yang selalu dipojokkan menjadi gadis cantik yang mengundang banyak perhatian. Selain cantik, kepribadian keduanya juga ikut berubah. Awalnya aku kesal dengan semua tingkah Eden yang terkesan baru mengenal dunia luar. Akan tetapi jika dilihat lagi latar belakangnya, rasa kesalku berubah menjadi kasihan, khawatir, miris dan beberapa perasaan yang hampir mirip dengan itu.

     Aku ingat betul saat Eden mencoba untuk memberitahu kakaknya -Caelin- untuk tetap tinggal bersamanya dan pindah kuliah yang tentu saja langsung ditolak mentah-mentah oleh Caelin. Aku sedih sekali waktu membacanya. Bayangkan, orang yang paling disayanginya lebih memilih pergi dan menganggap permintaannya tidak lebih dari ucapan seorang adik yang merindukan kakaknya.

     Aku tidak tahu harus berkata apalagi, tapi yang dilakukan Eden benar-benar gila! Dia melakukan semua hal yang dianggap buruk oleh orang-orang. Membuat kakaknya yang sangat menyayanginya sedih bahkan menangis, orangtua yang jengkel dan seakan tidak mengenalinya lagi, juga teman-temannya yang dibuat tidak habis pikir oleh sikap Eden. Menurutku Eden hanya berpikir untuk menjadi seseorang yang akan orang lain pikirkan ketika tahu apa yang terjadi malam itu.

     Jujur, andai aku bisa masuk kedalam novel dan bertemu Eden, aku ingin sekali membuatnya berani untuk mengatakan semuanya dan mengajaknya kembali ke jalan yang lurus. Haha! Tapi jika itu terjadi, novel ini akan terasa hambar kan?

     Selain karakter Eden dan tokoh lainnya yang membuat aku gemas sekaligus kasihan, aku juga menyukai cara penulis menyampaikan semuanya dengan sempurna. ‘Show, don’t tell’  penulis memang mengerti akan istilah itu. Aku terhanyut, dan ikut merasakan apa yang masing-masing tokoh rasakan. Hanya saja ada bagian yang kurang aku suka, mungkin bisa dikatakan berbanding terbalik dengan ending yang kubayangkan. Aku merasa ada hal yang seharusnya diperlihatkan kepada pembaca sebelum berakhir. Aku merasa penulis seakan memotong proses yang seharusnya diperlihatkan setelah semuanya sudah terungkap. Hanya hal kecil yang membuat aku hanya memberi empat bintang dari lima bintang.

     Kesimpulannya secara keseluruhan aku suka, sangat suka. Terlebih ini novel pertama yang mengambil tema cukup ‘berani’ yang kubaca. Hanya saja aku merasa kurang dipuaskan oleh ending yang diberikan.

     Sudahkah kalian membaca novel ini? Karena aku rasa aku sangat telat membacanya haha! Bagaimana menurut kalian?

     Terimakasih sudah berkunjung! ^^


3 komentar:

  1. Sad:") Semoga kapan-kapan kalau ada uang lebih buat jemput Eden d toko buku.

    BalasHapus
  2. Novel ini emg bikin kepo dengan cara yang berbeda. Karena dari awal baca selalu bikin penasaran. Ayani

    BalasHapus

Tolong berkomentar yang baik dan sopan ya, readers! juga centang kolom 'Notify me' sebelum publish komentar untuk mendapat notif balasan.
^^