Tampilkan postingan dengan label Fiksi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Fiksi. Tampilkan semua postingan

Jumat, 28 Februari 2020

, , ,

[BOOK REVIEW] Konspirasi Alam Semesta by Fiersa Besari



Judul : Konspirasi Alam Semesta
Penulis : Fiersa Besari
Penerbit : Mediakita
Halaman : 244
IDR : 75.000
Genre : Fiksi Roman



“Namun ‘rasa’ punya jalannya sendiri. Ia tak serta merta hadir untuk diutarakan. Kadang ‘rasa’ hanya untuk dinikmati dalam kesendirian, dengan setumpuk harapan.”


“Mencintaimu, merupakan kejutan terindah yang pernah kehidupan berikan padaku. Dicintaimu, merupakan bingkisan yang lebih indah.”







BLURB

Seperti apakah warna cinta? Apakah merah muda mewakili rekahannya, ataukah kelabu mewakili pecahannya?


SINOPSIS

Konspirasi alam semesta adalah novel tentang perjuangan laki-laki bernama Juang Astrajingga yang lahir pada bulan Desember 1985. Juang jatuh cinta pada gadis bernama Ana Tidae yang pertama kali ditemuinya. Kisah keduanya yang sederhana dan manis membawa mereka pada pertemuan klise membawa cinta.

Selain kisah cintanya yang penuh perjuangan, hidupnya pun penuh tekanan. Dirinya lahir dari keluarga yang di sebut-sebut komunis, dirinya mendapat perlakuan kurang enak dari masyarakat, salah satunya dikucilkan.

Namun pertemuannya dengan Ana membuat Juang melihat satu hal baru yang perlu diperjuangkan. Dirinya yang selalu berkelana ke penjuru negeri kini sudah menemukan tempatnya pulang.


REVIEW.

Romantis. Adalah kata pertama yang aku ungkapkan untuk novel satu ini. Katakanlah aku kudet karena baru mengenal sosok Fiersa besari dari novelnya yang juga baru pertama kali aku baca. Pertama-tama aku ingin mengulas tentang tampilan buku ini beserta perangkat yang ada didalamnya.

Pertama kali melihat novel ini aku disuguhkan oleh cover bertema vintage dengan corak coklat muda yang sederhana. Tampilannya begitu apik dengan format penampilan yang membuatku penasaran untuk membuka halaman pertama.

Berbeda dari buku biasanya, novel ini tidak hanya menyajikan cerita tetapi juga album si penulis yang bisa kita lihat dan scan di pembatas bukunya. Jadi aku bisa membaca novel ini sambil mendengarkan lagu sekaligus. Lagunya pun cocok, seakan memang sengaja dibuat untuk mengiringi pembaca ketika menyelami cerita Juang lebih jauh.

Baca juga: [BOOK REVIEW] Cafe Waiting Love by Giddens Ko

Dari segi cerita, khususnya kisah cinta keduanya, seperti yang sudah aku tulis diatas kisah ini begitu klise. Di awal pertemuan aku melihat Juang yang menabrak Ana sehingga membuat buku yang tengah dibawa Ana berjatuhan. Mereka berkenalan lalu mencari tahu tentang diri masing-masing sampai akhirnya bisa bersama-sama merajut kasih. Duh, bicara tentang novel ini bikin aku jadi ikut puitis hahaha!

Akan tetapi, ide Fiersa Besari yang tidak biasa adalah kisah tentang latar belakang Juang yang sedikit kurang aku mengerti karena ada unsur politik dan kemanusiaannya, dan yang aku serap hanya kesimpulannya saja yakni keluarga Juang adalah keluarga yang terlibat dalam lingkungan pragmatis yang senantiasa mesti tunduk pada rezim orba dulu. Sehingga keluarganya mau tak mau disebut keluarga komunis.

Jujur itu hal baru buat aku yang notabene belum pernah membaca buku tentang hal seperti itu. Yah tapi meskipun begitu, kalian –khususnya para cewek tidak perlu risau. Itu hanya dipaparkan untuk latar belakang Juang saja. Selebihnya novel ini begitu manis.

“aku ingin memelukmu sekali lagi, membalas kecemburuanku pada angin yang sewaktu-waktu bisa memelukmu.”

Meskipun berwatak keras, idealis dan tidak suka diatur, Juang ini adalah laki-laki yang pandai memainkan kata-kata. Tingkahnya yang tidak bisa ditebak selalu membuat Ana tersipu dan berbunga-bunga. Aku suka kalau Juang dan Ana sudah bertemu, pasti tidak bisa berhenti senyum. Keduanya saling melengkapi dan malu-malu di saat yang bersamaan.

Dan kalian pasti paham, jika dari awal sudah disuguhi hal manis yang membuat hati berbunga-bunga, pasti ada juga hal yang membuat sedih. Meskipun keduanya selalu bahagia setelah menjalani kehidupan bersama, tentu saja ada juga kesulitan yang dihadapi keduanya.

Tentang Juang yang bimbang untuk terus berpergian demi apa yang diimpikannya atau tetap bersama dengan pujaan hati dirumah. Dan hal itu membuat mau tak mau keduanya menjalani hubungan jarak jauh. Belum lagi Juang ini tidak main-main kalau sudah pergi, dirinya bisa pergi ke tempat yang sangat terpencil yang akan susah jika ingin berkabar.

Lalu Ana yang menunggu sambil menahan sakitnya dan terus berharap agar Juang baik-baik saja. Menurutku Ana ini gadis yang kuat dan mandiri. Terbukti saat dirinya sedang sakit serius, Ana tetap berJuang untuk sehat dan sebisa mungkin tidak merepotkan orang lain. Keduanya sama-sama berkemauan keras.

Sampai di akhir, hatiku tertohok dengan ending yang disuguhkan. Aku tidak mengira sama sekali akan seperti itu kejadiannya. Aku bahkan tidak bisa menebak akhirnya. Perasaanku sudah dipermainkan oleh novel ini heuheuheuuu... sampai-sampai pas selesai baca aku sempat terdiam sambil membayangkan apa yang baru aja aku baca di akhir.

KENAPA KAYAK GINI ENDINGNYA?!

KOK BISA GITU?

TUNGGU-TUNGGU. HAH?!

Aku tidak menyangkanya sama sekali. Namun meskipun aku menyukai novel ini, ada beberapa diksi dan istilah yang kurang aku pahami sehingga mengharuskan search sana-sini dan baru melanjutkan baca lagi. yah, sedikit mengganggu.

Jadi, aku kasih 4 bintang dari 5 untuk novel ini.
Bagaimana dengan kalian? Penggemar Fiersa udah baca novel ini belum?

Sedikit info, rencananya aku mau memberikan novel ini pada teman-temanku yang beruntung. Aku semata-semata memberikan novel ini bukan karena tidak suka, MELAINKAN SANGAT SUKA. Jadi sebagai tanda terimakasihku untuk kalian pengunjung setia blog-ku, aku ingin memberi kalian kado kecil ini. Tepatnya kapan giveaway akan diadakan akan diumumkan di story instagramku nanti.



(untuk versi desktop langsung klik di tempat yang sudah di-love aja ya.)


(untuk versi mobile langsung klik di tempat yang sudah di-love juga ya, lalu pilih opsi 'instagram')




Happy reading! Makasih sudah berkunjung. Sampai jumpa di review selanjutnya.



Continue reading [BOOK REVIEW] Konspirasi Alam Semesta by Fiersa Besari

Sabtu, 22 Februari 2020

, , ,

[BOOK REVIEW] Cafe Waiting Love by Giddens Ko



Judul : Cafe Waiting Love
Penulis : Giddens Ko
Penerbit : Haru
Tebal : 404 Halaman
Genre : Fiksi, Roman.
Harga Resmi : IDR 76.000



“Setiap orang sedang menunggu seseorangnya...”


BLURB

Dalam hidup ini, ada beberapa kali saat dimana jantung berdegup kencang, dan kata-kata tidak sanggup terucap. Aku belum pernah berpacaran,  tapi aku tahu bahwa seseorang yang percaya pada cinta, seharusnya menghargai momen setiap kali jantungnya berdebar, kemudian dengan berani mengejar kali berikutnya, kali berikutnya, dan kali berikutnya lagi.
Didalam sebuah Cafe kecil, setiap orang sedang menunggu seseorangnya.


Sinopsis
Cafe Waiting Love menceritakan tentang perjalanan cinta gadis supel dan penuh semangat bernama Li Siying. Dia adalah seorang siswi SMA kelas tiga yang sedang berusaha untuk menjadi pribadi yang mandiri. Li siying bekerja paruh waktu disebuah cafe bernama Cafe Waiting Love setiap pulang sekolah. Di tempatnya bekerja, dia memiliki rekan bernama Albus. Albus adalah penyuka perempuan sesama jenis yang terlihat berhati dingin, kendati begitu dirinya memiliki hati yang peka dan perhatian pada Li Siying. Ada juga pemilik cafe yang selalu disebut Nyonya Bos, dia lah yang memberi nama cafe ini dengan nama seperti itu. Dinamai Cafe Waiting Love karena Nyonya Bos berharap pengunjung akan menjadikan cafe-nya tempat untuk menemukan seseorang yang ditunggunya.



Review

Seperti biasa, aku selalu mengagumi karya Giddens Ko. Sudut pandang yang diambil dari novel ini adalah sudut pandang pertama, yang mana tokoh utama menjadi narator untuk kisahnya sendiri. Selain karena sudut pandang pertama yang membuatku suka, gaya penulis dalam menciptakan novel pun sangat sangat bagus dan menyentuh hati pembaca. Sederhana, penuh makna dan manis disaat yang bersamaan. Aku seperti mendengarkan kisah seseorang secara langsung, lalu aku terhanyut dibuatnya. Aku tidak pernah menemukan  novel dengan gaya penuturan yang sederhana namun sangat mengena di hati seperti karya-karyanya.

Selain itu, kata-kata dari masing-masing tokoh yang selalu benar dan menyentuh, sekaligus memberi pelajaran tentang cinta pada pembaca ini membuatku TERGILA-GILA! Bagaimana tidak, banyak kata-kata dan peristiwa yang manis di novel ini. Manis dan menyentuh namun tidak lebay dan mendayu-dayu. Keren!

Baca juga : [BOOK REVIEW] The Lunar Chronicles #2: Scarlet by Marissa Meyer

Lalu, bukan Giddens Ko jika tidak menambahkan unsur komedi di bukunya. Buku ini begitu mengalir seperti asli, kehidupan dan karakter tokohnya seakan benar-benar ada dalam dunia nyata. Aku seakan bertemu dengan mereka, lalu duduk dihadapannya sambil mendengarkan Li Siying bercerita.

Meskipun awalnya aku harus cukup sabar untuk bertemu dengan konflik dan kehidupan Li Siying yang baru kudapatkan setelah membaca cukup jauh, aku tidak merasa bosan karena Li Siying menceritakan banyak tokoh yang ditemuinya di Cafe Waiting Love sebelum masuk ke bab tentang dirinya.

Banyak sekali karakter dalam buku ini, namun yang menurutku sangat berkesan adalah para tokoh yang diceritakan sebelum Li Siying menjadi mahasiswi. Salah satunya adalah Fengming, yang tak lain dan tak bukan adalah kakak dari Li Siying.

Fengming adalah kakak dari Li Siying sekaligus teman sekamarnya. Fengming yang tidak pernah menganggap Li Siying sebagai perempuan membuat interaksi antara keduanya sangat unik dan sesekali mengocok perut. Li siying yang selalu kesal karena tingkah bodoh dan konyol kakaknya, dan Fengming yang selalu menjahili Li Siying dengan hal-hal bodoh.


Meskipun begitu, Li Siying menyayangi kakaknya layaknya seorang adik. Walau disini Li Siying lebih dewasa dan mandiri. Selain Fengming, ada juga Albus. Albus adalah rekan Li Siying di cafe yang memiliki kelainan. Dirinya tidak menyukai laki-laki karena seorang lesbian. Karakternya yang berhati dingin dan dangat sedikit bicara ini membuatku terkadang lupa bahwa dirinya adalah perempuan. Haha!

Di Cafe, Li Siying banyak bertemu dengan pria-pria dengan kepribadian yang berbeda. Dan pada saat itu, Li Siying menyukai Yang Zeyu yang tak lain adalah pengujung tetap Cafe. Yang Zeyu sangat menyukai dan selalu memesan Kopi Kenya. Namun meskipun begitu, ketika tengah datang bersama kekasihnya, dia akan memesan latte yang disukai kekasihnya dan akan pura-pura menyukai latte.


“Menyukai barang yang disukai pacar, sepertinya adalah PR-ku dalam berpacaran.” Hal. 156

“Semoga suatu hari nanti, aku bisa dengan gembira memesan dua gelas kenya.” Hal. 161


Yang Zeyu adalah mahasiswa IT yang pintar, selain itu dirinya juga ketua dari klub debat. Meskipun begitu, Yang Zeyu ini selalu ingin menampilkan yang terbaik sehingga acapkali tidak jujur dan tidak apa adanya dengan sikapnya. Sampai ketika di percakapan keduanya dengan Li Siying, dia akhirnya tidak perlu lagi menjadi orang lain.

Lalu A Tuo. Laki-laki yang terkenal dengan nasib buruknya ini adalah orang yang lugu dan pemalu. Dirinya selalu menjadi bahan ledekan teman-temannya karena pacarnya dulu direbut oleh seorang lesbian. Akan tetapi, meskipun dirinya selalu menjadi bahan ledekan, A Tuo tidak pernah marah atau pun melawan. Hal ini membuat Li Siying gemas bahkan memarahi A Tuo karena sikapnya yang tidak tegas.


“Sejak awal kehidupan, setiap orang sudah ditakdirkan untuk bertemu dengan seseorang di suatu tempat...” –hal. 43

“Siapa bersama dengan siapa, sebenarnya sudah ditentukan sejak awal. Tak perduli serumit apa pun suatu pertanyaan, jawabannya hanya ada satu. Dan hanya bisa satu.” –hal. 139


Dan yang terakhir adalah tentang ‘Nyonya Bos’. Selain pemberian nama cafe yang memiliki filosofi tersendiri dan membuat hati leleh, Nyonya Bos juga memiliki kisah cintanya sendiri yang tak kalah menyentuh hati. Tak tanggung-tanggung, Giddens Ko menaruh kisah Nyonya Bos diawal-awal bab. Membuatku semakin salut sekaligus merasa kasihan dengan Nyonya Bos yang satu ini. Selain memberi nama yang unik, Nyonya Bos juga memiliki resep kopi yang unik. Setiap orang yang memesan kopi Nyonya Bos ini akan mendapatkan kesempatan untuk duduk mengobrol sambil meminum kopi bersama dengan Nyonya Bos.

Kisah remaja yang menyentuh dengan pelajaran hidup masing-masing tokohnya membuatku memberi novel ini 5 bintang dari 5.

Ah iya, novel ini sudah di film-kan loh! jadi buat kalian yang penasaran dengan visualisasinya bisa banget nonton. Yah meski sejujurnya aku belum nonton filmnya sih. Jadi tidak tahu jika ada adegan yang ditambah atau dikurangi. 

Continue reading [BOOK REVIEW] Cafe Waiting Love by Giddens Ko

Selasa, 18 Februari 2020

, , ,

[BOOK REVIEW] The Lunar Chronicles #2: Scarlet by Marissa Meyer



Judul : Scarlet
Penulis : Marissa Meyer
Tebal : 444 Halaman
Genre : Fantasy, Sci-Fi, Dystophia
Harga Resmi : IDR 81. 500



“Tinggallah bersamaku. Lindungi aku, seperti janjimu padaku.” –hal. 382

“... itu berarti kau adalah ratuku yang sejati, karena itu, kau mendapat kesetiaanku.” –hal. 431



BLURB

Nenek Scarlet Benoit, Michelle Benoit, menghilang. Bahkan kepolisian berhenti mencarinya dan menganggap wanita itu melarikan diri atau bunuh diri.

Marah dengan keputusan dari pihak kepolisian, Scarlet membulatkan tekad untuk mencari Neneknya bersama dengan seorang pemuda petarung jalanan bernama Wolf, yang kelihatannya menyimpan informasi tentang hilangnya Nenek Scarlet. 

Apakah benar Wolf bisa dipercaya? Rahasia apa yang disimpan Michelle Benoit sampai dia harus menghilang?

Dibelahan bumi yang lain, status Cinder berubah dari mekanik ternama menjadi buronan yang paling diinginkan diseluruh penjuru Persemakmuran Timur. Dapatkah Cinder sekali lagi menyelamatkan pangeran Kai dan bumi dari Levana?



SINOPSIS 

Scarlet adalah buku kedua dari seri The Lunar Chronicles yang ditulis Marissa Meyer. Sama seperti buku sebelumnya, Scarlet juga novel penceritaan ulang. Scarlet merupakan penceritaan ulang  dari dongeng ‘Gadis Berkerudung Merah’ karya Grimm bersaudara. Novel ini menceritakan tentang gadis berambut keriting bernama Scarlet Benoit yang mencari Neneknya yang hilang. Dirinya tinggal di Rieux, Prancis, Federasi Eropa. Scarlet menjalani kesehariannya dengan menjadi pemasok sayuran di sebuah restoran dekat tempat dirinya tinggal.

Dalam pencarian Neneknya yang hilang, Scarlet bertemu dengan seorang petarung jalanan bernama Wolf, dirinya dipertemukan dengan cara yang tidak disengaja. Awalnya Scarlet merasakan keganjalan pada diri Wolf sampai sulit untuk mempercayainya saat Wolf yang tiba-tiba ingin membantu Scarlet untuk mencarikan Neneknya.

Namun, Scarlet yang lama kelamaan lelah karena tidak menerima pencerahan sama sekali tentang keberadaan Neneknya, pada akhirnya memilih untuk menerima bantuan Wolf. Rintangan demi rintangan mereka lalui bersama demi mencari sang Nenek. Wolf, yang tadinya sangat misterius pun mulai menunjukan dirinya yang asli.

Sementara Cinder yang juga tengah dalam pelarian juga ikut mencari Nenek Scarlet yang hilang. Dirinya dan Thorne berkelana agar bisa menemui Nenek Scarlet untuk mendapat jawaban dari teka-teki yang selama ini dirinya cari, yang mana tanpa dirinya tahu orang yang dicarinya juga tengah dalam pencarian. Hal itu membuat Scarlet dan Cinder saling berkaitan satu sama lain.



REVIEW

Hai readers! Senang sekali saat tahu kalian memutuskan untuk kembali kesini. Terimakasih banyak! Tapi sebelum aku mulai membahas Scarlet dan Wolf lebih jauh, ijinkan aku untuk meluapkan jeritanku yang tertahan setelah membaca habis novel ini. AAAA!!!

Oke cukup.


Sejujurnya aku belum pernah membaca dongeng ‘Gadis berkerudung merah’ secara lengkap. Aku hanya tahu konflik dan ending dongeng ini dari kartun yang aku tonton saat masih kecil dan mengingat begitu terkenalnya dongeng ini, aku jadi banyak mendengar. Intinya aku hanya jadi pendengar. Jadi... yah, aku tidak tahu Scarlet ini gadis seperti apa dalam dongeng aslinya.

Tapi... aku benar-benar jatuh cinta dengan karakternya di novel ini. Scarlet yang kuat, pemberani, keras kepala, gigih dan sedikit gegabah adalah karakter kesukaanku. Bagaimana tidak, pada pembukaan novel ini saja aku sudah bertemu dengan Scarlet yang marah-marah pada buah tomat, lalu dia bungkam ketika tahu tomat yang dimarahi ternyata adalah tomat miliknya.

Saat melanjutkan untuk membaca buku ini yang notabene lanjutan Cinder, aku sempat bingung dimana titik temu buku Cinder dan Scarlet ini. Awalnya aku merasa novel ini adalah novel stand alone yang bisa aku baca tanpa membaca buku pertamanya lebih dulu. Itu karena Scarlet memiliki dunianya sendiri. Marissa Meyer seakan mengajak pembaca untuk lebih jauh mengenal Scarlet dan terbuai dulu dengan kisahnya. Sehingga pada pertengahan menuju akhir, Cinder muncul bersama dengan Iko dan Thorne untuk mencari Nenek Scarlet.

Baca juga : [Book Review] The Lunar Chronicles #1: Cinder by Marissa Meyer

Penjelasan yang begitu detail bisa sampai dengan sempurna pada pembaca. Aku jadi membayangkan setting tempat di film Ratatouille saat awal-awal membaca haha! Tapi tidak berlangsung lama sampai tokoh Wolf muncul. Oh bagaimana bisa aku melupakan tokoh yang satu itu?! Aku sangat-sangat menyukainya sampai lupa bahwa dirinya hanyalah toko fiksi saking nyatanya keberadaan tokoh yang satu ini.

Rasanya tidak seperti membaca novel akan tetapi menonton film. Di novel ini porsi adegan action lebih banyak, begitu pula porsi adegan romantis dan misterinya. Penulis seakan ingin menebus porsi romantis yang kurang di novel sebelumnya dengan menabur banyak adegan manis di novel ini. Dan jika di novel Cinder kalian akan diajak pintar dengan bioteknologi dan semacamnya –yang sejujurnya sedikit susah kupahami meski aku anak Ipa, di Scarlet kalian akan dibawa terbang dengan perasaan berbunga-bunga.

Aku sampai menggebu-gebu untuk cepat selesai membacanya. Bukan hanya karena adegan manis yang ada, akan tetapi adegan action di novel ini juga sangat seru dan menegangkan. Setiap detiknya terasa begitu lama dan mendalam seakan aku sedang ikut masuk kedalamnya.

Selain itu novel ini penuh dengan plot twist yang tidak bisa aku prediksi sebelumnya. Kadang aku tersenyum, melotot, sampai merasa sangat sedih. Aku jatuh cinta dengan bagaimana cara novel ini mengaduk-aduk perasaanku dengan mudah. Percayalah, penyampaiannya sangat mudah dicerna dan dibayangkan.

Salah satu yang mampu mengaduk perasaanku adalah Wolf. Karakternya yang tertutup, ragu-ragu akan hal baru dan selalu menyembunyikan apa yang dirasakannya membuatku semakin tertarik dengan Wolf. Namun meskipun begitu, Wolf memiliki sisi yang setia kawan dan lucu ketika sedang menjadi ‘manusia’. Aku ingat satu adegan dimana Wolf pertama kali memakan tomat. Bayangkan, dengan tubuh kekar dan status petarung jalanan yang disandangnya, dia mengikuti Scarlet hanya karena sebuah tomat. Dia terang-terangan menyukai tomat. Itu sangat sangat sangat menggemaskan! Seperti melihat Wolf versi Chibi. Tapi jangan salah, Wolf tidak segan-segan untuk menunjukkan sisi gelapnya ketika tahu orang yang disayanginya terluka. Seakan memiliki dua jiwa dalam satu tubuh. Love you Wolf !

Selain Scarlet dan Wolf, Cinder juga ikut andil disini. Karakter tokoh di buku pertama pun mengalami perkembangan yang cukup baik. Sekarang selain aura kecemasan yang selalu melekat pada Cinder, aku juga bisa merasakan kedekatanya dengan Thorne bertambah. Cinder juga menjadi lebih hati-hati dalam bertindak dan mengambil keputusan semenjak identitasnya sebagai ‘putri bulan’ ia ketahui.

Selain masalah Cinder yang semakin besar karena status buronnya, pangeran Kai pun menjadi semakin ragu pada Cinder. Dalam hati dirinya sangat yakin bahwa Cinder tidak bersalah, dirinya yakin Cinder melakukan semua ini karena suatu alasan. Tapi dirinya juga merasa terhianati karena semua bukti kejahatan yang mengarah kepada Cinder.

Aku tidak tahu kapan tepatnya pangeran Kai akan dibahas penuh, mungkin dibuku ketiga atau mungkin buku keempat. Tapi aku harap, itu tidak terlalu lama. Karena aku juga ingin menyukai pangeran Kai seperti aku menyukai yang lain. Maksudku, aku suka Kai, tapi lebih suka yang lain. Yah kamu mengerti kan maksudku?

Terakhir, aku sangat ingin melakukan sesuatu yang seharusnya sudah aku lakukan dari awal. yaitu memuji desain cover dari novel The Lunar Chronicles ini. Visualisasi tokoh yang tidak terlalu diekspos, juga latarnya yang hitam membuat kesan simpel, elegan dan keren pada novel ini. Juga terjemahan dari penerbit Spring yang sangat bagus sangat membantuku dalam mencerna isi cerita dengan mudah. Terimakasi penerbit Spring!

Kesimpulan dari semuanya adalah aku sangat suka Scarlet. Tidak ada yang membuatku kecewa. Dan aku lebih mudah memahami Scarlet ketimbang Cinder. 5 bintang dari 5 aku beri untuk novel ini.

Jangan sungkan untuk berkomentar dan sampai jumpa di review selanjutnya....


Continue reading [BOOK REVIEW] The Lunar Chronicles #2: Scarlet by Marissa Meyer

Sabtu, 15 Februari 2020

, , , ,

[Book Review] The Lunar Chronicles #1: Cinder by Marissa Meyer


Judul : Cinder
Penulis : Marissa Meyer
Penerbit : SPRING
Tebal : 384 halaman
Genre : Young Adult , Fantasy , Sci-fi
Harga Resmi : 79.000


SINOPSIS
Cinder adalah karya pertama Marissa Meyer dalam The Lunar Chronicles yang merupakan re-telling dari kisah Cinderella. Novel ini diterjemahkan pertama kali oleh Penerbit Spring pada januari tahun 2016. Novel ini menceritakan tentang Linh Cinder yang merupakan seorang mekanik di Persemakmuran Timur, New Beijing pada tahun 126 setelah perang dunia empat berakhir (dunia karangan penulis).

Cinder yang tinggal bersama Ibu tirinya, Adri dan juga kedua saudara tirinya Peony dan Pearl acapkali membuat Cinder merasa tersiksa dan ingin lari. Namun meskipun begitu dalam novel Cinder ini, salah satu saudara tirinya –Peony justru menyukai Cinder. Selain itu, Cinder memiliki sahabat berbentuk android yang bernama Iko. Iko selalu berada di sisi Cinder dan memiliki emosi layaknya manusia. Adapun hal yang membuat Cinder menjadi istimewa sekaligus berbeda dari yang lain, yaitu fakta bahwa dirinya adalah seorang cyborg yang mana manusia dengan beberapa bagian tubuh robot.

Hingga pada saat itu bumi diserang penyakit mematikan bernama Leutomosis. Wabah ini banyak memakan korban jiwa diseluruh penjuru bumi tak terkecuali Peony. Melihat keadaan yang semakin parah akhirnya Cinder tidak bisa tinggal diam, dirinya nekat untuk menemui peony yang sudah dikarantina secara diam-diam, yang karena itu juga menyebabkan dirinya tertangkap dan dijadikan kelinci percobaan. Disanalah dirinya bertemu dengan Dr. Erland yang nantinya akan mengantarkan Cinder pada fakta yang sebenarnya. Namun kerumitan yang terjadi pada Cinder bukan itu saja, karena dirinya yang seharusnya berbahagia dengan Pangeran Kaito, justru malah harus dihadapkan dengan banyak masalah terkait pernikahan pangeran Kaito dengan Ratu Levana –ratu bulan yang ingin menguasai bumi.





Review

Sebelum mengetahui bahwa novel ini adalah re-telling dari kisah Cinderella, aku kira novel ini adalah kisah Cinderella versi novel yang mana seratus persen isinya sama –Cinderella tinggal bersama Ibu dan saudara tirinya yang jahat, lalu setelah datang ke pesta dansa dan bertemu pangeran dirinya berakhir dengan hidup bahagia selamanya.

Tapi ternyata aku salah! Di novel ini bahkan tidak ada kisah cinta yang begitu gamblang, semuanya tampak samar-samar dan sangat sedikit. Meskipun retelling, yang berarti menceritakan kembali, tapi novel ini tetap istimewa karena hanya latar belakangnya saja yang sama, selebihnya jauh berbeda. Karena Marissa Meyer menambahkan unsur politik, fiksi ilmiah dan dunia futuristik yang jauh berbeda dengan dongeng. Dan yang lebih mencengangkannya lagi adalah bahwa Cinder adalah seorang Cyborg! Dimana dirinya dikucilkan karena bagian tubuh yang sebagian adalah robot.

Baca juga : [BOOK REVIEW] The Lunar Chronicles #2: Scarlet by Marissa Meyer

Tokoh dengan karakter yang berbeda dari aslinya pun memberi kesan baru pada novel yang notabene retelling dari kisah Cinderella ini. Dan aku sangat sangat sangat suka! Tokoh yang kita tahu lemah lembut di diri Cinderella berubah menjadi tokoh yang kuat dan penuh ide cemerlang. Setting tempat dan alur yang berbeda serta penjabaran situasi yang mampu membuatku pergi menuju dunia baru dan asing ini sangat menyenangkan. Penulis berhasil membuatku penasaran dan ingin cepat-cepat baca halaman selanjutnya.

Selain Cinder, tokoh tambahan lainnya seperti Dr. Erland, Iko dan kapten Thorne juga ikut andil cukup banyak. Untuk aku yang mengharapkan setidaknya ada sedikit kisah romantis antara Cinder dan pangeran Kaito, justru harus sedikit menerima kenyataan bahwa porsi pangeran Kaito disini tidak terlalu banyak.

Aku justru teralihkan dan bahkan sempat melupakan pangeran Kaito karena keberadaan kapten Thorne dan Dr. Erland. Diam-diam aku juga berpikir bahwa Cinder yang sedikit pemarah dan tidak senang berbasa-basi ini justru cocok dengan kapten Thorne yang jenaka dan cerdas. Tapi pikiranku yang seperti itu berubah ketika membaca buku kedua dari series ini –Scarlet.

Dr. Erland adalah ilmuan kerajaan bertubuh kecil dan pendek yang penuh misteri. Aku sempat dibuat bingung dengan karakternya yang tidak terbuka dan tidak terlihat memihak pihak mana sebelum aku membaca ending.

Ada juga si android manis yang setia kawan milik Cinder bernama Iko. Tingkahnya yang manis dan unik membuat karakter Iko seperti anak kecil yang selalu mengkhawatirkan Cinder yang bertingkah nekat dan terlalu pemberani.

Tapi, ada juga yang membuatku sedikit kecewa dari novel ini. Aku sedikit kecewa dengan pangeran Kaito yang seperti tidak punya pendirian dan terlalu percaya kepada orang lain. Mirip seperti orang yang tidak tahu harus berbuat apa. Sepanjang membaca buku ini, khususnya bagian pangeran Kaito, aku selalu merasa kasihan sekaligus gemas.

Pangeran Kaito harus menanggung beban begitu besar, belum lagi tekanan yang dilayangkan oleh para presiden lain dan juga keresahan masyarakat yang terkena wabah. Bahkan ingin rasanya masuk kedalam buku dan memberi pundak untuk bersandar sebentar. Ups!

Selain itu, karena novel ini lebih banyak membahas wabah Leutomosis dan perlawanan terhadap ratu Levana, aku jadi teringat akan nasib Peony yang menyedihkan. Belum lagi Peony adalah satu-satunya saudara Cinder yang tidak memperlakukannya dengan buruk. Peony dan Cinder memiliki mimpi dan tujuan yang belum sempat tercapai karena keadaan Peony yang tidak memungkinkan. Dan kepergian Peony yang meninggalkan luka dihati Cinder pun bisa ikut aku rasakan.

Namun meskipun banyak kejadian menyedihkan dan menegangkan di novel ini, aku cukup senang karena ada tokoh tambahan lainnya yang menghibur seperti kapten Thorne. Aku yang sebelumnya sedih, tegang dan ikut berpikir keras untuk menyelesaikan masalah bersama Cinder, bisa tertawa begitu saja ketika membaca tingkah laku kapten yang satu ini. Entah itu karena sikap jahilnya, narsis dan kebodohan-kebodohan yang dibuatnya.

Secara menyeluruh aku suka novel ini dan tidak sabar untuk baca buku ketiganya yang berjudul Cress. Aku memberi 4 bintang dari 5. Tidak ada kekecewaan berlebih tentang novel ini. Aku suka dengan cara penulis menyampaikan narasi dan setting tempat yang begitu detail sampai pembaca bisa membayangkan dengan cukup mudah.

Terimakasi sudah mampir. Sampai jumpa di review selanjutnya ya!




Continue reading [Book Review] The Lunar Chronicles #1: Cinder by Marissa Meyer

Senin, 30 Desember 2019

, , ,

[Book Review] : The Way I Use To Be by Amber Smith




Judul : The Way I Used To Be
Penulis : Amber Smith
Penerbit : Spring
Genre : Umum
Tebal : 392 halaman
Periode baca : 27-29 Desember 2019





Rating : 4/5


-Blurb-

          Eden adalah anak yang baik. Masa SMA sama sekali tidak mengubahnya. Namun, malam saat dia diperkosa oleh sahabat kakaknya telah mengubah segalanya. Kehidupan yang tadinya sederhana, menjadi sangat rumit. Apa yang tadinya dia sukai, kini dia benci. Apa yang tadinya dipikir benar, ternyata adalah sebuah kebohongan besar. Tidak ada yang masuk akal lagi. Eden tahu dia harus memberi tahu seseorang, tapi dia tidak bisa. Dia malah mengubur rahasia itu dalam-dalam. Namun saat ada orang yang benar-benar peduli padanya, akankah dia tetap menguburnya?

-Sinopsis-
   
      Eden McCrorey, remaja empat belas tahun yang manis. Dia memiliki keluarga dan sahabat yang menyayanginya. Semuanya baik-baik saja sampai malam mengerikan itu tiba. Ketika semua orang tengah terlelap, sahabat dari kakaknya yang sudah ia kenal sejak kecil itu memasuki kamar Eden diam-diam dan memperkosanya. Naasnya lagi Eden tidak bisa menyuarakan penderitaannya karena ancaman yang diberikan oleh pelaku –Kevin-.


     Setelah itu semuanya berubah, kehidupan normalnya perlahan-lahan menjadi kacau. Eden terlalu pengecut untuk mengungkapkannya kepada orang lain. Alih-alih bicara dirinya justru mencari pelarian dan pembenaran dari apa yang dialaminya.

     Pada tahun kedua di SMA Eden berubah menjadi sosok yang lebih percaya diri dan menarik. Hanya saja tingkahnya yang semakin berani dan kacau membuat Eden semakin jauh dari keluarganya. Bahkan Mara, sahabat Eden, akhirnya menyerah dengan tingkah Eden yang semakin menjadi. 

-Review-
     
     Pertama kali nemu novel ini dan baca blurb-nya, aku langsung membayangkan tokoh utama dan alur cerita yang menyedihkan. Maksudku seperti serial tv bergenre melodrama yang mengangkat tema sama dengan novel ini. Tapi... bayanganku langsung dirubuhkan setelah membaca karakter Eden. Serius, awalnya aku mengira harus menghiburnya, akan tetapi rasanya semua itu tidak perlu dilakukan setelah aku mulai memasuki bab dua. Jadi didalam buku ini terdapat empat bagian yang membagi perjalanan hidup Eden dalam beberapa tingkatan. Ada tahun freshman, sophomore, junior dan senior.

     Di awal bab, aku diajak untuk merasakan menjadi Eden saat itu. Mengenang cinta pertamanya, hari-hari bersama Mara dan temannya yang lain,  juga malam mengerikan itu. Rasanya menyiksa, penulisnya pintar sekali mengaduk-aduk perasaan pembaca dan membuat aku ikut sedih dan gemas disaat bersamaan.
    
     Bagaimana tidak gemas? Tingkah Eden disini menyebalkan sekaligus menyedihkan. Dia merasa semua hal baik didirinya yang melekat dibenak orang lain tidak pantas dirinya terima. Eden selalu menyalahkan dirinya sendiri karena sikap pengecutnya.  Apalagi ketika dirinya tengah dekat dengan kakak kelas populer yang juga disukainya, Joshua.

     Dan aku merasa di bab dua inilah Eden yang baru tercipta. Eden benar-benar berubah drastis, begitu juga Mara yang merupakan sahabat terbaik Eden. Keduanya berubah dari anak cupu yang selalu dipojokkan menjadi gadis cantik yang mengundang banyak perhatian. Selain cantik, kepribadian keduanya juga ikut berubah. Awalnya aku kesal dengan semua tingkah Eden yang terkesan baru mengenal dunia luar. Akan tetapi jika dilihat lagi latar belakangnya, rasa kesalku berubah menjadi kasihan, khawatir, miris dan beberapa perasaan yang hampir mirip dengan itu.

     Aku ingat betul saat Eden mencoba untuk memberitahu kakaknya -Caelin- untuk tetap tinggal bersamanya dan pindah kuliah yang tentu saja langsung ditolak mentah-mentah oleh Caelin. Aku sedih sekali waktu membacanya. Bayangkan, orang yang paling disayanginya lebih memilih pergi dan menganggap permintaannya tidak lebih dari ucapan seorang adik yang merindukan kakaknya.

     Aku tidak tahu harus berkata apalagi, tapi yang dilakukan Eden benar-benar gila! Dia melakukan semua hal yang dianggap buruk oleh orang-orang. Membuat kakaknya yang sangat menyayanginya sedih bahkan menangis, orangtua yang jengkel dan seakan tidak mengenalinya lagi, juga teman-temannya yang dibuat tidak habis pikir oleh sikap Eden. Menurutku Eden hanya berpikir untuk menjadi seseorang yang akan orang lain pikirkan ketika tahu apa yang terjadi malam itu.

     Jujur, andai aku bisa masuk kedalam novel dan bertemu Eden, aku ingin sekali membuatnya berani untuk mengatakan semuanya dan mengajaknya kembali ke jalan yang lurus. Haha! Tapi jika itu terjadi, novel ini akan terasa hambar kan?

     Selain karakter Eden dan tokoh lainnya yang membuat aku gemas sekaligus kasihan, aku juga menyukai cara penulis menyampaikan semuanya dengan sempurna. ‘Show, don’t tell’  penulis memang mengerti akan istilah itu. Aku terhanyut, dan ikut merasakan apa yang masing-masing tokoh rasakan. Hanya saja ada bagian yang kurang aku suka, mungkin bisa dikatakan berbanding terbalik dengan ending yang kubayangkan. Aku merasa ada hal yang seharusnya diperlihatkan kepada pembaca sebelum berakhir. Aku merasa penulis seakan memotong proses yang seharusnya diperlihatkan setelah semuanya sudah terungkap. Hanya hal kecil yang membuat aku hanya memberi empat bintang dari lima bintang.

     Kesimpulannya secara keseluruhan aku suka, sangat suka. Terlebih ini novel pertama yang mengambil tema cukup ‘berani’ yang kubaca. Hanya saja aku merasa kurang dipuaskan oleh ending yang diberikan.

     Sudahkah kalian membaca novel ini? Karena aku rasa aku sangat telat membacanya haha! Bagaimana menurut kalian?

     Terimakasih sudah berkunjung! ^^


Continue reading [Book Review] : The Way I Use To Be by Amber Smith