Kamis, 13 Desember 2018

Di penghujung 2018





2018 memang akan segera berakhir. Namun, kisah hidupku baru saja dimulai. Orang bilang sweet seventeen adalah angka paling manis dimana langkah pertama seseorang menuju dewasa ada didalamnya. Ya, benar. Menurutku itu semua benar, dan untuk kalian yang tidak sependapat denganku aku tidak memaksa kalian untuk menyetujuinya. Mungkin lebih tepatnya aku mencoba dewasa pada saat itu. Belajar ikhlas dan menerima semuanya. Menjadi dewasa bukan tentang hal manis, melainkah tentang arti hidup yang sebenarnya. Di dunia ini semua kejadian bisa terjadi. Bahkan, jika saat ini kamu sedang menonton drama lalu pergi keluar dan melihat semua adegan itu terjadi dikenyataan, kamu tidak usah kaget. Begitulah hidup.

Tapi kawan, aku bukan ingin membahas sweet seventeenku yang sedikit berbeda dengan yang lain. Ini tentang aku di tahun 2018 dan usiaku yang 18 tahun. Tentang sahabatku, kisah cintaku, dan perjuanganku. Terutama tentang perjuangan. Perjuangan disini bukan perihal aku yang melawan kerasnya hidup, melainkan pahitnya kenyataan dan manisnya keikhlasan. Sebenarnya, saat aku duduk dikelas dua SMA aku membayangkan bahwa ujian paling beratku adalah ujian nasional, SNMPTN, dan SBMPTN. Ternyata aku salah, ujian terberatku adalah dipaksa ikhlas.

Yah, sesuatu terjadi di penghujung tahun 2017 lalu. Dan dari sana aku belajar apa itu kenyataan yang sebenarnya. Aku benar-benar merasakannya, bukan hanya sekedar membaca atau mendengar lalu jadi tahu, melainkan merasakannya. Mungkin bohong jika aku bilang bisa langsung menerima, tapi itu yang terjadi. Setidaknya untuk sementara. Yah memangnya siapa yang tega memberi tahu semuanya saat aku baru saja mendapat gelar remaja? Tentu saja itu dilakukan secara perlahan. Perlahan sampai tiba di tahun 2018 aku mengetahui semuanya secara rinci.

Aku kecewa, menangis, terluka, tapi tak bisa menyalahkan. Sejenak aku sempat merasa untuk meluapkan amarah, tapi kutahan karena itu akan terlihat kekanak-kanakkan. Tapi apa menangis juga kekanak-kanakkan? Ah sepertinya tidak bisa dikatakan begitu jika menangisnya secara diam-diam, bukan? Hem... apa kalian pernah dengar tentang masalah yang mendewasakan seseorang? Aku sedang merasa menjadi tokoh utama di kutipan itu jika kalian ingin tahu. Dan kurasa aku bisa menjadi sedikit bijak dan hati-hati dalam memilih langkah ketika masalah itu datang. Allah memang tidak memberi umatnya ujian yang tidak berarti. Semua berarti, bahkan untuk menguntungkan kita. Percaya deh.

Dari kejadian itu aku mulai merasa tenang dan tabah. Pertengahan 2018 seakan menjadi awal dari hidupku. Aku memaafkan, melihat dunia dari dua sisi, dan sedikit mengalah. Lalu aku bangkit dan mulai tersenyum kembali bersama teman-temanku. Aku menjadi sangat peka saat itu, bahkan terlalu peka sampai rasanya menjadi sensitif. Entahlah, aku jadi mudah terusik. Lalu dengan sendirinya aku mulai tenang kembali setelah dibiarkan sendiri. Untuk temanku, khususnya kalian SWAG, terimakasih sudah menjadi pengisi waktu-waktuku. Mengajakku bertahan disemua masalah. Yah... meski terkadang ketika aku curhat kalian juga ikut curhat lalu aku ujung-ujungnya menjadi pendengar kalian, tapi aku tetap merasa senang, itu artinya kita saling percaya.

Dan untuk kamu yang kukuh dengan perasaanmu padaku, maaf karena sampai saat ini masih meragukanmu. Aku hanya tak ingin mengenal cinta untuk sementara ini. Itu karena kejadian yang kualami di keluargaku mau tak mau membuatku sedikit ragu dan berhati-hati. Maaf, aku melakukan semua tidak hanya padamu saja. Aku juga melakukan hal yang sama pada lelaki lain. Dan bila memang kita ditakdirkan bersama, kita akan bersama. Tapi untuk saat ini biarkan aku sendiri dengan semua yang aku rencanakan. Terjadi atau tidaknya, adalah hak sang kuasa untuk menentukan.

Sekarang, aku sudah menjadi mahasiswa yang sebentar lagi akan merasakan yang namanya UAS untuk naik ke semester dua. Puji dan syukur aku ucapkan pada Allah yang telah memberiku ijin untuk hidup sampai detik ini. Juga rasa terimakasih untuk 2018 yang menemaniku selama berproses menjadi seseorang yang paham. Mungkin sekarang bukan waktu yang tepat untuk mengucapkan perpisahan denganmu, tapi ketahuilah bahwa akhir tahun nanti aku sudah masuk persiapan UAS. Aku takut tidak bisa mengucapkan selamat tinggal padamu. Jadi aku menulisnya sekarang. Sungguh, kamu adalah awal. Terimakasih 2018.

0 comments:

Posting Komentar

Tolong berkomentar yang baik dan sopan ya, readers! juga centang kolom 'Notify me' sebelum publish komentar untuk mendapat notif balasan.
^^