Jumat, 17 April 2020

,

Desis Hotel A 1


Aku ingin cerita. Aku menulis ini dengan cepat. Aku tidak memintamu untuk percaya, tapi tolong dengarkan kisahku. Akan ku ceritakan perlahan-lahan. Setiap malam Sabtu untuk menemani tidurmu.


Waktu itu tepatnya di hari libur nasional, aku dan temanku berencana untuk pergi mengunjungi pusat megalitikum terbesar di Asia Tenggara. Perjalanan kami tidak terlalu jauh mengingat jarak dari tempat kami tinggal kesana hanya perlu naik kereta satu kali. Tapi, yang namanya perjalanan pastilah melelahkan. Maka dari itu kami memutuskan untuk segera mencari hotel yang sudah kami cari jauh-jauh hari lewat internet.

Tempatnya tidak terlalu jauh dari tujuan kami. Aku tidak bisa menyebutkan nama hotel ini karena ditakutkan tidak membawa kesan baik kepada pemiliknya. Sebut saja nama hotel ini Hotel A. Setelah menyelesaikan registrasi akhirnya kami mendapat kunci kamar, nomor kamarnya 178.

Oh iya, aku belum memperkenalkan diri. Namaku Intan, dan dua temanku bernama Citra dan Tari (Itu semua nama samaran) . Kami memang terbiasa pergi liburan bertiga, jadi aku selalu bersama mereka. Sore itu setelah kami menempati kamar kami dan membersihkan diri, kami pun solat maghrib berjamaah.

Kami berbincang diatas kasur yang akan ditempati Tari. Ngomong-ngomong kasur dikamar ini ada dua, aku dan Citra memutuskan untuk tidur bersama sedangkan Tari akan tidur sendiri. Ada satu buah lemari besar dengan gaya antik, di bagian pintunya terdapat kaca besar yang dapat memantulkan bayangan seluruh tubuh.

Di seberang lemari itu terdapat satu kamar mandi yang lampunya sudah kunyalakan tadi. Kami sekarang disebelah lemari itu, tepatnya masih diatas kasur. Kami berbincang tentang perjalanan menuju sini. Pembicaraan itu membuatku teringat akan sesuatu.

Aku mencium bau kemenyan sepanjang jalan menuju hotel. Tapi saat akan memasuki pintu hotel bau kemenyan berganti dengan bau jamu yang menyengat. Awalnya aku heran dan sedikit merinding saat tahu hotel ini memiliki bau yang aneh. Tapi pikiranku segera ditepis oleh fakta bahwa ada warung jamu dibelakang hotel tempat kami akan menginap. Dan ceritaku mendapat anggukan dari dua temanku juga. Ternyata bukan aku saja yang menciumnya.

Kami tidak sempat makan malam, lebih tepatnya tidak ingin. Kami memutuskan untuk tidur setelah solat isya berjamaah. Aku yang terbiasa memeluk guling saat tidur, untuk hari itu terpaksa memeluk lengan Citra. Aneh, tidak seperti yang kulihat di aplikasi booking hotel, kamar kami tidak diberi guling.

Kiranya pukul dua pagi, aku terbangun karena merasa kantung kemihku penuh, aku membangunkan Citra lebih dulu sebelum pergi ke kamar mandi. Padahal hanya diseberang, tapi aku tidak berani pergi sendiri karena masih saja mencium bau kemenyan.

“Cit, bangun. Antar aku ke kamar mandi.” Aku terus saja mengguncang-guncang tubuhnya. Tapi dasar kebo, susah sekali untuk bangun. Karena tidak tahan akhirnya aku memutuskan untuk pergi sendiri.

Aku menyalakan lampu kamar mandi lalu masuk dengan tergesa. Masih setengah sadar, aku mengambil gayung dan berdiam diri sedikit lama. Di posisiku sekarang, aku bisa melihat bayangan kaki dari bawah pintu. Aku mengenalinya sebagai kaki Citra, karena Citra memakai gelang kaki yang aku berikan sebelum datang kesini.

“Sudah belum?”

“Sudah.” Jawabku. Aku pun keluar kamar mandi tanpa mematikan lampu.

Dan saat akan menuju kasur, aku justru melihat Citra masih dalam posisi yang sama seperti sebelum aku ke kamar mandi. Memang benar jika ada yang bilang Citra itu ratu tidur. Sekali nempel dengan kasur dirinya akan langsung terlelap.

Tapi malam itu aku tidak bisa melanjutkan tidurku. Anehnya tiba-tiba suhu didalam kamar menjadi lebih dingin. Aku tidak ada pikiran macam-macam saat itu, karena menurutku wajar saja jika dingin mengingat hotel ini diapit oleh dua pohon besar dan sekarang adalah malam hari.

Aku memutuskan untuk memainkan ponsel guna mendatangkan kantuk. Tidak ada yang menarik untuk dilihat, hanya postingan tentang makanan dan para artis saja. Tapi aku masih betah untuk menjelajahi media sosial malam itu, hingga mataku menangkap sebuah kejadian yang sedang heboh disebarkan oleh publik. Tentang ibu-ibu yang menjadi korban tabrak lari.

DUG!

Aku terhenyak, mataku langsung mengarah ke arah sumber suara. Dari langit-langit kamar. Aku melirik seluruh penjuru kamar sebelum bunyi itu lagi-lagi terdengar. Aku mencengkram selimut, mematikan ponsel dan membenamkan kepala kedalam selimut. Bau itu masih tercium.

Lantunan doa aku ucapkan tanpa henti, bunyi itu pun menghilang. Kali ini aku tidak mendengar apa-apa. tapi itu tidak berlangsung lama karena setelahnya aku mendengar suara orang mendesis dan suara gigi yang bergemeletuk. Rasanya seperti didekat telinga.

Aku memberanikan diri untuk membuka selimut. Tanganku dingin dan gemetar, secepat kilat aku membuka selimut. Masa bodo dengan apa yang nanti akan muncul di hadapanku. Meski tangan sudah menyingkap selimut, tapi mataku masih terpejam. Tidak berani dibuka. Tapi bunyinya semakin nyaring saja.

Perlahan-lahan aku membuka mata dengan berat, bunyi itu kini perlahan memudar terbawa angin, bergantikan dengan bau kemenyan dan wewangian yang menusuk hidung.
Cepat-cepatlah siang.... cepatlah adzan subuh.

“Intan... Intan...” itu suara Tari.

Aku langsung melirik Tari di seberang kasur, tapi Tari membelakangiku. Lalu aku melirik kamar mandi, lampunya ternyata mati. Seperti ada yang salah, tapi aku tidak ingin berpikiran yang aneh-aneh dan memilih untuk lanjut tidur. Tapi yang baru saja kulihat membuatku ngeri dan menahan jeritan.  Sesaat sebelum mataku terpejam, disana, disebrang kasurku, Tari memandangku tanpa ekspresi dengan mata melotot dan mulut terbuka lebar. Matanya merah dan mulutnya terbuka sangat lebar sampai kurasa rahangnya akan patah. Dan Tari masih setia memandang kedalam mataku yang tidak bisa mengalihkan pandangan darinya.


Lanjutannya akan di update setiap jum'at malam (malam sabtu jam 20.00)

Klik icon sosial media dibawah juga. Aku ingin menceritakan banyak hal. Terutama tentang Tari.

3 komentar:

Tolong berkomentar yang baik dan sopan ya, readers! juga centang kolom 'Notify me' sebelum publish komentar untuk mendapat notif balasan.
^^